Home / Pernikahan / MENCURI BENIH SUAMI MANDUL / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of MENCURI BENIH SUAMI MANDUL: Chapter 1 - Chapter 10

62 Chapters

Bab1# Pertemuan Kembali

"Berani sekali kau kembali ke sini! Dasar wanita murahan!” Grace yang semula sedang termenung di tepi ranjang, tersentak saat mendengar suara bariton nan dominan dari Maxime Rudolf Dicaprio. Kemarahan pria itu sudah menjadi hal yang Grace duga. Pria mana yang tidak akan marah ketika ditinggalkan oleh sang istri, persis setelah mereka mereguk panasnya malam pertama? Namun, Grace tidak mencoba menjelaskan ataupun membela diri pada Max. Dia lebih memilih fokus pada tujuannya kembali kali ini. Kalau bukan karena Leon, dia juga mungkin enggan untuk memijakkan kakinya lagi ke negara ini. Leon, anaknya dengan Max dulu, yang masih dia rahasiakan keberadaannya, tengah butuh bantuan. Dan hanya Max lah pria yang bisa mewujudkan bantuan itu. "Ayolah Sayang, lupakan masa lalu.” Alih-alih ciut karena aura kemarahan sang suami, Grace justru semakin berani. Dia melangkah mendekati Max dengan gaya yang begitu memesona. “Apa kau tidak ingin menyentuhku?” Pakaian minim nan menggoda yang d
Read more

Bab2# Siapa Dia?

“Itulah faktanya, Grace!” Memanfaatkan keterkejutan Grace, Max mendorong tubuh sang istri menjauh. “Cepat pergi dari sini!” tunjuknya pada pintu kamar. Beribu pertanyaan bersarang di dalam kepala Grace. Berbagai pertanyaan ingin dia ketahui jawabannya. Mengapa Max tiba-tiba mandul? Lalu, bagaimana nasib Leon, jika Max kini dinyatakan mandul? Namun, semua pertanyaan itu masih tertahan. Grace yang begitu shock memutuskan untuk mundur sejenak, dia tidak lagi memaksa Max untuk menyentuhnya. Wanita itu keluar tanpa kata dari kamar Max, menuju salah satu kamar tamu di rumah itu. Niat dia menenangkan pikiran pun berakhir gagal, sebab pikirannya yang buntu justru membuatnya sulit tidur. Hingga pagi ini, Grace dibuat sakit kepala karena terus memikirkan kenyataan ini. "Argh ...!" Grace menarik kuat rambutnya karena merasa kesal. Dia bahkan tidak bisa berpikir saat ini. "Aku harus lakukan apa? Bagaimana dengan Leon?" Di dalam kamar luas dengan interior mewah, wanita itu mondar mandir
Read more

Bab3# Hampir Saja Ketahuan

Setelah adu mulut dengan wanita gila yang datang tiba-tiba, kini Grace tengah melaju menuju rumah keluarga Malay, keluarganya. Begitu sampai di sana, Grace melepas kacamata, menyapa kedua orang tuanya seraya mendudukkan dirinya pada sofa. “Hai, Ma! Hai, Pa!” Kedua orang tuanya, Victor Addison Malay dan Evelyn Malay terkejut luar biasa. "Grace?!" Keluarga Malay termasuk keluarga konglomerat yang sebanding dengan Dicaprio. Tidak heran, meski Grace mengasingkan diri di luar negeri, dia tetap bisa bertahan hidup, dan bahkan mendirikan bisnisnya sendiri. “Kenapa kau kembali?!” Evelyn berdecak kesal mengingat kaburnya Grace saat itu membuat hubungan antara keluarga Malay dan Dicaprio menjadi tidak akur. "Seharusnya kau tidak perlu kembali, bukan?" Sementara Evelyn melontarkan kata-kata sarkas, Victor hanya menoleh sekilas, kemudian melanjutkan membaca koran. Pria itu tidak lagi peduli dengan Grace. Grace tersenyum tipis menanggapinya. "Apa kalian tidak merindukanku? Sepertinya
Read more

Bab4# Fakta Kecelakaan

"Bukan siapa-siapa, Ma." Grace menyembunyikan ponsel. "Ah, sudahlah, aku mau keluar dulu. Sepertinya sudah banyak perubahan dengan kota ini." Grace bangkit dari duduknya kemudian langsung membawa langkahnya keluar dari kamar, meninggalkan Evelyn dengan penuh rasa penasaran. "Hati-hati, Grace, hubungi mama jika kau perlu bantuan," seru Evelyn. Sementara Grace pergi dari kediaman Malay, di gedung bertingkat McKesson Group, Maxime baru saja tiba setelah dirinya dibuat pusing dengan dua wanita yang berdebat di rumahnya. Pria itu langsung duduk dibalik meja kerjanya dan mengurut pelipis. Ada yang tidak biasa pemandangan pagi ini, Christian, sang asisten pun bertanya. "Ada masalah, Tuan? Apa yang menyulitkan Anda?" "Tidak, Christ, bukan di sini," jawab Max dengan nada malas. "Lalu?" "Dua makhluk paling menyusahkan sedang cek-cok di rumah," ujar Max tampak lesu. Christ semakin tidak mengerti arah pembicaraan Max. Dia menduga ibu dan adik Max yang berkelahi. "Maksud Tuan ...
Read more

Bab5# Mencari Informasi

Mendengar namanya disebut, Grace seketika mendongak melihat siapa yang memanggilnya. Matanya terbelalak tidak percaya, jika dia akan secepat itu bertemu dengan sahabatnya. "Kau?" Grace melihat sekeliling Agatha, mencari orang lain. "Kau dengan siapa? Kenapa kau ada di sini?" Agatha justru terheran dengan pertanyaan Grace. "Nah, kau juga kenapa tiba-tiba muncul di sini? Bukannya kau menghilang selama ini? Aku saja bahkan tidak tau kau ada dimana? Aku jadi ragu dengan persahabatan kita?" cerocosnya. Grace berdecak, lalu terkekeh mendengar celotehan Agatha. "Jawaban macam apa ini? Pertanyaan dibalas pertanyaan?" Keduanya lantas terbahak bersama. "Kenapa kau ada di negara ini lagi? Aku kira kau sudah lupa ..." tawa Agatha. Grace masih terkikik hingga harus menutup mulutnya, berusaha menahan tawa. "Aku tentu saja tidak melupakanmu!" "Benarkah? Aku ingin tau apa yang membuatmu kembali, Grace? Jangan katakan kau ingin kembali pada Max!" Tepat! Dugaan Agatha sangat tepat yang dia
Read more

Bab6# Permintaan

"Maaf, Nyonya, Tuan Alexander sudah menunggu Tuan Max," ucap Christian saat melihat keduanya bertikai. Grace terbeliak meski dua tangannya masih dicekal Max. "Papi ada di sini?" "Ya, Nyonya, Tuan—" Christ menghentikan ucapan karena Max menoleh tajam ke arahnya. "Pergilah!" usir Max melepas cengkraman wanita itu. Grace mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri, kemudian berdiri tegap. "Tidak! Aku ikut bersama kalian! Ayo Christ, tunjukkan dimana kamar papi?" Wanita itu bukannya pergi, tapi justru bersikeras ingin melihat ayah mertuanya. Grace meyakini jika ayah mertuanya sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Ia melangkah lebih dulu, sementara Christ bertatapan dengan Max meminta jawaban. Max menghela nafas sembari menggeleng lirih, "Apa boleh buat ..." Kedua pria itu mengikuti langkah Grace yang berada di depan. Sesekali Grace menoleh ke belakang memastikan keduanya tidak mengelabuinya. "Ayo, cepatlah!" Grace berseru. Max merasa gemas dengan tingkah Grace seol
Read more

Bab7# Menunggu Datang

Max tidak mengangguk atau pun menggeleng, pria itu justru menarik tangan Grace melangkah keluar ruangan. Namun, sebelum sampai di pintu keluar, Grace mengibaskan tangan Max hingga terhempas. "Akh! Kau menyakitiku, Max!" Max tersentak kemudian berbalik, keduanya saling berhadapan. "Kalau kau tidak mau aku lebih menyakitimu, lebih baik segera pergi dan jauhi kehidupanku! Lakukan seperti saat kau meninggalkanku!" Tatapan pria itu begitu menusuk. Max maju beberapa langkah mengikis jarak keduanya. "Jangan berharap aku tunduk padamu, Grace! Sekalipun itu di depan mami dan papi!" desisnya penuh penekanan. Grace membenahi tatanan rambutnya, berdiri angkuh, lalu mengangkat dagunya. "Tidak. Sudah kukatakan, aku tidak akan pergi. Akan kubuat kau tergila-gila padaku!" Max semakin menatap bengis. Pria itu tidak ingin jatuh lagi di lubang yang sama. Dia tidak ingin terluka lagi, sama seperti Grace saat meninggalkannya. M
Read more

Bab8# Pertahanan Max

Kebingungan melanda Grace menjawab pertanyaan Leon. Mengapa wajahnya mirip dengan foto yang ada di dinding saat video call dengan sang ibu?Kepalang tanggung!Di tengah kebingungan Grace menjawab, di tempat Leon, Brian mengetuk pintu kamar anak itu. Seketika Leon menoleh, siapa yang masuk ke dalam kamarnya."Hai, Leon! Sedang apa?" Brian tersenyum, mengangkat tangannya, menyapa.Leon membalas dengan senyum lembut. "Leon sedang telepon mommy, Om," jawabnya.Grace yang ada di ujung panggilan pun ikut mendengarkan obrolan antara Brian dan sang anak. Dewi Fortuna masih membersamainya, keberuntungan bersama Grace, Leon melupakan pertanyaannya. "Siapa yang datang, Leon? Itu suara Om Brian, kan?" terka Grace, meskipun sebenarnya ia sudah tau pasti pemilik suara itu. "Benar, Mom, ini Om Brian." Leon merubah kamera ponselnya menghadap Brian. "Hai, Nyonya Grace. Apakah semua lancar?" tanya Brian klise.
Read more

Bab9# Memergoki

Max sejenak ingin membangunkan Grace, namun ia melihat bagaimana paras cantik itu terlihat lelah, sepertinya Grace sudah tidur sangat lelap. "Apa perlu kubangunkan?" batin Max saling bertanya. "Tapi dia belum makan malam?"Batin Max beradu bimbang. Pria itu tidak tega membangunkan Grace, namun Max juga berpikir wanita itu juga belum makan malam. Hingga akhirnya Max putuskan membopong tubuh Grace dengan hati-hati. Jangan sampai wanita itu merasakan pergerakannya.Perlahan Max membuka pintu kamar Grace dan merebahkan wanita itu di atas ranjang, kemudian menyelimutinya. Sesaat terbesit rasa yang sulit ia ungkapkan. Rasa apa ini? Apakah ia masih mencintai wanita itu? "Tidak, aku tidak akan lemah." Max menyakinkan dirinya jika ia akan tetap teguh pendiriannya.Setelah itu Max segera keluar dari kamar Grace, saat melihat wanita yang pernah mengisi hatinya menggeliat kecil, merubah posisi tidur. Pria it
Read more

Bab10# Kotak Makan

Max melihat dua wanita masuk ke dalam ruangannya, yaitu Grace dan sekretarisnya.Freya terkesiap dengan tatapan nyalang Grace, terlebih Max. Pria itu tidak menduga jika istrinya akan datang ke kantor tiba-tiba. Grace selalu bertindak di luar dugaan!"Grace?!"Grace menatap murka pada Freya yang sedang duduk di atas meja, menghadap Max. Meeting apa yang mereka lakukan berduaan, hingga sekretaris Max bahkan berani menahannya masuk!"Apa yang kalian lakukan?!" bentak Grace dengan amarah, meletakkan kotak makan pada meja di dekatnya.Freya langsung berdiri di samping Max. Namun, bukan rasa takut atau merasa bersalah, melainkan membalasnya dengan tatapan sinis. Wanita itu justru lebih antusias membuat api cemburu tanpa berkomentar. Hanya dengan tindakannya tadi, sudah bisa membuat Grace menjadi binatang buas."Rapat?!" Grace berjalan cepat menghampiri keduanya. Seketika menarik, menyingkirkan Freya dari samping suaminya, lalu berkacak
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status