Di meja makan rumah Rey, cangkir kopi masih mengepulkan asap tipis, tapi tidak ada yang menyentuhnya. Rey menatap kosong ke arah cangkir itu, pikirannya terjebak dalam pusaran masalah yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.Di sudut ruangan, Mira duduk dengan punggung tegang. Tatapannya terpaku pada Rey, menunggu jawaban.Ketegangan di antara mereka begitu terlihat.Atmajaya mengamati putranya dengan ekspresi penuh pertimbangan. Di sampingnya, istrinya masih bersikap canggung."Ayo ke rumah, Ma," bisik Atmajaya."Kenapa harus buru-buru?" tanya istrinya, akhirnya membuka suara.Atmajaya hanya menoleh sekilas ke arah Rey dan MIra sebelum menepuk tangan istrinya dengan lembut. "Mereka perlu waktu untuk bicara.""Tapi, Pa, aku masih pingin ngobrol sama MIra. Siapa tau masih ada jalan keluar. Lihatlah, kulitnya begitu bening, biar cucu kita elak nggak suram terus kulitnya," balas Maya berbisik pula."Ih, apaan sih kamu. Nanti aku jelaskan di rumah," bisiknya pelan.Maya terdiam, tapi
Last Updated : 2025-02-26 Read more