Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of ISTRI SIRI TENTARA ALIM: Chapter 261 - Chapter 270

381 Chapters

Bab 262. Qobiltu,..

Suasana hening. Semua mata tertuju ke arah Alzam yang duduk di depan penghulu. Wajahnya tenang, tapi jemari yang saling menggenggam erat di pangkuan menunjukkan ketegangan yang tertahan.Pak Kyai Abduh menatapnya lekat, lalu mengulang pertanyaan sakral itu dengan suara tegas dan berwibawa."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Alzam menarik napas dalam, lalu menjawab dengan lantang, suara bulat dan mantap."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Hening sejenak.Lalu, gemuruh suara takbir dan ucapan syukur menggema."Sah!""Alhamdulillah!"Beberapa orang bahkan menepuk paha atau bahu mereka sendiri saking gembiranya. Senyum merekah di wajah Wagimin dan Towirah yang berdiri di samping penghulu. Keduanya tak henti-hentinya mengucap syukur, seolah beban yang selama ini mereka tanggung luruh begitu saja.Salma yang sejak tadi menahan haru, akhirnya tak bisa lagi membendung air matanya. Ia merangkul Towirah erat, bahunya bergetar."Selamat, Mbak... Akh
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 263. Curi pandang

"Ya Allah, Le, aku kira siapa tadi yang tiba-tiba nongol di dekatku," ucap Marni sambil menyambut uluran tangan Rey.Lelaki itu terkekeh, duduk di sebelah Marni. Dilihat selintas mereka cocok jadi Ibu dan anak, sama-sama besarnya. Hanya Marni besarnya tak terbentuk seperti Rey. Banyak lemaknya.Atik menoleh, dahinya mengernyit. "Siapa dia, Mbak?"Marni terkekeh, menepuk pundak Rey. "Calon mantu yang belum pasti."Rey hanya tersenyum miring. "Insya Allah bisa terlaksana, Bu."Tapi, matanya tetap menatap lurus ke satu arah—ke Mira yang tengah duduk dengan Damar.Damar sadar betul tatapan Rey yang sejak tadi tak lepas dari Mira. Karena itu, tangannya sengaja menggenggam tangan Mira lebih erat. Bahkan, dengan gerakan yang seolah tanpa maksud, ia mengambil sepotong kue kecil dari piring, lalu menyuapkannya langsung ke mulut Mira.Mira tersenyum. Tapi senyumnya hambar. Tatapannya tak sepenuhnya pada Damar. Matanya melirik ke arah lain, sesekali menangkap ekspresi Rey yang kini menatapnya d
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 264. Gemetar

"Rey, bisakah kamu menolongku?" Terdengar suara Agna gemetar.Rey yang tengah duduk di beranda rumahnya mengernyit. Ia baru saja menikmati kopi panas ketika ponselnya bergetar. Suara Agna terdengar bergetar, seperti menahan sesuatu."Ada apa?" tanyanya."Nanti kamu juga tahu," jawab Agna cepat. "Cepatlah kemari. Aku takut."Suara di latar belakang terdengar riuh. Rey bisa mendengar dentuman keras, suara orang-orang berteriak, bahkan bunyi seperti sesuatu dipukul berkali-kali.Ia langsung bangkit."Aku ke sana sekarang."Tanpa menunggu jawaban, ia memasukkan ponsel ke saku dan melangkah ke garasi.Sementara itu, di depan rumah Agna, puluhan orang berdiri di halaman rumah Alzam yang ditempatinya. Wajah-wajah mereka penuh amarah. Beberapa bahkan mengetuk pintu dengan keras."Keluar!""Jelaskan uang kami!"Dari dalam, Agna melangkah ke pintu dengan rahang mengeras. Ia menarik napas dalam sebelum membukanya sedikit."Mau apa kalian datang dengan marah-marah begini?""Urusan gaji, Bu!"Seor
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 265. Hancur

"Biadab kamu, Arhand!" Umpatan dan cacikn berhamburan dengan barang yang terlempar dari segala penjuru. Tangisan pun tak dapat dibendung lagiAgna melempar vas ke dinding. Suara pecahan terdengar tajam, menghantam keheningan rumah itu. Tangannya gemetar, napas memburu.Bi Ani berlari masuk, wajahnya panik. "Nona, apa yang terjadi?"Agna tak menjawab. Kepalanya penuh dengan ingatannya sebulan yang lalu, saat lelaki itu datang lewat jendela dan memaksakan kehendaknya pada Agna di saat Agna tak sadarkan diri oleh bekamannya yang dicampuri sesuatu. Agna mencengkeram baju di dada, seperti ingin merobek kenyataan yang baru saja ia terima.Tespek itu masih tergeletak di meja. Dua garis merah terang setelah Dandi keluar membelinya ke apotik dan ingin memastikan dugaannya benar, kalau Agna sedang mengandung."Tidak. Ini tidak mungkin!" raungnya memenuhi ruangan, tak lama setela h Rey dan Dandi pamit keluar sebentar, katanya kangen dengan sungai tempat mereka mancing dahulu.Agna segera mengam
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 266. Fiting baju

Butik itu tampak lengang saat Yasmin melangkah masuk bersama Arhand dan Manda. Aroma lembut lavender memenuhi ruangan berpendingin udara, sementara berbagai gaun pengantin tergantung rapi dalam lemari kaca berlampu redup.Seorang wanita paruh baya dengan setelan rapi menghampiri mereka dengan senyum profesional. "Selamat datang, Bu Manda. Tuan Arhand." Matanya kemudian beralih ke Yasmin. "Dan ini calon pengantinnya? Waw... sungguh cantik."Manda mengangguk kecil. "Kami ingin memastikan gaun ini sempurna untuk hari besarnya. Makanya jauh-jauh hari kami ke sini."Pemilik WO itu menepuk tangannya dua kali. Seorang pegawai segera datang, membungkuk sopan. "Silakan pilih gaunnya, Nona Yasmin. Kami sudah menyiapkan beberapa pilihan sesuai permintaan sebelumnya."Yasmin mengangguk, berusaha tetap tenang meskipun hatinya terasa gelisah. Ia mengikuti pegawai butik menuju rak panjang yang dipenuhi gaun putih dengan berbagai desain. Tangannya menyusuri kain-kain lembut itu, sementara matanya mene
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 267. Keputusan

Markas militer terasa lengang siang itu. Matahari bersinar terik, tapi udara di dalam ruangan terasa lebih dingin dibandingkan biasanya. Langkah Agna terhenti di depan pintu ruang komando. Sekilas, dia menarik napas, memastikan dirinya tetap tegar sebelum mengetuk pintu dan masuk.Di balik meja kayu yang kokoh, Letkol Bara menatapnya dengan ekspresi datar. "Selamat pagi, Pak!""Pagi, Agna," ucap Pak Bara dengan dahi berkerut mengulurkan tangan menyambut jabat tangan Agna."Ada masalah sampai kamu datang kemari?""Saya mau mengajukan gugatan cerai pada Kapten Alzam Pak.""Kamu serius?" Bara bertanya, suaranya tenang, tapi tajam.Agna duduk tegak, berusaha menahan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. "Insyaallah yakin, Pak," jawabnya.Bara menghela napas, menatapnya dalam-dalam. "Aku nggak menyangka kamu akan mengambil keputusan secepat ini.""Aku sudah mempertimbangkannya," Agna menegaskan, suaranya tanpa ragu. "Di pernikahan itu saya benar-benar sadar, bahwa saya tidak sekuat yang
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 268. Reaksi Alzam

Alzam tak bisa menahan diri. Jemarinya segera menekan nomor Lani. Begitu tersambung, tanpa basa-basi, ia langsung bicara."Agna ngajukan cerai."Tak ada respons di seberang."Lani?"Masih sunyi."Kamu nggak mau bilang sesuatu?"Suara napas terdengar sebelum Lani akhirnya menjawab pelan. "Aku ngerasa jahat."Alzam mengernyit. "Kenapa ngomong gitu?""Seolah ini bukan salahku. Aku yang merebut kamu darinya.""Lani, sudah berapa kali aku bilang, kamu yang tidak salah. Kamu tak tau aku bertunangan. Sedangkan aku sendiri memang dari awal tak mencintai Agna.""Aku seharusnya bahagia, kan? Agna menyerah, pergi dari hidup kita, membiarkan kita tetap bersama. Tapi kenapa aku malah ngerasa bersalah?"Alzam mengusap wajah. "Dengar, ini bukan salah kita. Dia yang lebih dulu bikin hidup kita berantakan."Lani tak langsung menjawab."Sudahlah, jangan mikirin hal nggak perlu."Lani diam sebentar sebelum berkata, "Tanya apa yang dia mau, Mas. Kamu harus memberinya sesuatu.""Apa? Kamu bisa-bisanya me
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 270. Jangan ragukan aku!

Lani baru saja meletakkan ponsel setelah menyelesaikan pekerjaannya ketika telepon kembali berdering. Nama Mira muncul di layar."Lani, besok ke pabrik, ya?" suara Mira terdengar buru-buru, ada nada cemas yang sulit disembunyikan."Ada apa?""Pekerjaan berantakan. Hampir separuh buruh nggak masuk. Aku udah coba koordinasi, tapi tetap kacau."Lani mengernyit. "Secepat itu efeknya?""Sejak unjuk rasa kemarin, semua makin nggak jelas. Banyak yang takut kehilangan kerjaan, sebagian lain protes karena gaji katanya dipotong. Padahal uang dari Mas Alzam sudah untuk gaji mereka dengan penuh."Lani mengambil bolpoin, mencoret-coret kertas kosong tanpa tujuan. "Nanti aku lihat."Mira terdiam sesaat, lalu melanjutkan, "Ada hal lain yang harus kamu tahu.""Apa?""Agna nggak lagi di rumahnya. Orang tuanya bawa dia pergi."Lani membeku. "Maksudmu?""Kata Mbok Sarem, dia nggak keluar rumah seharian. Bu Ani juga bilang, dia kelihatan lemas, sering muntah."Lani mengernyit. "Kenapa bisa sampai begitu?
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab. 271. Bolekah aku,...

Suara dering ponsel menyelip di antara suara mesin yang berputar di dalam pabrik. Mira menghela napas, menyingkir dari jalur produksi sebelum mengangkat panggilan itu."Mas Damar? Ada apa? Aku masih kerja dan sekarang lihat di produksi.""Ayo, kita fitting baju sore ini," suara di seberang terdengar tegas, tanpa basa-basi.Mira mengusap peluh di dahinya. "Bisa nggak besok aja? Aku masih di pabrik, banyak kerjaan arena banyak yang masih belum masuk.""Tidak bisa, Mir. Mama sudah atur jadwal jauh-jauh hari. Dia takut kalau bajunya nggak pas dan harus dirombak lagi."Mira mendesah. "Tinggiku seratus enam puluh, badanku juga biasa saja. Seharusnya nggak repot sama ukuran baju. Beda alau yang tubuhnya gendut atau urus sekali.""Ini soal kepastian, Mir. Lagipula Mama sudah capek-capek ngurus semuanya," potong Damar cepat. "Aku nggak mau ngecewain beliau."Mira diam sejenak, lalu menyerah. "Baiklah, aku izin dulu ke Lani."Dia berjalan ke ruangan pribadi, di mana Lani sudah kembali bekerja s
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 272. Bingung

Mobil meluncur di jalanan sore. Langit mulai meredup, lampu-lampu toko menyala satu per satu. Rey melirik ke sisi kanan jalan, langkahnya melambat tanpa sadar.Gaun itu terlihat begitu anggun. Putih dengan manik-manik berkilauan, menggantung di etalase sebuah butik bridal.Sebuah bayangan melintas di pikirannya.Mira akan terlihat cantik dengan gaun seperti itu.Rey menghela napas, tersenyum kecil, tapi ada sesuatu yang menyesakkan dadanya. Dia sadar, semua itu hanya impian semu. Nyatanya dia tidak akan menikahi Mira, walau dia juga akan menikahi seseorang.Lalu seorang satpam keluar dari butik, menatapnya dengan curiga. "Mau masuk, Mas? Bisa lihat-lihat koleksi di dalam."Rey tersadar. "Ah, nggak, Pak. Saya cuma lewat."Dia segera melangkah pergi, tapi sesuatu menancap tajam di hatinya.Yang akan dinikahinya bukan Mira. Tapi Agna. Dan dia sudah tak bisa membayangkan jika Agna memakai gaun itu melangah bersamanya diiringi prosesi pedang pora.Impian yang dulu pernah ada kini berubah j
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
39
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status