Home / Urban / TUAN MUDA 16 DIGIT / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TUAN MUDA 16 DIGIT: Chapter 31 - Chapter 40

62 Chapters

Bab 31: Memberi Pelajaran

Pagi itu, Baron menerima panggilan telepon dari Delon, yang suaranya terdengar penuh semangat di seberang sana."Baron, dengar kabar baik ini. Aku dan Tuan Albert akan terbang ke Jakarta minggu depan. Ada pertemuan penting dengan beberapa pejabat pemerintah terkait investasi besar. Ini kesempatanmu untuk bergerak." ucap Delon dalam panggilan telepon.Baron, tersenyum lebar. Ia kemudian menanggapi, "Kesempatan emas! Aku sudah menyiapkan rencana untuk memastikan proyek Naga Utama jatuh ke tanganku.""Bagus!” seru Delon. “Tapi ingat, jangan bertindak gegabah. Pastikan Tuan Albert tidak merasa dipaksa. Kau harus membuatnya berpikir bahwa proyek itu lebih baik berada di bawah kendalimu," ucapnya lagi."Tenang saja, Delon. Aku tahu cara bermain." sahut Baron dengan senyuman liciknya seraya menutup panggilan telepon.Seminggu kemudian...Di Jakarta, Tuan Albert dan Delon menginap di sebuah hotel mewah kelas atas. Setelah menyelesaikan pertemuan dengan sejumlah pejabat penting, keduanya kemba
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 32: Amarah yang Membara

Pagi itu, Baron duduk di ruang kerjanya yang luas dan mewah. Secangkir kopi yang masih mengepul diletakkan di atas meja kaca, tetapi ia sama sekali tidak memperhatikannya. Matanya terpaku pada layar laptopnya yang menampilkan sebuah artikel dari situs Bisnis Global News. Judul artikel itu membuat darahnya mendidih."Proyek Naga Utama Kembali ke Anugerah Langit Corporation."Tangan Baron mengepal keras, dan dalam kemarahannya, ia membanting meja dengan keras hingga kopinya tumpah."Ini tidak mungkin!" bentaknya, membuat sekretarisnya yang berada di luar ruangan terkejut mendengar suara keras itu.Baron segera meraih ponselnya dan menelepon Delon dengan penuh emosi. Setelah beberapa dering, Delon menjawab dengan suara lelah."Ada apa, Baron?" tanya Delon tanpa basa-basi."Ada apa? Kau serius bertanya itu?!" bentak Baron. "Kenapa proyek Naga Utama kembali ke Anugerah Langit Corporation? Bukankah kau bilang semuanya sudah final?!"Delon tertawa pahit di ujung telepon, nadanya penuh amarah
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 33: Percobaan Pembunuhan

Baron mendekatkan ponselnya ke telinga, mendengar suara informannya dengan saksama."Tuan, informasi yang kami dapatkan menunjukkan bahwa Kemal Halim adalah lulusan S2 dari salah satu universitas ternama di Amerika. Ia berasal dari keluarga yang tidak mampu, dan yang lebih menarik, seluruh biaya kuliahnya ditanggung oleh Darren Harison."Baron mengerutkan kening, mengabaikan rasa terkejutnya sesaat. "Hanya itu?" tanyanya dengan nada tidak puas."Ya, Tuan. Tidak ada catatan istimewa lainnya selain fakta bahwa ia sangat dekat dengan Darren. Kami juga menemukan bahwa hubungan mereka seperti saudara, meski tidak ada hubungan darah."Baron terdiam sejenak, berusaha mencerna informasi itu. "Jadi, Kemal hanya seseorang yang dinaikkan derajatnya oleh Darren? Tapi kenapa dia mampu menjatuhkan Delon dan Albert dalam sekejap?"Informannya ragu-ragu sebelum menjawab. "Kami belum bisa memastikan, Tuan. Mungkin Darren yang membantu di balik layar."Baron menutup panggilan tanpa berkata apa-apa lagi
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 34: Pesan Berdarah

“Aaaa…”Nadine berteriak histeris, suaranya menggema hingga ke seluruh sudut rumah. Tangannya gemetar hebat, matanya terpaku pada kotak besar yang terbuka di atas kasur. Di dalam kotak itu, tergeletak sebuah kepala manusia, berlumuran darah, dengan ekspresi kaku yang penuh teror."Ayaahhh! Tolong!" jerit Nadine, jatuh terduduk sambil menangis.Baron yang sedang berada di ruang kerjanya segera berlari menuju kamar anaknya, diikuti beberapa penjaga rumah. Pintu kamar Nadine terbuka lebar, memperlihatkan putrinya yang pucat pasi dan menangis tanpa suara, menunjuk ke arah kasurnya."Ada apa?!" seru Baron panik. Namun, saat matanya menangkap isi kotak itu, tubuhnya membeku.Di atas kasur, kepala seorang pria berambut pendek tergeletak tak bernyawa. Wajah itu penuh darah yang sudah mengering, namun Baron langsung mengenalinya. Itu adalah kepala dari pemimpin kelompok Black Killer, tim pembunuh bayaran yang baru saja ia sewa untuk menyingkirkan Kemal."Black Killer..." bisik Baron dengan sua
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 35. Dicegat Satpam Hotel

Hari Senin pagi, satu minggu setelah Darren menunjuk Boby sebagai wakil CEO, Darren dan Jenny tiba di Surabaya. Keduanya memutuskan untuk menginap di sebuah hotel sederhana di tengah kota, dengan alasan untuk tetap menjaga penyamaran Darren sebagai "Kemal”. Mereka memesan dua kamar terpisah, dan Darren meminta sebuah ruang khusus di hotel itu untuk digunakan sebagai ruang kerja sementara.Sambil menyeruput kopi pagi di lobi hotel, Darren menatap Jenny yang sedang membolak-balik dokumen. Ia kemudian bertanya, “Jenny, jelaskan padaku perusahaan apa saja yang kita miliki di Surabaya.”Jenny mengangguk, lalu merapikan kacamatanya. "Ada lima anak perusahaan utama Anugerah Langit Corporation di sini. Yang pertama adalah jaringan hotel Anugerah yang sudah cukup terkenal. Lalu ada restoran keluarga di beberapa lokasi strategis, perusahaan pengembang perumahan, swalayan besar, dan terakhir aplikasi ojek online yang berkembang pesat di Jawa Timur."Darren mengangguk mendengarkan penjelasan itu.
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 36. Manajemen Hotel Yang Bermasalah

Darren masih berdiri di depan pintu hotel ketika seorang wanita berpakaian rapi dengan blazer hitam keluar bersama seorang satpam lain yang wajahnya tampak cemas. Wanita itu memancarkan aura tegas, langkahnya cepat, dan matanya tajam mengamati sekeliling. Sesampainya di dekat Darren, wanita itu berhenti dan langsung menatap satpam yang tadi mencegat Darren."Selamat pagi, Bu Andini!" sapaan itu keluar dengan nada hormat dari Jaya, satpam yang tadi bersikap kasar pada Darren. Namun, nada suaranya terdengar gugup, seolah sudah merasakan ada sesuatu yang salah.Andini, wanita yang dipanggil itu, tidak membalas sapaan tersebut. Dengan wajah marah, ia langsung bertanya, “Mengapa kau memperlambat pekerjaanku dengan menghalangi mas ojol ini mengantar berkas penting untuk meeting hari ini? Apakah aku pernah membuat larangan untuk ojol masuk ke sini?”Jaya terlihat semakin pucat. Andini adalah manajer hotel di tempat ia bekerja itu. Ia tidak menyangka berkas yang dibawa ojol yang dia cegat tad
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 37: Jaring yang Mulai Terungkap

Malam itu, di ruang kerja hotel, Darren dan Jenny duduk di sofa panjang. Meja kecil di antara mereka dipenuhi berkas dan laptop yang masih menyala. Ekspresi Jenny menunjukkan kelelahan bercampur frustasi, sementara Darren tampak tenang, seperti memikirkan sesuatu yang besar."Masalahnya, Tuan Darren," Jenny memulai, menghela napas panjang, "aku tidak bisa langsung memecat Hardi atau staf lain yang terlibat. Aku butuh bukti konkret. Kalau aku asal bertindak, justru aku yang akan terlihat buruk di mata direksi."Darren menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap Jenny dengan senyum kecil. "Itulah kenapa kita harus memainkan permainan ini dengan cerdik. Kita biarkan mereka merasa aman. Saat mereka lengah, kita tangkap mereka dengan tangan di kue."Jenny mengernyit. "Maksudmu?""Aku yakin," Darren melanjutkan, "mereka akan mencoba melanjutkan kebiasaan buruk mereka malam ini. Terutama Hardi. Orang seperti dia tidak akan berhenti hanya karena diberi peringatan. Aku akan mengawasi mereka. Kalau
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 38: Intrik di Balik Meja Resto

Malam itu, Darren melangkah masuk ke restoran megah bertuliskan “Anugerah International Resto” yang menjadi salah satu kebanggaan dari jaringan usaha Anugerah Langit Corporation. Ia mengenakan pakaian sederhana, mencoba melebur sebagai pelanggan biasa. Restoran ini terkenal di kota sebagai tempat makan eksklusif, tetapi belakangan Darren mendengar keluhan tentang praktik curang yang mencoreng nama baik perusahaan.Darren menatap interior restoran yang megah lampu gantung kristal, meja dengan taplak putih bersih, dan musik piano lembut yang memenuhi ruangan. Namun, kesan pertama ini tidak cukup menutupi rasa curiganya.Seorang pelayan dengan senyum sopan menghampiri. “Selamat malam, Pak. Boleh saya antarkan ke meja?”Darren mengangguk. “Tentu, tolong tempatkan saya di area yang agak ramai.”Pelayan mengarahkannya ke meja di tengah ruangan, tak jauh dari meja yang ditempati oleh sekelompok pelanggan yang tampak sedang berselisih.Tak lama setelah Darren memesan makanan, suara pertengkar
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 39: Menyingkap Permainan Kotor Perusahaan Cabang

Esok paginya, Darren dan Jenny tiba di Anugerah Langit Cabang Surabaya, salah satu kantor yang dahulu dikenal sebagai aset paling gemilang dalam jaringan perusahaan mereka. Gedung itu masih tampak megah dari luar, tetapi ada aura kehampaan yang Darren rasakan begitu memasuki lobi. Staf resepsionis yang awalnya tampak santai mendadak menjadi tegang ketika melihat Darren dan Jenny memasuki ruangan.“Selamat pagi, Pak Kemal,” ucap Direktur cabang, Lukas, yang tampaknya telah diberitahu sebelumnya tentang kedatangan mereka. Wajahnya terlihat gugup, meski ia berusaha menyembunyikannya. “Kami sudah menyiapkan ruang rapat untuk Anda.”Darren mengangguk tanpa banyak bicara, hanya memberikan tatapan tegas yang membuat Lukas makin canggung. “Saya ingin semua pejabat kantor dari supervisor hingga manajer berkumpul dalam rapat pagi ini. Laporan absensi semua karyawan bawa dalam rapat untuk kita evaluasi!.”Lukas mengangguk bergegas, lalu memerintahkan stafnya untuk menyampaikan panggilan rapat. D
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 40: Konfrontasi Dengan Silvia, Ibu Darren.

Tiga hari kemudian, Darren dan Jenny kembali ke kantor cabang Anugerah Langit Surabaya. Gedung itu tampak sama seperti sebelumnya, tetapi suasana di dalamnya tidak menunjukkan perubahan signifikan. Karyawan terlihat sibuk, namun tatapan mereka menyiratkan kekhawatiran. Setibanya di lantai manajerial, Darren segera memanggil Lukas ke ruang rapat.Begitu Lukas memasuki ruangan, wajahnya menegang. Darren menatapnya tajam dari kursi ujung meja. “Lukas, sudah tiga hari sejak peringatan terakhir saya. Namun, hari ini saya masih mendapati Nadine tidak berada di tempatnya. Apa kau tidak bisa mengurusnya?”Lukas tampak gelisah, mengusap peluh di dahinya. “Tuan Kemal, saya... saya sudah mencoba menghubunginya, tetapi…”“Cukup!” potong Darren dengan suara tegas. “Aku sudah memberimu kesempatan, sekarang aku tidak akan menerima apapun alasanmu!”Lukas tergagap, mencari kata-kata. “Pak... saya... saya tidak berani. Nyonya Silvia dan Baron sudah memperingatkan saya. Jika saya mencoba bertindak mela
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status