Home / Rumah Tangga / Istri Pengganti Suami Buta / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Pengganti Suami Buta: Chapter 31 - Chapter 40

84 Chapters

Chapter-31

"Aduh … " Ini sudah satu jam lamanya Rania dan juga Abrisam tak kunjung keluar kamar setelah meminum ramuan dari Selena. Dan tentunya tiga orang yang sedang menguping di depan kamar mereka, saling menahan tawa mereka agar tidak pecah. "Ah … sakit." Selena mendelik, melebarkan matanya mendengar kata itu Dia bahkan sampai meremas tangan Alfa untuk menahannya agar tidak berteriak. "Pelan Ran." Dan entah kenapa, suara itu begitu candu untuk Selena. Rasa ingin berteriak kencang, karena rencananya berhasil. Tapi Alfa sudah lebih dulu mendelik dan meminta Selena untuk diam. Mereka itu berhasil sedang pembuahan atau sedang melakukan hal yang lain. "Hiks Mas … ini sakit." suara Rania semakin merengek. "Astaga … ini pelan loh Ran. Pelan banget malahan, masa iya masih sakit?" Selena tak tahan dengan semua ini. Dia pun menarik Alfa untuk segera pergi. Begitu juga dengan Bagas yang mendadak merinding mendengar suara mereka. Ketika mereka ingin pergi, suara Rania kembali terdengar. Memint
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Chapter-32

Bukan ke iri, lebih ke kalau bikin bayi diam saja. Matiin lampunya, nikmati berdua, gigit bibir bawah agar tidak terdengar suara teriakan atau desahan dahsyat ketika mereka akan sampai di puncak. Tapi yang ada merek malah berteriak yang dimana tetangga saja langsung dengar dan tahu. Jika mereka sedang menikmati malam berdua tanpa gangguan siapapun. Bagas ingin sekali pergi. Ini sudah hampir tengah malam, dan dia juga sudah merasa ngantuk. Namun, Selena melarang Bagas untuk tidur lebih dulu. Dia tidak peduli jika Bagas mengantuk atau mungkin besok harus ngurusin kantor lagi. Yang terpenting saat ini, mereka harus begadang sampai Abrisam dan juga Rania selesai melakukan ritual mereka. "Tapi Tante–""Mami–" Panggilan itu langsung membuat Selena menoleh. Disana sudah ada Rania dan juga Abrisam yang berdiri di anak tangga akhir dengan wajah menyedihkan. Tentu saja Selena yang sudah penasaran pun langsung mendekati mereka. Meneliti raut wajah mereka yang memiliki banyak bintik. Rambut ac
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Chapter-33

Abrisam menghela nafasnya, tubuhnya masih terasa gatal setelah minum obat yang dokter anjurkan. Dokter juga meminta Selena untuk tidak macam-macam memberi minuman apapun pada mereka. Ada beberapa bahan minuman yang memang tidak boleh dicampur, selain menimbulkan alergi juga menimbulkan penyakit lainnya.Tentu saja hal itu langsung membuat Selena mendengus, dia hanya memberikan jamu tradisional agar mereka cepat hamil. Lagian, dokter juga tidak memikirkan perasaan Selena yang ingins ekali menimang cucu dari mereka. Abrisam itu sudah lumayan lama menikah dengan Rania, jadi wajar dong kalau Selena ingin cucu. Semua anak teman Selena yag sudah menikah juga sudah memiliki cucu. Ada yang kembar tiga sekali lahiran, ada juga yang hampir dua, dan ada juga yang sedang hamil besar. Selena ingin seperti mereka, menemani menantunya pergi ke dokter kandungan dan juga berbelanja baju bayi yang lucu dan imut.Mendengar hal itu Abrisam mendadak frustasi. “Sabar Mi, nanti Abri bikinin cucu yang lucu d
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Chapter-34

“Mi buka pintunya ....” teriak Abrisam, dan memukul pintu kamarnya dengan tongkat yang selalu dia bawa.Disini Abrisam baru tahu jika Selena mengunci kamarnya sejak semalam. Dan Abrisam juga lupa menaruh kunci cadangan kamarnya dimana. Pria itu terus berteriak kencang memanggil nama Selena dan juga Bagas begitu juga dengan mbok Atun atau siapapun yang berada disekitar kamar Abrisam, untuk membuka pintu kamar ini. Dia ada meeting penting pagi ini, dan Abrisam juga tidak mau gagal dalam tender milyaran rupiah.“Bagas ... buka pintunya.” Teriak Abrisam kembali.Jika saja dia tidak buta, sudah dipastikan kalau pintu ini sudah ditendang hingga jebol.Melihat hal itu Rania pun menghela nafasnya, mau berteriak sampai tenggorokannya lepas pun tidak akan membuat orang di dalam rumah ini membuka pintu. Meskipun mereka ada di bawah atau mungkin ada di balik pintu ini, mereka akan diams ampai rasa kesal mereka hilang.“tapi aku harus pergi ke kantor, Ran.’ Kata abrisam nyaris frustasi.“Aku tau M
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Chapter-35

Sudah setengah jam lamanya, Selena terus tersenyum ketika melihat dua tanda di leher jenjang Rania. Wanita itu sudah berusaha untuk menutupi tanda itu, dengan rambut dan juga bintik merah di lehernya. Tapi … dasarnya mata Selena ini sangat tajam, tidak mungkin dia salah lihat. Antara bintik hitam dan juga tanda kepemilikan meskipun warnanya nyaris sama dan identik dengan warna merah. Percayalah pasti ada yang besar sebelah. Bintik itu memiliki standar dan kualitas buntaran sendiri. Sedangkan tanda kepemilikan memiliki ciri khas tersendiri dan juga bentuknya pun beda sendiri. Belum lagi, waktu Selena membuka pintu kamar Abrisam. Dia masih bisa melihat jelas dimana Rania masih dalam pelukan Abrisam. Dengan posisi Abrisam yang masih menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Rania. Padahal tadi itu, Abrisam sudah menggunakan baju serapi mungkin untuk pergi ke kantor. Kalau Rania … dia hanya mengenakan jubah mandi warna ungu dengan tali yang nyaris lepas sempurna di tubuhnya. Kalau tahu begin
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Chapter-36

"Seriusan, aku lihat sendiri Bri. Nggak percaya banget sih!!" kata Bagas. "Kamu suka bohong biasanya sama saya." Bagas menjitak kepala Abrisam dengan gemas. "Kapan aku bohong sama kamu!! Tapi ini serius, Bri. Ya Tuhan." Abrisam mendengus sebal, dia kesal bukan perkara itu. Bahkan Abrisam juga senang jika fotonya tercetak banyak di galeri ponsel Rania. Tapi masalahnya kenapa lebih cepat membuka pintu kamarnya ketika Abrisam menemukan tempat ternyaman nya. "Saya mau pulang aja. Saya pusing." Bagas terkekeh. "Pusing apa mau lagi, Bos." "Sialan!! Tutup mulutku Bagas. Dibilang saya sama dia itu nggak ngapa-ngapain kok. Jangan ngeyel!!" "Terus tanda itu!!" "Bagas pulang!!" seru Abrisam yang semakin kesal. Bagas tertawa kencang dengan hal ini, dia pun mendorong bahu Abrisam pelan beberapa kali. Hingga membuat pria itu mengatakan tongkatnya dan memukul kaki Bagas. "Iya!! Iya pulang, Bri. Gitu aja marah, bercanda Bri, bercanda!!" kata Bagas ngegas. Membutuhkan waktu tiga puluh menit
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Chapter-37

Bagas menggaruk kepalanya yang diyakini Abrisam tidak gatal sama sekali. Pria itu duduk di samping Abrisam dengan wajahnya tanpa dosanya. Sesekali mencolek lengan Abrisam yang sejak setengah jam lalu hanya diam saja di samping Bagas. "Bri … marah ya?" tanya Bagas kesekian kalinya. Mungkin ini pertanyaan yang kelima puluh kali, Bagas mengatakan hal yang sama. Dan Abrisam masih tetap dengan diamnya. Dia masih kesal dengan sikap Bagas yang tidak sopan masuk ke kamarnya. Mungkin dulu sebelum menikah, Abrisam masih memaklumi nya. Tapi kan ini statusnya sudah berbeda. Dimana Abrisam sudah menikah, dan di kamar ini tidak hanya ada Abrisam tapi juga ada istrinya. Lalu dengan bangganya Bagas malah mendobrak pintu kamarnya dan berteriak kencang. Dia pikir Abrisam melakukan apa? "Heh nggak ada yang orang nggak berpikiran negatif, pas kamu bilang sedot-sedot. Terus … kamu bilang biar Bagas aja yang nyedot. Apa coba!!" omel Bagas. "Pikiran kamu aja yang kotor!!" kata Abrisam kesal. "Bukan sal
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Chapter-38

Turun dari mobil yang jarak parkiran dan juga tempat pasar raya lumayan jauh. Rania dengan hati-hati menuntun Abrisam, yang mendadak tidak ingin menggunakan tongkat. Padahal ya, jika menggunakan tongkat juga tidak masalah bagi Rania. Bisa untuk hati-hati dan juga bisa tahu jika kakinya tidak akan menyentuh apapun. Tapi ya dasarnya Abrisam tetaplah Abrisam, yang suka sekali ngeyel. "Awas Mas ada batu." kata Rania. Entah sudah berapa kali Rania mengatakan jika di hadapan Abrisam ada banyak batu. Dan meminta Abrusan untuk kembali hati-hati. Sedangkan batu dan juga kaki Abrisam itu masih besar kaki Abrisam, jika hanya kerikil dan batu kecil juga tidak akan ada masalah apapun. Kecuali batu besar yang besarnya sepinggang Abrisam barulah Abrisam hati-hati ketika berjalan. "Astaga … batunya sama kakiku besaran kakiku loh. Itu batu cuma seupil, Rana." gemas Abrisam. Rania tertawa kecil dan kembali mengalungkan tangannya pada lengan Abrisam. Wanita itu kembali mengajak Abrisam keliling pasa
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Chapter-39

Satu jam sudah lamanya, Rania terus menatap boneka teddy bear pink besar di hadapannya. Wanita itu sesekali memencet hidung boneka itu dengan gemas. Awalnya, Rania sempat tahu dengan Abrisam yang akan melempar bola tadi. Dia sudah berpikir jika bola itu tidak akan masuk, dan mereka akan pulang dengan tangan kosong. Tapi yang terjadi, Abrisam malah bisa meruntuhkan dia belas kaleng dalam satu lemparan. Kalau tau begini mah, mending tadi minta Abrisam yang melempar bola agar bisa mendapat banyak hadiah. Sayangnya … Rania meragukan hal ini. Melihat hal ini, Bagas sesekali menendang kaki Abrisam untuk memastikan jika apa yang dia lihat itu benar. Dia juga membisikan sesuatu di telinga Abrisam. "Udah sejam, itu boneka dipeluk terus nggak di lepas." bisiknya. Abrisam mendengus, terus dia harus apa kalau Rania memeluk boneka? Apa dia harus marah dan membuang boneka itu? Yang ada Rania yang akan marah padanya karena membuang bonekanya. "Nggak cemburu apa sama boneka?" bisik Bagas kembali.
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Chapter-40

Karena ini sudah malam, mau cari restoran atau cafe juga susah. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan di pinggiran jalan. Rania memilih penyetan untuk makan malam mereka. Tidak ada lain selain ini kecuali penjual nasi goreng. Dan nyatanya penjual nasi goreng langganan Rania sudah tutup. "Mas mau makan apa? Ada bebek, ayam, udang atau–" "Sama kayak kamu aja Ran aku." porong Abrisam cepat. "Aku nggak alergi seafood kok." lanjutnya. Rania mengangguk, dia pun memilih memesan dua ayam dan juga satu udang untuk Abrisam. Lalu menatap Bagas dengan tatapan tanda tanyanya. "Mas Bagas mau pesen apa?" tanya Rania pada Bagas. seketika itu juga Bagas menatap Rania dengan heran. Lalu menatap Abrisam yang masih diam saja di sampingnya. "Kok kamu panggil dia Mas, Ran?" protes Abrisam yang tidak Terima dengan panggilan dirinya pada Bagas."Dia lebih tua dariku Mas ternyata." Abrisam menggeleng. "Panggil Bagas aja. Nggak usah dikasih embel-embel Mas juga dong." Entah kenapa protes itu mampu memb
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status