หน้าหลัก / Pendekar / 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT / บทที่ 21 - บทที่ 30

บททั้งหมดของ 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT: บทที่ 21 - บทที่ 30

96

Bab 21 : Terungkapnya Semua Cerita Lampau

Dalam ruangan tempat penyimpanan lontar-lontat kuno, Jagat Pramudita dan Giandra duduk menghadapi sebuah kotak kayu yang tergeletak di atas meja.Pintu telah ditutup rapat, tidak lagi orang lain kecuali hanya mereka berdua di sini. Jagat Pramudita hendak menunjukkan kepada Giandra suatu hal besar yang selama ini menjadi rahasia perguruan Rjawali Angkasa.Jagat Pramudita mulai membuka tutup pada bagian atas dari kota tersebut. Dia lalu mengeluarkan sebuah gulungan lontar dari dalamnya.Jantung Giandra terasa berdegup. Dalam hati dia pun bertanya-tanya, rahasia besar apakah yang akan diungkapkan oleh sang guru kepadanya hari ini, bahkan sampai harus menutup pintu agar orang lain tidak ikut menyaksikan.Jagat Pramudita menggeser kotak itu ke tepi meja, dia kemudian membukan gulungan lontar tersebut secara membujur dan memperlihatkannya kepada Giandra.Giandra akhirnya tertarik untuk memperhatikan, pada gulungan lontar itu berisi tulisan dengan aksara
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-27
อ่านเพิ่มเติม

Bab 22 : Munculnya Gerombolan Nogo Ireng

“Giandra, coba kau berikan telapak tangan kananmu padaku.” Ujar Jagat Pramudita. “Kita akan coba membangkitkan Tenaga Dalam Inti Indurashmi yang sudah ada pada dirimu.Giandra tidak mengerti apa yang diinginkan oleh gurunya, tapi dia mengikuti perintah tersebut. Dia menyorongkan tangan kanannya ke depan.Jagat Pramudita pun menggenggam pergelangan tangan Giandra. “Sekarang tutup kedua belah matamu dan berkonsentrasilah. Tarik nafas yang dalam dan hentakkan ke arah pusat. Tarik sebuah kekuatan yang sangat kuat yang selama ini terpendam di tubuhmu. Usahakan agar cahayanya keluar melalui telapak tangan. Aku akan membantumu menariknya.”Giandra pun melakukan yang apa yang barusan disuruh oleh gurunya. Dia memejamkan mata dan mulai berkonsentrasi. Saat pikirannya telah mencapai keheningan, dia pun mulai menarik nafas panjang dan menghentakkannya ke perut.Dalam keadaan mata berpejam, Giandra menyaksikan ada pancaran sinar putih ya
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-27
อ่านเพิ่มเติม

Bab 23 : Ilmu Meraga Sukma

Tubagus Dharmasuri datang menghadap kepada Prabu Surya Buana. Kala itu sang prabu sedang duduk di atas singgana dan ditemani oleh dua orang punggawa yang juga duduk di bawah anak tangga.Di sebelah kanan ada Senopat Wibisana, usianya baru 35 tahunan, berkulit gelap, dan postur tubuhnya tidak terlalu tinggi namun sangat kekar. Dia adalah orang selalu menemani sang prabu setiap kali prabu akan pergi berburu ke hutan.Di sebelah kiri ada Senopati Taraka, umurnya sudah 40 tahunan, badannya jangkung, dan dia terkenal sebagai ahli memanah dan ahli dalam menyusun strategi perang. Sang Prabu duduk di singgasana dengan mengenakan jubah berwarna putih perak dan mahkota emas di kepalanya. Dia saat itu tengah asyik membolak-balikkan liontin pada kalung yang dia pakai. Liontin tersebut adalah berupa batu yang sangat indah dan diberi nama Mustika Permata Hijau. Semua orang di lingkungan sudah tahu kalau sang prabu selalu mengenakan kalung tersebut kemana pun dia pergi.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-27
อ่านเพิ่มเติม

Bab 24 : Latihan di Lembah Cendana

Senja hari di Lembah Cendana di kaki Gunung Bhanurasmi, warna langit tampak sudah pucat, serombongan burung kecil terbang berbondong pulang ke sarangnya.Sebentar lagi matahari terbenam di bawah cakrawala. Temaram semakin mendekap nabastala. Iringan bayu senja bertiup membelai daun di pohon-pohon pinus.Di antara batu-batu besar yang berserakan tidak teratur, Jaka Purnama dan Ki Nawasena sedang berlatih ilmu kanuragan. Keduanya bertarung serius bak dua ekor harimau yang bertemu di puncak bukit.Dari telapak tangan kiri Ki Nawasena tiba-tiba keluarlah sinar biru. Sinar itu menyambar seperti petir, Jaka Purnama pun segera melompat untuk menghindar. Sinar biru itu hampir saja mengenai kakinya, tetapi kemudian menghatam sebuah batu besar. Seketika batu tersebut langsung meledak dan hancur menjadi sepihan.Jaka Purnama takjub melihatnya, dia merasa beruntung bisa selamat dari serangan tadi, ternyata Ki Nawasena memang tidak main-main dalam memberi latihan.Meski Jaka Purnama adalah muridny
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-28
อ่านเพิ่มเติม

Bab 25 : Cahaya di Atas Cahaya

“Tadi aku terkejut saat melihat Guru berubah wujud menjadi gumpalan asap putih, lalu tiba-tiba muncul menyerang dari belakang. Jurus apakah itu”” tanya Jaka Purnama dengan wajah penasaran.Ki Nawasena tertawa mendengarnya. “Itu adalah salah satu keistimewaan yang bisa kau dapatkan bila Tenagala Dalam Inti Indurashmi milikmu telah sempurna, dalam sekejap kau bisa memindahkan dirimu ke tempat mana saja yang kau pandang, lalu wujudmu akan hilang dan berpindah ke tempat itu.”“Menempatkan diri pada arah mana saja pandangan mata kita?” Jaka Purnama tampak keheranan mendengarnya.“Iya,” Ki Nawasena mengangguk. “Indurashmi artinya adalah sinar bulan. Tenaga Dalam Inti Indurashmi merupakan ajian yang memiliki sifat-sifat seperti sinar bulan. Perhatikanlah bulan di langit, bukankah cahayanya mampu meluas ke segela ke tempat yang ada di bumi? Meskipun ia sangat jauh di angkasa, tapi sinarnya membanjiri dimana-dimana. Jika tenaga dalammu sudah sempurna, maka wujud dirimu bisa kau hadrikan dimana
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-28
อ่านเพิ่มเติม

Bab 26 : Panggilan dari Naga Langit

Di tengah hutan saat matahari telah terbenam, wajah langit semakin redup oleh kegelapan, dan angkasa raya kini telah siap jadi tempat duduk bagi bintang-bintang malam. Kala itu Prabu Surya Buana masih dalam perjalanan menuju ke Gunung Bhanurasmi. Tiba-tiba dia dibuat kaget oleh ledakan besar di puncak perbukitan yang berjarak tidak jauh darinya.“Bagaimana bisa barisan bukit itu meletus sedemikian dahsyat dan mengeluarkan asap serta percikan api? Padahal perbukitan di sana bukanlah gunung-gunung yang memiliki kawah,” ucap Prabu Surya Buana pada dirinya sendiri.Ini bukanlah pertamkalinya dia melewati area tersebut. Dia sudah sering melewati tempat ini dalam setiap kali perjalanannya menemui Naga Langit. Prabu Surya Buana tahu pasti kalau tiga buah bukit yang saling berdekatan di sana bernama Bukit Tiga Baris, dan itu hanyalah bukit biasa yang tidak mungkin bisa meletus.“Kejadian ini sangat tidak lazim, ini bukanlah hasil dari perbuatan alam, tapi barangkali dilakukan dengan ilmu kanu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 27 : Mimpi Sang Naga Resi

Bab 27 : Mimpi Sang Naga ResiPrabu Surya Buana akhirnya sampai di puncak gunung Bhanurasmi dan berjumpa dengan Naga Langit. Kini dia telah berdiri di hadapan sesosok makhluk raksasa yang sangat besar itu,Naga Langit memiliki dua sayap seperti kelelawar, berbadan ular dan dipenuhi sisik hijau cemerlang dari kepala hingga ekor. Tubuhnya mengawang di udara dan berkelok-kelok, sedangkan ujung buntutnya menyentuh tanah dan menyala seperti bara api, di kepalanya terdapat dua tanduk emas menyerupai tanduk rusa, dan pada bagian lehernya tumbuh rambut lebat seperti surai singa jantan.“Akhirnya kau datang jua menemuiku, Nanda Prabu Surya Buana,” ucap Naga Langit.Sang prabu pun bertanya, “Ada gerangan apakah sehingga Eyang Naga memintaku datang kemari?”Naga Langit menjawab, “Nanti akan kujelaskan padamu, Nanda, tentang mengapa kau kupanggil ke tempat ini, tapi sebelumnya, aku sedang menunggu satu orang lagi yang akan muncul.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 28 : Seruan Persatuan

“Menitis kembali setelah lima puluh tahun?” Prabu Surya Buana tak habis pikir mendengar ucapan Naga Langit tentang Iblis Hitam karena sangat terkejut. “Bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Eyang Naga?”“Tidak ada yang tidak mungkin, Nanda Prabu,” jawab Naga Langit. “Bukankah Iblis juga merupakan makhluk ciptaan Tuhan, sama seperti kita semua? Tuhan Maha Kuasa untuk memperbuat apa pun terhadap makhluk-Nya. Meski Iblis itu jahat, tapi di sisi lain, sebagai ciptaan Tuhan dia juga memiliki hak untuk memohon sesuatu kepada Tuhan, sebagaimana siapa pun orang boleh meminta kepada Tuhan.”“Iya, benar sekali apa yang Eyang Naga katakan,” angguk prabu Surya Buana bisa mengerti. “Iblis juga punya hak untuk mengajukan sebuah permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Tuhan tentu menghendaki ini pula sebagai cobaan bagi kita semua agar kita kuat menghadapinya.”Naga Langit lalu menyampaikan kata-kata penuh hikmah kepada semua orang yang hadir di tempat itu. “Sesungguhnya Tuhan tidak menciptakan kegelapan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 29 : Tangisan Para Murid di Kamar Sang Guru

Di waktu pagi saat ayam jantan berkokok dan kicauan burung-burung menyambut sinar matahari di langit timur, Sapardi, juru masak yang biasa bekerja di dapur, berjalan tergesa-gesa menuju kamar Giandra.“Kakang Giandra Lesmana! Cepat keluar, Kakang!” ujarnya dengan sangat mendesak.Giandra ternyata baru saja selesai mandi, dia pun segera buru-buru mengenakan pakaian, kemudian langsung membukakan pintu. Sapardi berdiri di hadapannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.“Ada apa, Sapardi?” tanya Giandra keheranan.Dengan jantung yang masih berdegup kencang Sapardi memberitahu, “Guru besar telah meninggal. Ada yang membunuh beliau di kamar tidurnya.”“Apa! Bagaimana mungkin!” Giandra merasa tidak percaya akan hal itu.“Kakang lihat saja sendiri ke kamar beliau,” kata Sapardi. Linangan air mata mengalir membasahi kedua pipinya yang gemuk.Tanpa pikir panjang, Giandra segera berlari
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
อ่านเพิ่มเติม

Bab 30 : Api Kemarahan Giandra

Semua murid hanya terdiam setelah mendengar ucapan Raditiya. Apa yang dia ucapkan itu terdengar seperti sedang menduga-duga siapa pelaku di balik pembunuhan ini.Sambil menggenggam pisau tadi di tangannya, Raditiya menatap pada semua murid yang hadir, “Jika benar kalau yang membunuh guru besar kita adalah Gerombolan Nogo Ireng, pasti orangnya adalah Panglima Sanca, ketua para perampok itu!”“Panglima Sanca? Gerombolan Nogo Ireng?” Kamajaya mengerutkan dahinya.Padmarini pun lalu berkata, “Kita semua tahu kalau guru adalah pendekar yang tangguh, mana mungkin bisa dibunuh dengan begitu mudah di kamarnya sendiri. Bahkan malam tadi benar-benar sunyi, tidak ada suara keributan apa pun yang terdengar, bagaimana si pembunuh bisa masuk ke padepokan kita?”“Pasti Panglima Sanca telah menggunakan ilmu sirep, suatu jenis sihir yang memakai mantra tertentu untuk membuat kita semua jadi tertidur pulas,” ujar Raditiya memandang pada Padmarini.“Ilmu sirep? Aku baru mendengar kalau ada sihir seperti
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-30
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
123456
...
10
DMCA.com Protection Status