Home / Urban / TUAN MUDA 16 DIGIT / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of TUAN MUDA 16 DIGIT: Chapter 41 - Chapter 50

62 Chapters

Bab 41: Peperangan terbuka

Darren tersenyum penuh wibawa, menanggapi ancaman Silvia dengan tenang. “Silakan saja, Nyonya Silvia. Adukan saya kepada Tuan Darren, dan mari kita lihat apa yang akan ia lakukan terhadap saya,” ujarnya dengan nada profesional yang tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun.Silvia mengerutkan alis, matanya menyala dengan amarah. “Kau pikir aku tidak berani? Kita lihat saja,” katanya tajam sambil mengambil ponselnya. Ia segera menekan nomor Darren, namun Darren lebih dahulu melangkah dengan cepat.Melangkah ke sudut ruangan, Darren mengirimkan pesan melalui perangkatnya ke Spy Eye, pengawal rahasianya. Ia memerintahkan agar sambungan telepon dari Silvia diarahkan ke AI yang akan mengolah pesannya menjadi suara. Tak lama, Spy Eye mengonfirmasi bahwa sistem telah siap.Begitu Silvia menekan tombol panggil, sambungan telepon Darren yang diteruskan ke sistem Spy Eye langsung aktif.“Nak, apa kau tahu Kemal memecat Nadine?” ujar Silvia tanpa basa-basi, nadanya tajam dan penuh emosi.Dari ujun
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 42: Serangan Malam Di Trotoar

Darren melangkah menuju rumahnya dengan langkah mantap, berniat mengambil mobil untuk menjemput Keisya. Namun, ia mendadak dihentikan oleh tiga pria bertubuh kekar yang muncul dari bayang-bayang malam. Dua di antaranya menghunuskan senjata tajam, sementara yang ketiga mengacungkan senjata api langsung ke arah Darren."Angkat tanganmu! Jangan melawan!" perintah pria dengan pistol itu, suaranya tegas dan penuh ancaman.Darren, dengan ketenangan yang luar biasa, mengangkat kedua tangannya perlahan. Salah satu pria dengan senjata tajam maju dan mencengkeram tangan Darren dengan kuat, membatasi gerakannya. Wajah Darren tetap tenang, tanpa tanda-tanda panik.“Bos memerintahkan bunuh saja di tempat!” kata pria yang memegang pistol, nadanya dingin.Yang lain langsung menyanggah, “Tunggu! Bukannya bos memerintahkan kita menangkapnya hidup-hidup?”Terjadi perdebatan singkat di antara mereka, tetapi akhirnya keputusan diambil: Darren harus dibunuh di tempat. Darren mendengar semua percakapan itu
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 43: Konfrontasi di Rapat Direksi.

Silvia menatap tajam Darren, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh hadirin. Sebagian besar menundukkan kepala, menghindari tatapan langsung darinya. Wanita itu berdiri dengan anggun, memegang ujung meja sebagai penopang, dan mulai berbicara.“Rekan-rekan sekalian,” ucapnya dengan suara lantang namun terkendali, “saya meminta rapat ini untuk membahas beberapa kebijakan Tuan Kemal yang, menurut saya, tidak hanya kontroversial tetapi juga membahayakan masa depan perusahaan kita. Sebagai contoh, pemecatan mendadak terhadap beberapa petinggi perusahaan yang, sepengetahuan saya, telah memberikan kontribusi besar bagi keberhasilan kita.”Darren tetap tenang di tempatnya, mendengarkan setiap kata dengan ekspresi netral. Ia tahu ini adalah bagian dari permainan Silvia.“Perusahaan ini tidak dibangun dalam semalam,” lanjut Silvia. “Ada sejarah, ada kerja keras, dan ada orang-orang yang telah mengorbankan segalanya untuk mencapai titik ini. Namun, apa yang terjadi? Tuan Kemal dengan mudahnya
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 44: Saham Yang Berpindah Tangan

Rapat direksi masih berlangsung dalam keheningan tegang. Nyonya Silvia, dengan pandangan penuh kuasa, berdiri dari kursinya. Ia mengenakan setelan elegan berwarna hitam, rambutnya yang disanggul rapi memberi kesan anggun namun tegas. Suaranya menggema di ruangan itu."Dengan saham 70% yang dimiliki keluarga Harison," ucapnya lantang, "saya memutuskan untuk memberhentikan Tuan Kemal dari posisinya sebagai CEO perusahaan ini. Dan, mulai saat ini, saya akan mengambil alih sebagai CEO untuk menyelamatkan perusahaan dari kehancuran."Pandangan tajam Silvia menyapu ruangan, menantang siapa saja yang berani membantah keputusannya. Mata para anggota dewan yang semula ragu kini terlihat penuh kecemasan. Keputusan Silvia terdengar final dan tidak bisa diganggu gugat.Namun, Darren, yang masih memerankan Kemal, tetap tenang. Ia merapikan jasnya, lalu berdiri dengan senyum tipis yang membuat Silvia semakin kesal.“Dengan segala hormat, Nyonya Silvia,” katanya dengan suara tenang namun tegas, “apa
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 45: Surat Pengadilan

Baron terdiam sejenak, lalu menjawab ucapan Silvia dengan suara berat, "Dari data yang aku dapatkan, Darren memang menjual saham dalam jumlah besar ketika perusahaan hampir bangkrut. Saham itu sempat terpuruk, Silvia. Hampir tidak ada yang mau membeli, karena risiko kerugian besar. Lalu beberapa minggu setelah itu, Kemal masuk dan membeli saham tersebut."Silvia memejamkan mata, mencoba mencerna kata-kata Baron. "Jadi, menurutmu, ini bukan rencana bersama mereka?""Rasanya tidak mungkin," jawab Baron dengan nada penuh pertimbangan. "Jika Darren dan Kemal bekerja sama, mereka tidak akan melakukan langkah yang begitu berisiko. Saat saham dilepas oleh Darren, keadaan perusahaan sedang sangat buruk. Aku yakin Darren sendiri tidak tahu siapa yang akan membeli sahamnya waktu itu. Kemal masuk sebagai penyelamat di saat yang tepat."Silvia menghela napas berat. "Tetapi bagaimana mungkin Darren tidak tahu? Dia adalah pewaris keluarga Harison. Seharusnya, dia tahu betul apa yang akan terjadi ji
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 46. Insiden Di Mall

Baron memandang surat gugatan di tangannya dengan tatapan penuh kemarahan. Ia menggenggam ponselnya erat-erat, lalu menekan nomor seseorang yang berada di lingkaran kekuasaan kepolisian. Setelah beberapa nada tunggu, telepon akhirnya diangkat.“Ada apa, Baron?” suara berat di ujung telepon terdengar.“Aku butuh bantuanmu,” kata Baron dengan suara rendah namun penuh tekanan. “Aku baru saja menerima gugatan perdata. Aku ingin kau memastikan gugatan ini batal sebelum sampai ke pengadilan.”Ada keheningan di ujung telepon. Orang di sana seolah mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya menjawab, “Maaf, Baron. Aku tidak bisa membantumu kali ini. Semuanya berada di luar kewenanganku.”Baron membelalakkan matanya. “Apa maksudmu di luar kewenanganmu? Kau tahu aku selalu melindungimu, dan sekarang kau menolak membantuku?”“Ini bukan soal aku tidak mau, Baron,” jawab pria itu dengan nada tegas. “Sebelum kau menghubungiku, atasan sudah memanggilku dan memberikan peringatan keras untuk tidak ikut
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 47: Kehilangan Keisya

Darren merasakan detak jantungnya semakin cepat. Ia berlari menyusuri lantai mal yang penuh dengan pengunjung, matanya liar mencari sosok Keisya di antara kerumunan. Namun, ia tidak menemukannya. Rasa cemas mulai berubah menjadi kepanikan, ia mencoba tetap tenang, meski rasa cemas dan amarah bercampur aduk.Dengan cepat, Darren merogoh saku jasnya, mengeluarkan ponsel, dan menekan kontak seorang yang sangat ia percayai.“Spy-Eye, aku butuh bantuanmu sekarang juga,” kata Darren dengan suara tegas. “Keisya hilang. Aku tidak bisa menemukannya di sini. Gunakan semua sumber daya yang kita punya untuk melacaknya.”Di ujung telepon, suara Spy-Eye terdengar penuh kesiapan. “Berikan aku waktu beberapa menit, Boss. Aku akan memulai pencarian.”Darren menunggu dengan gelisah. Ia tetap bergerak, melangkah ke sudut-sudut mal yang lebih sepi, berharap bisa menemukan jejak Keisya. Setiap detik yang berlalu terasa seperti sebuah siksaan. Bayangan wajah Keisya yang tadi penuh senyum kini terus menghan
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 48. Kehilangan Jejak

Darren yang masih diliputi kecemasan menerima telepon dari Spy Eye. Suara di ujung telepon terdengar berat namun tegas. “Boss, kami menemukan lokasi kendaraan yang membawa Keisya. Mobil itu berhenti di sebuah gudang tua di pinggiran kota. Tempat itu tampaknya menjadi markas sementara komplotan itu.”“Bagus. Siapkan tim kita. Aku ingin semua orang bersenjata lengkap dan memastikan tempat itu steril dari ancaman sebelum kita masuk,” perintah Darren dengan nada dingin namun penuh kendali. “Aku tidak ingin ada kesalahan.”“Dimengerti, Boss. Pasukan akan bersiap dan berangkat dalam lima menit,” jawab Spy Eye.Darren mengakhiri panggilan dan menatap kosong ke depan. Bayangan Keisya yang mungkin sedang dalam bahaya membuat amarahnya semakin membara. Ia tidak akan membiarkan siapa pun yang berani menyakiti wanita itu lolos dari hukuman. Mobil SUV hitam yang ditumpanginya terus melaju kencang, membelah jalan-jalan kota menuju pinggiran yang semakin sepi.Di gudang tua itu, tim yang dipimpin ol
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 49: Skandal Di Rumah Sakit

Darren meraih telepon genggamnya dengan tangan gemetar, rasa cemas yang mendera hatinya seolah menekan paru-parunya. Ia menjawab panggilan itu dengan suara datar namun penuh ketegangan.“Apa ini benar Pak Darren?” suara seorang pria di ujung telepon terdengar tenang, namun jelas berwibawa.“Iya, ini saya. Siapa ini?” jawab Darren dengan singkat.“Saya Dokter Richard dari Rumah Sakit Harapan Bangsa. Kami memerlukan Anda segera ke sini. Tuan Harison, ayah Anda, dalam kondisi kritis. Kami membutuhkan persetujuan Anda untuk tindakan medis khusus yang harus dilakukan segera,” jelas dokter tersebut.Darren terdiam sejenak, matanya menatap ke arah dinding ruangan gelap di sekitarnya. Ia tak langsung menjawab, pikirannya berkecamuk. Selama ini ia berusaha menjauh dari keluarganya, menyembunyikan identitasnya sebagai pewaris keluarga Harison. Namun, kondisi ayahnya membuatnya tidak punya pilihan lain.“Baik, saya akan segera ke sana,” sahut Darren akhirnya.Setelah menutup telepon, ia menarik
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 50. Kebenaran yang mulai terkuak

Darren menatap ibunya sejenak sebelum mengalihkan pandangannya. “Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku hanya memastikan semuanya berjalan dengan baik untuk ayah,” jawabnya singkat.Namun, Silvia tidak puas dengan jawaban itu. “Darren, aku ibumu. Aku tahu ada sesuatu yang tidak kau katakan. Kau tidak pernah datang ke sini hanya untuk formalitas. Apa yang kau ketahui?”Darren tetap diam, berusaha menahan dirinya untuk tidak mengatakan apa pun. Ia tahu bahwa siapapun bisa menjadi pelaku, termasuk ibunya sendiri. Namun, tatapan Silvia yang penuh selidik membuat Darren semakin sulit menyembunyikan kegelisahannya.“Darren, jika ada sesuatu yang mengancam ayahmu atau keluarga ini, aku harus tahu,” tekan Silvia lagi.Sebelum Darren sempat menjawab, telepon di saku jasnya bergetar. Ia mengangkat telepon itu dengan gerakan cepat.“Boss, kami sudah tiba di rumah sakit. Tim sedang memulai penyelidikan. Ada beberapa staf yang gerak-geriknya mencurigakan, terutama di sekitar ruang ICU. Kami aka
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status