Home / Pendekar / Pangeran Pendekar Terasing / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pangeran Pendekar Terasing: Chapter 101 - Chapter 110

234 Chapters

Aturan Perkumpulan Pendekar Song

“Pasti, aku yakin,” hanya itu yang dapat keluar dari mulut Zhao Ming, meski dia tahu kemungkinan itu sangat kecil, tapi dia tak ingin melihat adiknya bersedih.“Kakak Ming bohong,” katanya. “Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, karena aku juga memikirkan hal yang sama, hanya takut untuk mengakuinya,” lanjutnya.“Kakek telah berjanji akan menemukan Kakak Shing. Selama belum ada bukti bahwa dia telah mati, masih ada harapan.”“Aku pun berharap demikian, tapi pikiran burukku tidak dapat aku kendalikan,” ucap Zhao Rong. “Sejujurnya aku sering membayangkan Kakak Shing kembali dan memeluk kita berdua dengan erat. Lalu aku akan menangis sejadi- jadinya,” katanya dengan wajah tersenyun bercampur pilu.“Aku juga,” giliran Zhao Ming yang dipenuhi binar dalam matanya.Sejak kecil, selain wajah ibunya, mereka paling ingat wajah Zhao Shing. Karena kesibukan ayahnya, setiap hari mereka berdua menghabiskan waktu dengan ibu dan kakaknya.Apalagi setelah kematian ibunya, mereka berdua selalu bermain di
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Qi Peizhi dan Wang Jiang

Chiu Kang tersenyum mendengar perkataan Xiao Bojing.“Setiap perguruan dan sekte memang harus mengirimkan beberapa orang untuk menjadi utusan dan duta di perguruan dan sekte-sekte lain.”“Maksud Ketua Kang?” Xiao Bojing tampak belum paham.“Aku ingin mereka menyebarkan kabar tentang berdirinya Perkumpulan Pendekar Song ke semua perguruan dan sekte. Dengan demikian, jika ada perguruan atau sekte lain ingin bergabung, mereka harus datang pada delapan perguruan dan sekte terdekat, yaitu perguruan dan sekte milik para tetua sebagai Delapan Ketua Utama,” Chiu Kang menjelaskan panjang lebar.“Aku setuju dengan rencana Ketua Kang. Kita memang seharusnya menyebarkan kabar dan membujuk perguruan dan sekte-sekte lain untuk bergabung bersama kita, terutama yang berasal dari golongan putih,” Jia Lihua mengungkapkan kesetujuannya.“Tapi, bagaimana jika kita malah mengajak sekte dan perguruan yang salah?” Cao Ehuang mengeluarkan pendapatnya.“Itu tak masalah, para ketua tak usah cemas. Aku yang aka
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Meninggalkan Gunung Jingshan

“Sudahlah, kau tak usah menghiburku. Aku mengatakan ini karena mungkin kita tidak akan bertemu lagi. Kau akan berada dalam jalanmu, begitu pun aku.”Mendengar kata “tak bertemu lagi” membuat Chiu Kang merasakan sesuatu yang aneh, atau lebih tepatnya asing.Kemudian dia tersenyum tulus dan berkata: “Kita pasti bertemu lagi. Aku masih belum cukup berterima kasih pada Nona Jiang.”“Aku tak melakukan apapun untukmu,” Wang Jiang menggeleng.“Apapun yang Nona Jiang lakukan padaku sangat besar. Mungkin sepanjang kehidupan aku tak dapat menebusnya.”Wang Jiang bingung.“Keluargaku hanya memberimu tempat tinggal dan makanan, tidak lebih dari itu. Lagipula aku yakin, kau bisa mendapatkan semua itu sendiri tanpa perlu bantuan kami,” katanya.“Kalian telah melakukan sesuatu yang lebih besar dari itu.”“Tidak, kau hanya menilainya terlalu besar,” Wang Jiang kembali menggelengkan kepalanya.Dia benar-benar merasa tidak melakukan sesuatu yang hebat terhadap Chiu Kang.“Suatu saat Nona Jiang akan men
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Kembali ke Ningbo

“Apa kalian yakin?” tanya Putri Meirong sedikit lunak.“Tentu kami yakin, Yang Mulia,” jawab mereka sambil tertunduk.“Sekarang juga kalian cari mereka berdua. Jangan kembali sebelum ketemu,” paksa Putri Yi Liang.Meski umurnya sudah melebihi kepala lima dan uban tumbuh di mana-mana, dia masih bisa berteriak dengan sangat keras.“Baik, Yang Mulia.”Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di bawah tanah Istana Timur, Pangeran Zhao Bingwen dan Zhao Nianzu sedang duduk bersila tenang.Sesekali mereka berdua memukulkan tangannya ke ruang hampa, dan akibat dari pukulan itu, terdengarlah suara deruman hebat yang kadang menggoncang tanah.Mereka berdua masih terpejam. Semua jari di tangan mereka melebar. Di depan tempat bersila mereka, ada sebuah buku yang terbuat dari kulit mejangan yang sudah lapuk. Diperkirakan usia buku itu sudah lebih dari dua ratus tahun.Mereka kembali membuka tangannya bersama-sama dan memukul udara hampa di depannya. Lagi-lagi deruman itu keluar, bahkan kali ini jau
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Pembunuhan di Kota Chongqing

Chiu Kang menggeser tubuhnya mendekati Chao Chengping. Dia menaruh tangan kirinya di pundak adiknya.Dengan setengah memeluk dia berkata: “Aku tidak pergi untuk selamanya, hanya sementara. Aku janji akan cepat kembali.”“Kau pembohong! Kau pembohong!” Chao Chengping lari dari ruangan itu.“Adik! Adik!” Chiu Kang memanggil adiknya dengan mata membasah.“Biar Ayah yang melakukannya,” ucap Tuan Besar Chao sembari mencegah Chiu Kang mengejar Chao Chengping.Kemudian Tuan Besar Chao masuk ke dalam rumahnya untuk menenangkan Chao Chengping.“Ya, ibu mengerti. Ibu sangat mengerti.....”Tiba-tiba Nyonya Chao berdiri dan pergi meninggalkan Chiu Kang tanpa sepatah kata pun. Dia berjalan dengan tangis yang tiada hentinya.Melihat itu, air mata Chiu Kang tak tertahan lagi.“Ibu?!” katanya dengan pipi yang telah tergenangi air.Akan tetapi, Nonya Chao sama sekali tidak mempedulikan panggilan Chiu Kang. Dia terus menjauh meninggalkan Chiu Kang sampai seluruh tubuhnya menghilang tak terlihat.Chiu K
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Kabar Pembunuhan oleh Perguruan Mufu

Kong Kuanyin hanya terdiam mendengar ucapan muridnya.“Kakak ketiga, Kakak keempat. Kita tidak seharusnya membicarakan ini sekarang. Biarkan guru menenangkan pikirannya dulu.”Qi Peizhi tak ingin menyikapi masalah ini dengan buru-buru.“Benar kata Adik kesebelas, kita harus memikirkannya dengan jernih,” Xia Roulan, murid kedelapan Kong Kuanyin berpendapat sama dengan Qi Peizhi.Dia juga baru tiba kemarin di Gunung Wuling.“Tapi.....” Jie Cuifen, murid kesembilan Wuling hendak mengatakan sesuatu.Seakan tahu apa yang akan dikatakan Jie Cuifen, Tao Shunyuan menyela.“Sudahlah, kita harus menunggu jenazah kakak ketujuh dulu, baru membicarakan langkah berikutnya,” katanya.Mendengar murid-muridnya saling berdebat, Kong Kuanyin memilih pergi meninggalkan mereka. Dia berjalan menuju ruangannya.“Kakek! Kakek!” panggil suara muda yang begitu akrab di telinganya.Kong Kuanyin menoleh.“Xiang-er?” katanya.Gadis itu langsung menubruk kakeknya. Dia memeluk tubuh kakeknya erat-erat.“Kakek, aku
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Chiu Kang dan Lei Liwei

“Maafkan hamba Yang Mulia, tapi hamba tidak bisa melakukannya.”“Kenapa?”“Salah satu sumpah di Perguruan Wuling adalah tidak boleh berlaku tidak sopan pada Keluarga Kaisar Song Taizu. Jika mereka tidak mengetahui identitas asli Yang Mulia, mereka akan melanggar sumpah itu. Karena itu hamba tidak bisa mematuhi Yang Mulia.”Hu Hongyin melangkah ke depan.“Kau berani tidak patuh? Bukankah itu tindakan kurang ajar juga?”“Aku rela menerima hukuman apapun, asal murid-murid Perguruan Wuling lainnya tidak melakukan hal yang sama.”“Kau!” Jenderal Hu Hongyin tampak geram.Chiu Kang tersenyum.“Sudahlah, Kakak Hu. Dia sama sepertimu,” katanya.“Tapi Yang Mulia Pangeran!”Chiu Kang mengangkat tangannya memberi isyarat untuk diam. Kemudian dia menghampiri Lei Liwei dan menyuruhnya berdiri.“Kau pasti ingat kata-kata ini, ‘Kakak Kang, aku bersumpah akan mengabdi pada Kakak sepanjang hidupku. Kakak harus datang ke Chongqing agar aku dapat memenuhi sumpahku,” sebut Chiu Kang.Lei Liwei terperanjat
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Orang-Orang Mufu Berkumpul

Mendengar ucapan Chiu Kang, Lei Liwei memandang ke seluruh jalan, dia sama sekali tidak melihat seekor kuda pun datang menghampiri mereka.Akan tetapi, beberapa saat kemudian sebuah kereta kuda dengan kecepatan tinggi mendekati mereka.Ternyata benar, kusir kereta kuda itu adalah Jenderal Hu Hongyin. Dia bergegas melompat turun dan ingin berlutut memberi salam. Namun Chiu Kang mencegahnya dengan isyarat.“Seret dia keluar!” perintah Chiu Kang.Hu Hongyin dan Lei Liwei secara bersamaan menyeret Kam Nam Su keluar. Tangan dan kakinya semuanya dipenuhi rantai besar. Kelopak matanya berwarna hitam memar. Mungkin karena dia sering disiksa dan jarang tidur.“Apa maumu?” tanya Kam Nam Su setelah berada di depan Chiu Kang.Dengan cepat, Chiu Kang menarik pedang milik Lei Liwei dan mengarahkannya ke leher Kam Nam Su.“Aku ingin mencongkel kedua matamu,” katanya dengan sorot meruncing.“Mencongkel kedua mataku?”“Benar. Kau pasti tahu bahwa aku tak pernah main-main,” Chiu Kang mengangkat pedang
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Pemusik di Sungai Yangtze

Karena He Jinhai terus diam. Tiada seorang pun yang berani mengatakan sesuatu. Suasana pun menjadi sesunyi hutan di siang hari, saat semua binatang tertidur pulas.Yang Mingyu yang sebenarnya bergegas datang kemari untuk melaporkan masalah ini, ternyata semua orang telah mengetahuinya.Dahinya mengerut berpikir keras apa yang seharusnya dilakukan dalam saat-saat seperti ini. Kemudian dia berdiri dan melihat ke wajah orang-orang yang berkumpul di ruangan itu.Semua saudaranya ada, selain Cao Dingxiang dan Yao Ting, kakak pertamanya. Sementara dari empat paman gurunya, hanya Xue Yaozu, saudara keempat dari gurunya yang tidak ada.“Adik kedelapan, sebaiknya kau istirahatlah dulu,” ucap Chun Hua, seorang wanita tiga puluh sembilan tahun yang belum menikah.“Kakak kedua tak usah cemaskan aku,” katanya.“Dari kecil kau memang susah diatur,” balasnya dengan senyum riang.“Benar kata Kakak kedua, kau seharusnya istirahat dulu. Kau tahu bau badanmu sangat tidak sedap,” Hong Chuntao pura-pura m
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Markas Bandit Mata Satu

Setelah merenung cukup lama, mereka berdua saling menghela nafas.“Sudah sore. Kita lebih baik kembali ke gubuk,” ajak kakak pertamanya.“Kakak benar.”Dengan sekali loncat, tubuh mereka melayang sangat jauh, melewati pepohonan besar yang tinggi dengan mudah. Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai tepat di depan gubuk. Baru saja kaki mereka menapak tanah, mata mereka sudah membelalak karena terkejut.“Siapa kau?” tanya salah seorang dari mereka.“Paman guru,” ucap orang tersebut.“Siapa Paman gurumu?” balik mereka bertanya.“Aku murid pertama Guru Liu Peng,” jawabnya. “Karena itu Tetua Heng Tingfeng dan Tetua Quan Shirong adalah Paman guruku,” lanjutnya.Mendengar penjelas laki-laki paruh baya itu tidak membuat Heng Tingfeng puas. Dia malah mengepalkan tangan kanannya dan maju menyerang laki-laki itu.Dengan sigap, orang yang mengaku murid Liu Peng, yang tidak lain adalah saudara ketiga mereka mengelak dengan lincah, walau itu tidak cukup untuk bertahan dari serangan hebat Heng T
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
PREV
1
...
910111213
...
24
DMCA.com Protection Status