Share

Bab 283.Melangkah

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-02 06:12:26
Mobil melaju perlahan, membelah jalan yang mengarah ke rumah Damar. Rey duduk di kursi depan, wajahnya kaku. Di belakangnya, Marni terus menggigit bibir, jelas gelisah. Alzam sesekali meliriknya, tapi tak berkata apa pun. Sementara Tukiran hanya fokus menatap ke luar jendela, kedua tangannya mengepal di pangkuan.

Mereka bukan sekadar mengantar barang. Ini tentang menutup satu bab dalam hidup Mira—tentang memastikan masa lalunya benar-benar berakhir.

Sementara itu, rombongan lain menuju rumah Rey. Atmajaya mengajak Mira dan Lani ke rumah mereka, memastikan semua beres untuk pernikahan. Bagi Atmajaya, semakin cepat semakin baik. Tidak perlu banyak perhitungan hari atau hitungan primbon, yang penting Mira dan Rey bisa segera menikah tanpa bayang-bayang masa lalu. Semua surat tentang Mira juga telah dibawa untuk mengajukan izin menikah ke komandan Rey besuk.

Langit sedikit mendung ketika mereka tiba di depan rumah Damar. Saat pintu terbuka, Damar sudah bersiap keluar. Lelaki itu tampak te
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 284. Tamu malam-malam

    Lani bersandar di kepala ranjang, mengusap perutnya yang semakin membesar. Matanya sayu, tapi hatinya terasa penuh. Alzam duduk di sampingnya, tangannya tak lepas dari perut Lani."Kamu udah capek, Mas," ujar Lani sambil mengusap lengan suaminya. "Habis nyetir jauh, masih aja sibuk gini. Tidurlah."Alzam tertawa pelan. "Nggak ngerasa capek. Aku cuma kepikiran, besok anak kita udah dengerin ayat-ayat ini dari dalam perutnya."Bibirnya mendekat ke perut Lani, lalu berbisik pelan, membaca ayat-ayat yang membuat hati Lani terasa tenang. Terlebih untuk buah hati mereka.Lani tertawa kecil, mengusap kepala suaminya. "Suaramu bikin geli, Mas. Kayak siapa gitu."Alzam pura-pura tersinggung. "Wah, jangan-jangan mirip suara Gusdur?"Lani terkekeh. "Nggak semerdu itu juga!"Mereka terdiam sejenak. Lani memainkan jari Alzam yang masih bertumpu di perutnya."Besok kita periksa, ya?" ujar Lani. "Kayaknya mulai sekarang harus sering kontrol. Udah masuk delapan bulan.""Gimana kalau kita pindaah ruma

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 285. Tanggung jawab

    Alzam menatap Lani yang masih berdiri di teras. Senyum perempuan itu membuat hatinya hangat, tapi ada perasaan tak nyaman sejak semalam. Pikirannya terus berputar, terlebih sejak tamu tak diundang datang larut malam."Kita tunda periksanya besok, ya?" ujar Alzam sambil mengelus pipi istrinya.Lani mengangguk. "Nggak apa-apa. Aku nunggu kamu pulang dulu."Sebuah mobil berhenti di depan rumah. Lani menatap kendaraan itu sekilas, lalu menghela napas pelan.Seorang lelaki di dalamnya hanya duduk tanpa berusaha keluar. Sikapnya dingin, tanpa basa-basi.Alzam berpamitan, mencium kening istrinya, lalu bergegas menuju mobil. Melihat semua itu, orang itu malah berpaling muka, seolah muak melihatnya.Dari ambang pintu, Towirah mengamati dengan raut tak senang.Sementara itu, Wagimin yang baru saja bersiap pergi ke kebun jeruk ikut menggeleng."Orang nggak punya etika," gumam Wagimin. "Malam-malam gedor pintu orang, pagi-pagi udah datang ngajak orang pergi, tapi sopan santunnya nggak ada."Towir

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 286. Persiapan

    Subuh-subuh, rumah keluarga Atmajaya sudah ramai meski matahari belum muncul. Maya duduk di meja makan sambil menyeruput teh, memperhatikan Rey yang entah kenapa sudah bangun pagi-pagi."Kok tumben? Biasanya kalau Minggu gini kamu masih gulung-gulung di kasur," sindir Maya dengan tatapan penuh arti.Rey yang sedang mengunyah roti hanya bisa meringis."Mama, jangan buka rahasia aku di depan Mira, dong. Nanti dia berubah pikiran, nggak jadi nikah sama aku," ucapnya setengah bercanda.Maya tertawa kecil, tapi Mira yang baru keluar dari kamar hanya tersenyum sambil mengambil mukena."Rey, imami aku?" pinta Mira lembut.Rey menoleh cepat, seolah Mira baru saja meminta hal paling sulit dalam hidupnya."Gimana caranya? Aku hafal tiga ayat pusaka doang—Al-Falaq, An-Nas, sama Al-Ikhlas. Nggak pernah jadi imam juga," gumamnya, sedikit panik.Atmajaya yang duduk di teras terkekeh. "Makanya kalau disuruh ngaji, belajar yang bener. Jangan main tawuran aja."Mira menatap Rey, terkejut. "Tawuran?"T

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 287. Apa benar?

    "Tanggung jawab apa maksudnya?" tanya Manda.Belum juga Arya menjawab pertanyaan Manda, ada yang datang.Alzam menatap sosok yang baru saja muncul di hadapannya. Armand tampak lebih tua dari yang ia ingat, namun masih menyimpan sikap ramahnya. Pria itu berjalan mendekat, menepuk bahu Alzam dengan senyum tipis."Ada apa kok jauh-jauh ke sini?"Nada suaranya ringan, seolah kunjungan mendadak ini tidak membangkitkan kecurigaan.Namun, tidak demikian dengan Arhand. Dari sudut ruangan, pria itu berdiri dengan rahang mengatup. Mata tajamnya menusuk ke arah Alzam dan Arya.“Sepertinya kalian datang bukan sekadar silaturahmi.”Alzam menarik napas. Tak ada gunanya bertele-tele. Ia menatap lurus ke arah Arhand.“Aku ingin bicara.”Arhand menyilangkan tangan di dada. “Bicara? Setelah bertahun-tahun kamu meninggalkan masalah tanpa penyelesaian?”Arya yang sejak tadi diam, akhirnya membuka suara.“Kami tidak datang untuk basa-basi. Ini tentang Agna.”Arhand terkesiap sesaat, namun buru-buru menyem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 28. Mas kawin

    Rumah keluarga Atmajaya masih ramai meski masih pagi. Maya dan Rere sibuk membahas dekorasi pernikahan, tapi Rey dan Mira punya agenda lain."Mira, kamu sudah siap?" tanya Rey, menatap Mira yang berdiri di depan cermin.Mata Rey sedikit melebar saat melihat Mira mengenakan baju yang dibelikannya diam-diam kemarin.Mira menoleh, mengangkat alis. "Terima kasih ya, tapi... kamu kok bisa tahu ukuranku, pas banget dipakainya."Rey menyeringai. "Setiap inci tubuhmu sudah terekam dalam ingatanku."Alih-alih tersenyum senang, wajah Mira justru berubah. Tatapannya penuh arti, tapi sulit ditebak.Rey berkedip. "Salah aku ngomong?"Mira tak langsung menjawab. Bibirnya sedikit mengerucut, seolah sedang berpikir keras."Kamu nggak bayangin aku yang bukan-bukan, kan?" gumamnya akhirnya, menatap Rey dengan penuh selidik. Dia tau, Rey bukan anak kecil lagi.Rey tertawa kecil. "Apa yang ada di kepalamu, Sayang? Kamu pikir aku bayangin hal begituan dengan mengenang dirimu? Mending aku tunggu nanti, pr

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 288. Kamu tak sendiri

    Suasana ruangan masih mencekam. Yasmin menatap Arhand dengan napas tersengal, matanya yang dulu penuh kelembutan kini menyiratkan kekecewaan yang dalam."Aku ingin mendengar langsung darimu," katanya, suaranya tegang. "Apakah ini benar?"Arhand menelan ludah. Dadanya naik turun, pikirannya berputar, mencoba mencari celah untuk menghindar. Tapi di hadapan Yasmin, yang sekarang tidak memberi ruang untuk alasan, ia tahu tak ada tempat bersembunyi."Yasmin… aku…" suaranya lirih."Aku tidak mau dengar penjelasan berputar-putar, Arhand." Yasmin menyela, suaranya bergetar menahan emosi. "Aku hanya ingin tahu satu hal—apakah bayi itu milikmu?"Arhand masih diam.Arya menatapnya tajam, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Jawab, Arhand."Arhand menutup mata, mengusap wajah dengan telapak tangannya. Seluruh tubuhnya terasa lemas, seolah beban berton-ton baru saja diletakkan di pundaknya.Akhirnya, dengan suara yang nyaris tak terdengar, ia mengaku."Ya."Seperti kaca yang jatuh dan pecah berke

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 289. Al Ihlas?

    "Apa?"Rey masih menatap Mira dengan kening berkerut. Dia benar-benar tidak menyangka kalau permintaan mas kawin Mira akan seunik ini."Aku ingin kamu bacakan Ar-Rahman untukku," ulang Mira.Rey menghela napas panjang. "Mira, yang lain saja, ya? Mungkin emas, berapapun, sama seperangkat alat salat, atau. yang lebih unik kayak tanggal yang disesuaikan dengan uang."Mira menggeleng."Mungkin Surat Al-Ikhlas? Kan itu surat top banget," tawar Rey.Mira memutar bola mata. "Rey, ini impianku dari dulu. Aku pernah nonton di YouTube, ada dokter yang hafal Ar-Rahman dan membacakannya saat menikah dengan perempuan yang taaruf dengannya.""Terus?""Ya, kalau dokter saja bisa, kenapa kamu nggak? Padahal kita kenalnya udah lama, udah lengket malah. Masa kamu nggak bisa bacain buat aku?" Mira menatap Rey dengan penuh harap. Bahkan, kedua tangannya dikatupkan di depan dada seperti sedang memohon.Rey menghela napas. Kenapa Mira selalu punya ide aneh begini? Ini bukan pertama kalinya. Dan, sialnya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 291. Kecewa

    Malam di desa Sendang Agung masih ramai dengan suara orang-orang yang baru melaksanakan tarawih. Di desa itu ada dua masjid dengan dua faham yang berbeda. Namun hidup rukun.Rey berdiri di depan rumah yang gelap dan terkunci. Tangannya menyentuh gagang pintu, berharap keajaiban terjadi—mungkin ada yang lupa mengunci, mungkin Tukiran masih di dalam. Tapi tidak mungkin, bukankah tadi mereka bersama ke masjid?Pintu benar-benar terkunci rapat.Matanya melirik ke arah masjid. Beberapa orang masih di sana, melaksanakan sholat tarowih, walau ada yang duduk rehat sebentar. Cahaya lampu menerangi wajah mereka yang penuh semangat, khusu' dalam sholatnya yang baru mulai hari ini tarowih. Salah satunya Mira, berdiri di dekat ibunya, Marni.Rey menelan ludah. Kalau masuk dari pintu depan sekarang, sudah pasti nggak enak dilihat ada yang masih di serambi rehat. Tukiran bakal mengomel soal kenapa pulang lebih cepat. Marni bakal bertanya-tanya. Dan Mira—ah, dia pasti akan memandang dengan ekspresi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 383. Perjalanan

    Menjelang pagi, suasana rumah Lani dan Alzam perlahan kembali hening setelah malam penuh kebahagiaan. Namun pagi itu juga menjadi momen yang berat bagi Mira. Ia harus berpamitan."Lani...," suara Mira lirih, menahan air mata. "Aku pamit ya. Seperti yang kita rencanakan, aku resign. Lagian, kehamilanku udah masuk tujuh bulan. Kayaknya waktunya istirahat dan fokus siapin semuanya."Lani memeluk Mira erat. "Kamu yakin? Aku belum siap kehilangan kamu, Mir. Excel juga pasti cari-cari."Alzam menghampiri dengan senyum hangat. "Tenang aja, Lani. Kita bisa sering main ke sana. Lagi pula rumah Rey juga kan deket, cuma dua jam lebih dikit. Rey juga bisa mancing di sini."Mbok Sarem menenteng tas kecil sambil mengelus perut Mira. " Mbok doakan lancar sampai lahiran. Tapi ya itu, nanti kalau kamu lahiran, Mbok boleh ke sana, kan?"Mira tertawa kecil. "Wajib, Mbok. Nggak lengkap rasanya tanpa kehadiran Mbok."Excel yang baru bisa merangkak cepat, tiba-tiba menghampiri Mira sambil menyodorkan botol

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 382. Akhirnya

    Sore mengendap di antara sela-sela pepohonan di halaman belakang rumah Arhand yang dipenuhi harum rempah dan suara tawa. Tapi tak ada yang bisa menyaingi keharuan yang hadir hari itu.Di bawah naungan tenda sederhana berhiaskan lampu-lampu kecil, Arhand dan Agna duduk bersisian. Seorang kyai sepuh dari pesantren dekat rumah memimpin akad nikah yang syahdu, hanya dihadiri oleh keluarga, Evran, Arman, Manda, Thoriq, Salma, Elmi, Aksa, Alzam dan Lani. Tak ketinggalan, Arya dan istrinya yang kini telah berdamai dengan masa lalu.Mereka memang menggelar acara itu di halaman belakang rumah yang luas namun tertata rapi, para tamu keluarga duduk di atas tikar pandan, menyaksikan prosesi kecil yang begitu sakral. Tak ada gaun mewah, tak ada undangan bertumpuk, hanya kehadiran orang-orang terkasih yang telah menemani perjalanan panjang Arhand dan Agna.Evran duduk di sisi depan, menggenggam tangan Arman erat. Di sebelah mereka, Manda tak mampu menahan air mata saat melihat putranya berdiri teg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Selamat

    Menjelang maghrib, sebuah mobil boks putih bertuliskan nama catering ternama berhenti tepat di depan rumah Alzam. Beberapa pekerja turun dengan sigap, membongkar kotak-kotak makanan, mengangkat panci besar, dan menurunkan nampan berisi hidangan lengkap. Tak lama kemudian, satu per satu terop berdiri di halaman rumah. Warga mulai berdatangan, heran dan penasaran dengan suasana yang tiba-tiba ramai ini.Lani, yang sedang menidurkan Excel, langsung keluar begitu mendengar suara gaduh. "Mas, ini semua apa?" tanyanya dengan nada bingung.Alzam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, pura-pura tak tahu. "Aku juga baru lihat ini, Lani. Mungkin ada orang yang salah alamat?""Mas... jangan bercanda. Ini rumah kita. Lihat itu, teropnya sudah hampir jadi."Mbok Sarem yang baru saja selesai menyiapkan camilan untuk semua orang, ikut keluar dan berdiri di samping Lani. "Masya Allah, ini ada acara apa, to, Mas Zam? Kok kayak mau mantenan aja."Lani memutar-mutar ponselnya, mencoba menghubungi Mira.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Kepercayaan

    Arhand dan Agna saling berpandangan ketika suara dari ponsel membuat mereka terdiam. Arhand mengernyit, mencoba mengenali nada bicara itu—terdengar lelah, namun juga penuh tekanan."Maaf, apa benar ini nomornya Mas Arhand?""Iya. Ini saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?"Dari seberang sana, terdengar helaan napas berat sebelum suara lain, jauh lebih familiar namun dibalut amarah dan kekhawatiran, mengambil alih sambungan."Arhand! Astaghfirullah, kamu ke mana aja? Kami tunggu dari kemarin sore di Munding Wangi. Kamu ke mana? Omahmu ini udah nyaris sesak karena semua nanya kamu di mana!""Oma?" Arhand langsung berdiri, panik. Ia memutar langkah ke arah jendela, mencoba menjauh dari Agna agar percakapan lebih tenang. "Oma, maaf... aku—aku...""Apa kamu sama perempuan itu, hah? Oma bisa terima kamu memang sudah sah menurut negara, tapi menginap, satu apartemen? Ya Allah, Arhand... jangan cemari darah keluarga kita dengan aib!" Suara Oma Evran meninggi, dan di latar belakang terdengar suara M

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 379. Cobaan

    Arhand merapatkan pelukannya. Hawa malam yang sejuk dari jendela balkon tetap terasa hangat di antara mereka. Agna merebahkan kepalanya di bahu Arhand, mencoba menenangkan debaran jantungnya sendiri. Aroma parfum lembut yang ia kenali sejak dulu masih melekat di kemeja pria itu."Aku nggak nyangka... kita bisa begini," lirih Agna."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Arhand pelan, hampir seperti berbisik di telinga."Suka... Tapi takut," jawab Agna jujur."Takut kenapa?""Takut kita kelewatan. Kita bawa diri ke tempat yang terlalu nyaman, lalu kita kehilangan kendali."Arhand menarik napas panjang, tapi tak menjauh. Sebaliknya, ia justru menyentuh pipi Agna dengan lembut, menatap wajah perempuan itu dengan serius."Aku bawa kamu ke sini bukan buat itu, Agna. Aku cuma pengen kita bisa bicara dari hati ke hati, jauh dari ributnya dunia luar. Tapi aku juga manusia, aku... aku nggak bisa bohong, rasa untuk itu ada. Aku lelaki normal, di dekatmu aku seperti hilang kendali. Agna, aku,.."Agna m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Keajaiban

    "Mir, kamu kenapa?"Mira makin mengeratkan pelukannya, bahkan mencium Rey dengan begitu saayangnya. Binar ceria nampak tergambar di matanya."Mira, jangan bikin aku takut kayak gini, dong."Mira makin terkekeh dan mengajak Rey bercanda dan bermanja.Malam semakin larut ketika aroma embun mulai merambat dari sela jendela kamar yang terbuka sedikit. Lampu redup menemani keheningan malam di rumah Alzam yang kini kembali tenang setelah membahas soal keramaian resepsi siang tadi. Kamar yang biasanya hanya ditempati Mira kini terasa lebih hangat—bukan hanya karena Rey yang kini hanya di kamar, tapi juga karena kehadiran cinta yang tak terbendung di antara mereka.Rey duduk di tepi ranjang, sementara Mira bersandar di bahunya. Tangannya yang besar membelai pelan rambut istrinya, seperti mencoba menghapus kelelahan yang masih menggantung di wajah cantik itu."Kamu ngapain mandangin aku terus?" Mira melirik."Lagi jatuh cinta, Mir. Sama istri orang."Mira mencubit lengan Rey pelan. "Istrimu se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Kita sudah sah,..

    Kota Makassar malam itu gelap tanpa bintang. Awan menggantung rendah, seolah tahu ada yang sedang gundah turun dari pesawat malam. Arhand menapakkan kakinya di bandara dengan langkah berat, membawa koper kecil dan tas selempang yang lebih berisi kegelisahan daripada barang-barang.Baru beberapa langkah keluar dari pintu kedatangan, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Lembut, tapi membuat jantungnya berdegup."Bukan aku ingin menghianati janjiku, Arhand," suara Agna lirih namun tegas. Matanya menatap Arhand, dengan kelopak yang lelah, seperti habis menangis.Arhand berhenti, menatap perempuan yang kini berdiri di hadapannya. Ada syal panjang membalut kepala Agna. Tidak seperti biasanya. Bukan hijab penuh, tapi semacam penyesuaian. Agna mencoba, meski belum yakin."Tapi setelah aku bertemu ibumu tadi... aku takut, Hand. Takut aku tak akan bisa menjadi menantu yang baik untuk beliau. Dia membenciku. Tatap matanya seolah tak sudi padaku."Arhand tidak langsung menjawab. Ia hanya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 376. Terkabulnya permintaan

    Keluarga besar Arhand sudah lebih dulu tiba di Munding Wangi, membiarkan Arhand bicara dengan mertuanya. Mereka sejak belum selesai acara sudah ingin pulang. Bukan hanya Thoriq dan Salma yang mendengar perbincangan tak enak di kalangan orang besar itu, khususnya di kalangan partai yang dinaungi Agna. Walau mereka berusaha bungkam dengan seolah tak terjadi apa-apa, sampai waktu mereka dipakai untuk menimang cucu mereka, Excel, mereka tak bisa menutup telinga."Ternyata dengan menggelar pesta pun takkan membuat orang lain kagum, justru makin mengumpulkan orang untuk membicarakan aib pengantin," ucap Lani berbisik pada suaminya."Bener, Lani. Mereka kan nggak kenal aku sama Rey, hinggah mereka enak aja ngobrol soal yang kini berdiri di pelaminan dengan tak melihat kami yang makan sambil memperhatikan mereka. Bener kan, Rey?""Apa?""Rey, kamu ini gimana sih, dari tadi kita ngomong banyak hal, kamu cuma merhatiin Mira saja," timpuk Alzam yang merasakan beban yang ditanggung nenek juga tan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 375. Desas desus di resepsi

    Pesta pernikahan Agna dan Arhand digelar megah di ballroom hotel bintang lima. Bunga mawar dan lili putih mendominasi dekorasi, sementara lampu-lampu gantung kristal menciptakan kilauan mewah di setiap sudut ruangan. Musik alunan saxophone dari panggung utama melantun lembut, menyambut para tamu undangan yang datang berbusana formal nan elegan.Agna duduk di pelaminan, mengenakan gaun rosegold berpotongan longgar berhias renda halus dan mutiara kecil yang dijahit tangan. Hijab satin senada melingkupi rambutnya, sementara riasan wajahnya natural dan lembut. Namun, sorot matanya tak sepenuhnya bahagia. Ia mencoba tersenyum pada setiap tamu yang menyalami, meski jauh di dalam dadanya, ada sesak yang tertahan. Sejak bertemu dengannya, keluarga Arhand tak menampakkan keramahannya. Manda bahkan sering berpaling saat dia menatapnya. "Baru juga di sini mereka seperti ini. Bagaimana jika aku nanti jadi ikut ke sana? Bahan aku seolah tak membawa apa-apa. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghad

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status