Semua Bab ISTRI SIRI TENTARA ALIM: Bab 241 - Bab 250

263 Bab

Bab 241. Berbisik

"Sayang, bangun, Subuhnya sudah lewat. Hampir jam lima."Suara lembut Alzam menyentuh gendang telinga Lani, membuat kelopak matanya terbuka sedikit. Mata berat, tubuh masih enggan beranjak. Helaan napas terdengar dari samping. Tangan hangat mengusap lengan, pelan-pelan membangunkan."Masih ngantuk," gumamnya, menarik selimut.Alzam terkekeh, menyingkap kain yang menutupi wajah istrinya. "Tadi siapa yang minta dipeluk sampai ketiduran? Sekarang nggak mau bangun?"Lani mengerjap. Suaminya menatap dengan senyum menggoda. "Minum dulu," Alzam menyodorkan gelas. Lani menerima, meneguk air dingin yang langsung menyegarkan kerongkongan.Begitu gelas diletakkan, Alzam menunduk, mencium keningnya. "Bangun, mandi bareng, biar nggak molor lagi."Tatapan mengantuknya beralih tajam. "Mandi bareng?"Alzam sudah berdiri, mengulurkan tangan. "Mumpung ada air hangat di ensuite baru kita."Lani mengernyit. "Ensuite?""Kamar mandi dalam, dong. Masa kita masih ke luar lagi?"Mata Lani melirik pintu kamar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 242. Selingkuhan

Alzam berdiri tegap, napas memburu. Tatapannya tajam menusuk ke arah dua wanita paruh baya yang sejak tadi melontarkan tuduhan seenaknya."Maaf, ibu-ibu. Kalian tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi jangan asal bicara," suaranya rendah, tapi sarat amarah. "Saya tidak terima istri saya kalian katakan selingkuhan. Saya bukan orang seperti itu! Terlebih, itu menghina wanita yang saya cintai."Salah satu wanita itu melengos, melempar lirikan pada temannya sebelum berujar lirih."Nyata-nyata selingkuh kok gak terima."Lani menggenggam lengan Alzam, berusaha menyalurkan ketenangan lewat sentuhan. Tapi pria itu tak bisa tinggal diam. Matanya berkilat marah."Kalian bahkan tidak mengerti arti kata selingkuh." Rahangnya mengeras. "Dia tidak pernah merebut saya dari siapa pun!"Tangan Lani semakin mengerat. Namun, dua wanita itu masih bersikukuh. Bisik-bisik mereka terdengar makin tajam, menusuk telinga Alzam."Mana ada sih orang selingkuh yang mau ngaku? Ya, jelas-jelas tidak mengakui k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 243. Kamu?

Lani menekan tombol panggil, menempelkan ponselnya ke telinga. Suara Mira terdengar ceria di seberang."Mbak, bagaimana keadaan pabrik?""Harga jeruk mulai anjlok, Lami. Kemarin Agna aku lihat bersitegang dengan Pak Sajad.""Kenapa bisa seperti itu?""Agna ingin membeli jeruk sesuai dengan penurunan yang terjadi di pasar. Sedangkan waktu kamu duluh, walau turun kan masih kamu beri harga yang lebih tinggi dari pasar, jadi petani kerasan.""Waduh, gimana, dong. kasihan mereka. Nanti imbasnya juga akan ke gudang, karena pabrik lain juga begitu, ghak akan mau harga yang lebih tinggi dari pasar. Padahal harga jual sirup tetap sama, mau naik, mau turun harga bakunya.""Aku sendiri bingung, Lani. Ini Mas Budi juga mengeluh dengan harga kulit jeruk yang dinaikkan. Katanya murah banget, bisa dijadikan sovenir mahal, kok bahan bakunya cuma segitu."Lani terdiam sesaat. Dia baru ingat saat Mira mengatakan tentang Budi. "Mbak, kamu dapat undangan dari Budi sama Dita. Undangannya di rumahmu ya.""
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 244. Ikut.

"Siapa yang menikah?" tanya Rey, suaranya terdengar santai tapi matanya sedikit menyipit, menatap selembar kartu undangan berwarna pastel yang terlihat mahal itu."Dita dan Budi," sahut Lani."Kamu ghak kenal. Pergi aja, kita mau pergi," ucap Mira sengol."Ghak gitu-gitu amat dong, ntar cantik kamu ilang.""Dasar gombal!"Rey terkekeh, lalu melirik dirinya sendiri. Kaos, celana jeans. Dia menghela napas pelan. "Nikahnya di gedung?" tanyanya lagi.Alzam, yang sejak tadi berdiri di samping Lani, mengangguk. "Iya, resepsi gedung. Kenapa?"Rey tertawa hambar, menyeringai kecil. "Ya udah, selamat bersenang-senang. Gue nggak bakal nyusahin kalian dengan penampilan gue yang kayak gembel gini."Lani terkikik, menutup mulutnya dengan tangan."Kenapa nggak ikut aja?" Alzam menatap Rey dengan sorot serius. Sementara Mira melotot.Rey menghela napas berat, mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. "Gini doang? Masa gue masuk ke acara formal dengan kaos sama jeans?"Alzam menepuk bahu Rey, seak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 245. Menemukan pegangan

Alzam melirik Lani yang berdiri di meja makanan. Matanya berbinar saat melihat deretan es buah wana warni di mangkuk kaca besar. Tangannya sudah terulur, siap meraih gelas berisi es yang menggoda itu. Tapi sebelum jemarinya menyentuh gelas, suara berat Alzam menghentikannya."Jangan."Lani mengerjapkan mata. "Hanya kali ini."Alzam menatapnya serius. "Nggak baik buat bayi kita, Sayang."Lani menghela napas panjang. "Udah lama nggak minum es, lho."Alzam tetap menggeleng. "Tahan, ya?"Lani mengerucutkan bibir. "Udah lima bulan, sayang. Masa nggak boleh sekali aja?"Tatapan Alzam melunak. Tangannya terulur, menyentuh jemari Lani yang masih ragu-ragu. Dia lalu mengambil sedikit."Lagi ghak boleh?""Lani,..."Lani menatap suaminya dengan wajah merajuk. Tapi akhirnya dia menyingkir dari meja es buah, memilih kembali ke samping Alzam.Tapi belum sempat dia menarik napas lega, Alzam sudah menatap tajam ke arah piringnya."Kambing guling juga?"Lani mengangguk. "Iya, dong. Favorit aku."Alzam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 246. Aku siap jadi sandaranmu

Mira menatap lurus ke depan, tapi matanya kosong. Dada terasa sesak, seakan ada tangan tak terlihat yang meremasnya dari dalam.Sial. Kenapa harus begini?Di sisinya, Rey diam. Tapi Mira tahu pria itu sedang mengamati wajahnya, membaca tiap ekspresi yang coba dia sembunyikan.“Mir…” Suara Rey nyaris seperti bisikan. Badannya merapat. Tanpa sadar, Mira mengeratkan tangannya di lengan Rey. Sejenak Mira menelan ludah. Dia tidak ingin terlihat lemah. Tidak di depan Rey. Tidak di depan Damar yang sekarang duduk bersama Vero dan putrinya.Tapi sialnya, matanya tetap menangkap sosok Damar. Laki-laki itu terlihat canggung, tapi tetap di sana. Bersama keluarganya. Bersama perempuan yang seharusnya tidak ada. Damar sendiri bingung bersikap. Di satu sisi perasaannya pada Mira. Di sisi lain, dia tak ingin anaknya melihat orangtuanya tak bahagia bersamanya.Mira ingin tertawa. Ironi macam apa ini?Tapi yang keluar dari bibirnya justru kalimat penuh amarah.“Kamu cari kesempatan di tengah penderit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 247. Kenapa baru sekarang?

Langkah Yasmin terhenti begitu melihat sosok yang berdiri tak jauh. Napasnya tercekat. Ada sesuatu yang meremas jantungnya.“Sandi?” Dia menatap pria itu dengan menata degup jantungnya.Pria itu tersenyum. Wajahnya tampak sedikit berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Lebih matang. Lebih… berwibawa.Sandi Lim adalah pria keturunan Tionghoa dengan perawakan tinggi dan atletis. Kulitnya putih terang khas oriental, dengan rahang tegas dan hidung yang sedikit mancung. Rambutnya hitam pekat lurus, ditata rapi dengan gaya yang terlihat profesional namun tetap santai. Matanya sipit namun tajam, menyiratkan kecerdasan dan determinasi. Gaya berpakaiannya selalu rapi dan berkelas, mencerminkan kesuksesannya dalam dunia bisnis. Namun di balik sikap tenangnya, ada keteguhan hati yang sulit dibaca oleh orang lain. Yaitu rasa cintanya pada yasmin yang tak pernah luntur dan membuatnya mau belajar apa yang diinginkan keluarga Yasmin tanpa menelannya mentah-mentah. Walu itu tak pernah dia ungkapka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 248. Maaf

Mira menatap layar ponselnya, jari-jarinya ragu menyentuh kontak panggilan. Nomor Rey sudah ada di sana, hasil permintaan setengah memaksa pada Lani tadi sore."Tolong pertimbangkan dia, Mbak," suara Lani masih terngiang. "Dia memang salah, tapi dia nggak sadar waktu itu. Dia terlalu sayang sama kamu."Mira menggigit bibir, menahan perasaan yang bergejolak. Lani benar. Rey salah. Tapi yang dia lakukan setelah itu…Mira meraba bibirnya, seakan masih bisa merasakan ciuman singkat yang mendarat begitu saja di sana.Sial.Waktu itu, setelah sesi foto, dia berniat memarahi Rey. Tangannya bahkan sudah terangkat, siap mendorong pria itu menjauh. Tapi tatapan Rey—tajam, dalam, penuh sesuatu yang tak bisa Mira baca—membuatnya terhenti.Dan lalu…Bibinya menghangat, pipinya memerah hanya dengan mengingatnya.Tanpa aba-aba, Rey membungkuk, bibirnya menyapu bibir Mira sekilas.Itu spontan. Tidak direncanakan. Tapi cukup untuk membuat Mira terdorong panik, hingga tanpa sadar dia mendorong Rey kera
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 248. Setelah kau kembali

Yasmin melangkah masuk ke rumah dengan langkah pelan. Rasa letih menjalar dari ujung kaki hingga kepala, seolah pikirannya yang penuh berjejal menjadi beban di setiap langkahnya. Udara dalam rumah terasa lebih hangat dibanding udara malam di luar, tapi itu tidak menghilangkan kegelisahan yang sejak tadi mengendap di hatinya.Sebelum sempat mencapai kamarnya, suara ibunya menyapanya.“Yasmin, dari mana saja?”Nada suara Jamilah terdengar lembut, tapi tetap menyiratkan ketegasan seorang ibu. Yasmin tahu, pertanyaan itu bukan sekadar basa-basi. Ada sesuatu di baliknya.Yasmin menelan ludah. “Baru jalan sebentar, Ummi. Udara malam lumayan sejuk.”Jamilah menyipitkan mata. “Kenapa tadi tidak pamit dulu ke Ummi?”Sejenak Yasmin mengalihkan pandangannya, menatap lantai yang berkeramik putih. “Maaf, Ummi. Aku hanya ingin menyegarkan pikiran. Tidak terlalu jauh, kok.” Yasmin dan Sandi sejak duluh selalu ketemuan di cafe yang tak jauh dari rumahnya . Cafe itu sudah menjadi langganan mereka mele
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 249. Di saat menguatkan

Mira melirik layar ponselnya, keningnya mengernyit. Sudah hampir ia tekan tombol panggil untuk menghubungi Rey, tapi tiba-tiba nama lain muncul di sana. Jantungnya berdegup cepat. Entah kenapa hanya dengan melihat namanya dia masih merasakan berdebar itu, walau sejak melihat semua yang terjadi di pernikahan Dita dan Budi, dia merasakan sakit setiap mengingatnya.Kenapa tiba-tiba sekarang dia menelpon?Waktu itu di resepsi, pria itu seolah tidak begitu mengenalnya. Duduk di samping Diandra dan Vero dengan senyum penuh, seolah mereka sebuah keluarga yang tampak sempurna di mata semua orang. Mira sering menatapnya, tapi Damar seolah sibuk menjaga keluarganya.Sedetik ragu, tapi akhirnya Mira mengangkat panggilan itu.“Sayang… bagaimana keadaanmu?” Suara Damar terdengar pelan, nyaris berbisik. “Aku ingin menelponmu sejak resepsi itu, tapi aku selalu ragu.”Mira diam. Panggilan itu seharusnya terasa hangat, tapi malah membuat dadanya sesak.Damar melanjutkan, suaranya sedikit berubah, seo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
222324252627
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status