Home / Horor / Bisikan Tengah Malam / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Bisikan Tengah Malam: Chapter 51 - Chapter 60

141 Chapters

51: Korban Wanita Hamil

"Semua pasti berakhir," bisik Hendra di telinga Dena, meski wanita itu masih tampak tertidur. Tak ada yang dipikirkan Hendra, kecuali berusaha keras untuk memaksa Dena pindah dari rumah tua itu. Apalagi saat Prana tadi kembali meneleponnya dengan gusar."Pergilah dari situ, sebelum terlambat! Aku takut tak bisa memperingatkanmu lagi..." "Tapi Mas, sebelum aku kembali... mereka hidup damai di rumah ini. Dena dan anak-anak tampak tidak begitu khawatir. Saya cuma ingin mengusir mahluk halus apapun yang menunggu rumah itu jauh sebelum kami datang," elak Hendra."Hendra, dengar aku! Dena dan anakmu pastinya akan baik-baik saja. Tetapi kau... kau mungkin tidak..."Hendra awalnya tak ingin terpengaruh dengan ucapan itu. Tapi dia tahu, Prana tidak sedang menakutinya. Pikirannya menjadi semakin rancu, ketika dapat telpon dari butik, katanya Madam Sesco diganggu hantu gaun yang dibawa dari rumah sewaan Dena. Malah bosnya itu sibuk stres dan memilih tidak pulang ke rumahnya dimana hantu itu te
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

52: Skenario Samiran

Awalnya, Samiran senang saat mengetahui jika Dena menggoda Darren. Dia yakin keduanya telah berhubungan badan. Tindak-tanduk Darren tidak seperti anak remaja yang sedang ketakutan. Justru beberapa kali Samiran memergokinya sering melirik nakal ke arah Dena. Begitupun Dena, tampak menunjukkan bahwa mereka sebenarnya memiliki ketertarikan yang sama.Sebab itu Samiran mengundang mantan suami Denna, Hendra, untuk menjebaknya agar kembali memperbaiki hubungan mereka. Jika mereka sudah baik, sementara Dena ada hubungan dengan Darren, dapat dipastikan cinta segitiga ini bisa berakhir dengan pertumpahan darah. Tanpa perlu repot menunggu wanita itu melahirkan, asalkan sedang mengandung, itu sudah menjadi sebuah syarat yang ideal sebagai korban. Tetapi skenario Samiran, tak semudah saat dulu menjebak anak gadis Van Der Mosch, si Minna dengan Austin. Darren seperti maju mundur, bergairah tapi malas bersaing.Darren ternyata tak lagi berani mendekati Dena, malah Dena kini seakan tak terpisah lag
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

53: Mintje yang Malang

Dena terbangun jelang malam dengan kondisi lemas, Hendra tergesa memberinya minum. Aurora datang membawa roti, lalu Axio membujuk ibunya untuk makan."Kamu tertidur begitu lama, kita makan ya! Aku masak," bujuk Hendra."Memang ada makanan?" Tanya Dena lesu."Tadi sore ada tukang sayur memanggilmu, dia menawarkan dagangannya. Jadi aku bisa memasakm""Oh, Pak Sanusi.""Iya, dia heran kamu tidak belanja sayur lagi. Oh ya, dia bilang ingin mengatakan sesuatu tentang rumah ini. Sebab katanya dulu kamu pernah bertanya tentang... tentang Tumini apa Jumini, gitu!"Dena merenung sebentar, lalu mengangguk "Ya, dulu di rumah ini katanya ada pembantu yang pernah kerja dengan Pak Moksa. Tumini namanya. Kata Bu Maria, itu ibunya Pak Samiran. Tapi kata Pak Samiran bukan.""Ada apa dengan Tumini itu?""Dia ada hubungannya dengan Pak Moksa. Mereka berselingkuh, konon dia mati dibunuh Bu Gayatri.""Alangkah banyak kematian di rumah ini. Ayolah sayang, tinggalkan saja rumah ini. Kita tinggal di rumah pe
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

54: Pelacur

Moksa hanya tahu, Darso membalsem mayat istrinya dalam diam, lalu menyimpannya pada sebuah peti panjang di salah satu kamar yang terkunci. Kamar yang pintunya selalu diketuk dan ditangisi Moksa kecil dengan sedih. Selanjutnya, adalah awalan yang buruk bagi pengalaman seksual Moksa kecil. Karena Darso kemudian selalu membawa banyak pelacur ke rumah, berhubungan seks secara bebas demi melupakan Mintje. Perilaku binal dan goyangan erotis nan sensual kemudian menjadi tontonan menggairahkan bagi Moksa. Membuatnya mendadak cepat melakukan onani sebelum waktunya. Sampai suatu kali, Darso menemukan anaknya yang belum genap 10 tahun itu, melakukan hubungan seks dengan pelacur-pelacur yang dibawanya. Sudah terlambat untuk berhenti, sebab kemudian, Moksa kecil sudah terlanjur ketagihan. Demi mengobati Moksa, Darso pindah ke pinggiran Batavia yang kemudian beralih nama menjadi Jakarta, membawa anaknya itu dan peti mayat Mintje. Membangun rumah besar, di area tanah kosong nan luas dengan hanya
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

55: Leonard

Pria botak itu berusia hampir 50 tahun. Berdarah Belanda, tapi neneknya ada keturunan Perancis, namun kini dia tinggal di Paris. Dia seorang musisi awalnya, namun karirnya ternyata tidak cemerlang. Saat iseng berlibur ke Bali, dia malah bertemu Sesco yang centil dan manja, sekaligus kaya raya. Sejak itu, Leonard menjadi "suami" pria gemulai itu, sekaligus membantu impiannya untuk go public melalui kawasan pusat mode dunia.Hubungan mereka berdua terbilang manis, tak pernah ada masalah yang berarti. Baru kali ini, Leonard nyaris jantungan dibuat Sesco. Jeritan-jeritannya saat video call, membuat pria itu memutuskan untuk segera kembali ke Indonesia. "Leonard....fantômes, fantômes!""Belle.... Sesco....que veux-tu dire?"Tapi Sesco malah semakin terus berteriak histeris. Baru saat Leonard menelepon asisten Sesco, Sofia, semua menjadi jelas. Katanya, Sesco diganggu hantu gaun di apartemen mereka. What?! Hantu gaun? Selama puluhan tahun berkarya sebagai desainer gaun mewah, belum pernah
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

56: Prana dan Astari

Prana mulai gusar dengan masalah hidup Hendra dan Dena. Hendra sibuk minta tolong, tetapi tak juga sudi mendengar sarannya. Sudah dua malam ini, Prana terus bermimpi buruk, tentang Hendra yang berlumuran darah. Mata bathin Prana, bisa melihat jelas siapa yang menguasai rumah tua itu. Sepasang iblis yang berpura-pura menjelma menjadi Dewa. Menyesatkan manusia, agar terus keliru di jalan kehidupannya. Hanya saja, Prana belum bisa menerawang jelas soal jalan kehidupan dari awal hingga akhir rumah itu. Dia masih melihat samar-samar.Sesuatu yang terlihat jelas mengikutinya, adalah kakek tua berpakaian hitam-hitam yang diusirnya saat masuk mobil. Prana melihat aura negatif dari sosok yang terlihat berusaha untuk berkomunikasi dengannya itu."Jangan terlalu memikirkan masalah hidup orang lain, Mas. Ingat kau punya keluarga dan usaha yang harus terus kau urusi...." kata Astari, sambil memijat pundak suaminya dengan lembut.Prana menarik tangan kanan istrinya itu, lalu mengecupnya dengan le
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

57: Informasi Baru

Sanusi membantu Dena memilih beberapa jenis sayuran terakhir yang tersisa di keranjang sepedanya. Kol bulat, wortel, labu siam dan oyong, kemudian masuk ke dalam kantong plastik hitam besar di tangan Sanusi."Tukang sayur keliling masih pake plastik, kalo di minimarket sudah dilarang" kata Sanusi, saat Dena menyerahkan lembaran uang seratus ribu."Ada ikan?" Tanya Hendra, yang tiba-tiba mendekat."Kalau sudah sore, ikan dan daging sudah habis Pak," Jawab Sanusi tersipu."Jadi kita makan sayur saja?" Kali ini Hendra bertanya pada Dena."Pergilah ke pasar tradisional dekat sini. Mereka ada yang jual ikan sampai malam.""Ikan apa?""Lele.""Ah, nggak mau. Kamu kayak lupa aja aku nggak doyan itu," gerutu Hendra sambil ngeloyor masuk ke rumah.Dena cuma mengangkat bahu, dia sibuk menghitung uang kembalian dari Sanusi. "Ibu, pernah tanya tentang pembantu di rumah itu dulu kan?" Dena mengangguk,"Oh, ada info?""Saya tahu informasi tentang wanita bernama Tumini itu dari orang pasar. Namanya
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

58: Tak Tergoda

"Tidak tergoda?" Mata Maria melotot besar, saat mendengar pengakuan Darren, jika bahkan tak melirik anaknya itu sedikt pun!Darren mengangkat bahu sambil memonyongkan bibirnya. Dia tampak tak merasa nyaman, lalu Maria menyodorkan botol minuman dingin padanya."Dena tidak tertarik lagi, Mam!"Maria meletakkan gelas teh hangatnya dengan gusar. Dia tak menyangka, jika Dena betul-betul tak lagi tergoda dengan Darren. Melihat dulu wanita itu tampak begitu haus dengan kasih sayang, sehingga tak menolak ketika disetubuhi oleh anak remaja tanggung. Saat pertama kali bertemu Dena, Maria tahu jika wanita itu sedang stres dan depresi. Cerita Dena soal masalah perceraiannya, cukup memperlihatkan kondisi kejiwaan yang sedang tidak stabil. Sehingga Maria begitu yakin dapat semakin mengacaukan alam pikiran wanita itu. Maria mendukung penglihatan fantasi Dena yang merasa mereka tinggal di kompleks perumahan padat dengan kondisi rumah bercat hitam semua, kecuali rumahnya. Dia juga membuat kacau pemi
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

59: 90 tahun

Usai mendaftarkan Aurora untuk masuk sekolah di SD Fajar Bintang, Dena menggandeng kedua anaknya menuju pasar. Dia merasa lega, karena proses pendaftaran sekolah anaknya ternyata tidak sulit dan juga tidak mahal. Uang pemberian dari Hendra lebih dari cukup untuk membayar biaya administrasi. Tinggal membeli tas, sepatu dan peralatan tulis di Pasar Muncang. Seminggu lagi Aurora harus sekolah, Dena merasa harus cepat mempersiapkan segalanya.Aurora memilih sepatu dan tas pink bergambar Princess, sama seperti nama depannya: Princess Aurora. Sementara untuk peralatan tulis, dia memilih yang bergambar Barbie. Axio juga menuntut minta dibelikan peralatan menggambar, Dena dengan senang hati menurutinya. Bersyukur Hendra kini kembali bertanggungjawab memenuhi segala kebutuhan mereka, sehingga dia tidak pusing jika anaknya minta dibelikan sesuatu. "Apakah Mbah bernama Mbah Sukemi?" Tanya Dena, pada wanita tua yang sedang sibuk membungkus kembang tabur itu. "Iya, saya Sukemi" Jawab nenek itu
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

60: Mimpi Ketinggian

Dena terpana menatap Mbah Sukemi. Terpesona mengetahui usia wanita tua itu sudah nyaris satu abad. Benarkah karena bunga melati? Tetapi ada hal yang lebih menarik dari pada itu, ternyata Mbah Sukemi tahu banyak soal rahasia silam rumah yang ditempatinya. Dena jadi ingin mengorek lebih dalam, bersyukurnya, Mbah Sukemi tidak keberatan."Tumini itu apa ya, kalau kita bilang... semacam orang yang bermimpi ketinggian. Ayu sih ayu, tapi dia lupa berpikir asal dan usulnya. Cuma babu kok mimpi jadi ratu, ya matilah dia!""Ya..." Dena mengangguk-angguk, sedikit sedih ketika menyadari dan menyesali kebodohan seseorang. "Iya toh? Nah... yang kasihan itu Si Sarmini. Mbakyune mati, dia nggak bisa balik ke Jawa. Sakit-sakitan itu dia, sampai akhirnya ikut mati. Ada setahunan dia terkapar sakit, sebelum terkubur di TPU sebelah sana itu!"Mata Dena mengikuti arah telunjuk si mbah,"Makam warga sini itu mbah? Tanah wakaf ya?" Dena mendadak tertarik dengan barisan makam-makam tua.Sukemi menganggguk,"M
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status