Home / Horor / Bisikan Tengah Malam / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bisikan Tengah Malam: Chapter 41 - Chapter 50

141 Chapters

41: Tiruan

Aurora dan Axio sedang sibuk membuka kado-kado cantik dari Madam Sesco, begitu pula Dena, ketika Hendra dan pria gemulai itu sibuk membentangkan 7 gaun cantik itu di kursi dan meja tamu."Ini harta karun luar biasa. Bisa mengguncang dunia mode ini!" Teriak Sesco sambil menari lincah ke sana- kemari, bak ulat nangka baru jatuh ke tanah."Berkah binggo yes, Dena ngontrak di sindang. Eike bisa menemukan barang-barang antik yang mulus, tanpa rusak. Kok bisa ya? Ini kan udah berabad...""Madam yakin ini betul-betul gaun masa lalu?""Seratus persen, yes! So, jedong eike belalang kupu-kupu. Untuk tujuh biji sanggup lima ratus jetong, please call itu bapak yang punya rumah ini. Kita negosiasi as soon as possible!"Hendra meloncat girang, sementara Sesco liar berputar bak ballerina mabuk. "Itu tak mungkin...."Hendra dan Sesco menoleh, tampak Dena berdiri dengan tatapan tidak nyaman."Pak Samiran bilang, tak ada satupun barang di sini yang bisa dibawa keluar. Bakal ada malapetaka," tegas Dena
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

42: Siluman Mirip Lolita

Tanpa suara, sosok mirip Lolita itu bergerak maju, sambil mempermainkan payudaranya dengan binal. Hendra bergerak mundur untuk membuka kunci pintu kamar mandi, tetapi dia merasa lututnya mendadak lemas lunglai. Hendra terjatuh dengan kondisi tertelungkup. Perlahan, mahluk yang mirip Lolita itu meraba pundak dan lehernya dengan sentuhan sensual. Hendra memejamkan matanya. Dia merasa jiwanya mulai bergetar. Sedikit membingungkan memang, ketika pikiran yang tadinya sangat takut mendadak berubah menjadi bergairah.Lolita siluman terus menjilati leher Hendra dengan liar, bak kobra yang sedang menanti proses menebar racun berbisa. Hendra mendadak sudah tidak tahan lagi, dia langsung berbalik dan siap menerima serangan hangat Lolita berikutnya. Tapi tiba-tiba, di depan pintu kamar mandi, Hendra mendengar suara Aurora dan Axio tampak menjerit menyanyikan sesuatu:"Hoom pim pah alaiom.... Hoom pim pah alaiom... Hom pim pah alaiom....."Mendadak sosok mahluk mirip Lolita itu tampak berguncang
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

43: Samiran Kecil

Ponsel itu, dimasukkan Samiran ke dalam saku celananya. Dia mulai mencoba mengatur nafas, sebelum memandang hamparan kebun luas miliknya dari lantai atas rumahnya. Telpon dari Maria, agak sedikit mengganggunya. Bahkan membuatnya sulit untuk berpikir jernih. "Pak Hendra bersama seorang pria tapi mirip wanita, meninggalkan rumah itu dengan sebuah kardus besar yang tidak dimasukkan dalam mobil mewah mereka. Tetapi ada satu mobil boks lagi yang tiba-tiba datang untuk membawa kardus tersebut..." lapor Maria. Maria, jelas berbeda dengan Marce. Dia malah mencoba berteman dengan Samiran, sehingga mereka bisa bertukar nomor telpon. "Saya tidak tahu masalah anda dengan Bibi saya. Itu juga bukan urusan saya. Pokoknya saya senang dapat warisan sebuah rumah tua yang nyaris ambruk. Biarlah, bisa saya bangun kembali. Apa anda tak bernian untuk tinggal di rumah warisan anda, Pak Samiran?" tanya Maria, saat mereka pertama kali berjumpa, di depan rumah. Samiran menggeleng, "Tidak, Bu. Saya punya
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

44: Mayat Bocah Kecil

"Urus mayat anak itu, Mun! Kurang ajar sekali dia sudah membuatku tergoda. Untung istriku berani menghabisi iblis kecil betina ini..." terdengar suara Moksa yang masih terlentang di ranjang dalam keadaan telanjang. Muntarso tergesa masuk kamar untuk membimbing Gayatri duduk di tepi ranjang. Dia lalu mengambil belati di tangan wanita itu, membungkusnya dengan kain si bocah kecil yang sudah mati. Perlahan pula, Muntarso sigap mengambil selimut yang terlempar di lantai, untuk membungkus mayat anak itu. "Entah bagaimana kelak dia dewasa, sekecil itu sudah berani menyeretku ke ranjang. Genit," kata Moksa, sembari mengenakan bajunya dengan santai. Muntarso memandangi pria itu dengan penuh kebencian. Dia merasa muak dengan kelakuan majikannya itu, apalagi terdengar tangisan Gayatri yang memilukan. "Jangan terulang lagi, Tuan. Ini sangat berbahaya," tegas Muntarso. Moksa membalikan tubuhnya dengan acuh tak acuh, lalu menertawakan Muntarso. "Kau itu cuma keset kaki. Jadi berhentilah
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

45: Perjanjian

Ketukan di pintu depan begitu gencar, Dena mencoba tenang mengatur nafasnya, meski kedua tangannya menutup lekat mulut kedua anaknya. Oh, Tuhan! Ini yang dia takutkan. Samiran bisa saja datang untuk mengecek kondisi rumah itu, seperti pagi ini. Dan bisa saja, dia tahu jika semua gaun tua di ruangan lantai dasar itu sudah tak ada. Ini jelas malapetaka, khususnya untuk Dena. Bisa saja dia mendadak ditangkap polisi. "Eike akan segera membuat tiruannya!" Kata Sesco saat pamit."Kapan?" Tanya Dena, agak khawatir."Segera, butuh dua atau tiga bulan.""Janganlah, yang punya rumah selalu ke sini. Dia bisa saja tahu, dan kita semua bisa di penjara!""Oowh!" Sesco menutup mulutnya "Begini, eike punya banyak gaun yang didesain ala zaman dulu. Bekas baju untuk desain khusus salah satu film kerajaan eropa beberapa tahun lalu. Nanti baju-baju itu saja yang dikirim ke sini, menggantikan gaun-gaun tua ini...""Apa Pak Samiran bisa mengenali gaun itu?""Justru eike tak yakin, dia mengenali gaun-gaun
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

46: Malapetaka

Selama ini, Samiran telahmengurus rumah itu dengan baik. Termasuk merawat isi di dalamnya. Semua demi rasa takutnya terhadap yang namanya malapetaka. Pernah dia mencoba berontak, melawan untuk tidak patuh. Tiba-tiba dia terkapar sakit parah berkepanjangan, baru bisa sembuh ketika dia berjanji untuk kembali mengurus rumah dan tanah tersebut.Saat rumah itu dulu disewakan kepada keluarga Van Der Mosch, sosok Minna kemudian menjadi korban di rumah itu. Lalu kini, Samiran terpaksa harus mengorbankan jiwa lagi. Seorang Dena yang kemudian menjadi pilihannya. Tapi ternyata, tidak semudah itu. Wanita yang terlihat tak berdaya itu, mendadak kini menjelma menjadi sosok yang seperti tak mengenal rasa takut. "Jangan coba-coba menguasai sesuatu yang bukan kau miliki. Atau kau ingin mati?" Terdengar suara Dena yang tiba-tiba seperti begitu serak dan parau.Perlahan, Samiran mencoba memandangi Dena dengan sedikit keberanian. Wanita itu, masih menyodorkan tatapan tajam mematikan. Sepasang matanya
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

47: Rindu

Hendra merasa penting untuk mengunjungi Dena dan kedua anaknya malam itu. Dia mendadak rindu. Bukan saja untuk memeluk dan menciumi Aurora dan Axio, tapi juga demi pergumulan hangat di ranjang bersama mantan istrinya tersebut. Begini mungkin rasanya jatuh cinta pada orang yang sama itu, bathin Hendra. Seperti memulai dari awal, dia merasakan sensasi yang tidak sekedar sayang. Ada rindu yang terus berpendar tiap waktu, menyisipkan gejolak asmara yang terkadang binal dan melupakan rasa malu.Dena mengusap pundak pria itu dengan lembut, merasakan kelembapan keringatnya yang mengucur deras sejak mulai pertarungan ganas dan liar tadi. Ini seperti hubungan intim yang mereka lakukan saat awal mula membina pernikahan. Semua serba membara. "Lima ronde..." bisik Dena, membuat Hendra tertawa. Mereka bercinta hingga larut, untunglah kedua anak mereka tertidur pulas. Hendra bangkit dengan hanya mengenakan sarung, dia mengaku merasa lapar. Kemudian Dena mengikat tubuhnya dengan kain tipis, lalu
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

48: Ketukan Mengerikan

Segelas air putih, akhirnya diminum Hendra dalam diam. Dia menutup tudung saji di atas meja makan, lalu bergerak untuk mencuci tangan di dekat sumur sebelah dapur. Sambal gandaria buatan Dena memang sedap betul, membuat Hendra lebih senang menggunakan tangan. Sebab itu dia harus bersih mencuci tangannya dengan sabun, agar aroma sambal hilang."Hoom pim paaaah..."Hendra menoleh, terdengar sebuah suara lirih di belakangnya. Tak ada seseorang di sana. Hendra menoleh bibir tangga yang menuju ruangan lantai dasar, kosong juga. Merasa penasaran, Hendra melongok ke dalam sumur. Gelap."Hoom pim paaaaaah...."Kali ini, suara itu terdengar begitu ramai. Semakin pelan menjauh. Hendra bergegas membawa lampu minyak untuk mengikuti arah suara tersebut, membuatnya tergesa menuju pintu yang menuju halaman belakang."Hoom pim paaaaaaaaah..."Tak ada rasa takut, Hendra langsung membuka pintu dan melangkah keluar. Sepi. Tak ada seorangpun di sana. Ada sekitar lima menit Hendra berdiri di tempat itu, s
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

49: Dia Mengikutimu

Dena masih tertidur lelap. Aurora dan Axio duduk tenang di pinggir ranjang, memandangi ibunya. Sementara Hendra, tampak sedang sibuk bercakap-cakap dengan seseorang di ruang perpustakaan.Dia, Prana, sahabat Hendra yang penganut Hindu. Telepon Hendra di tengah malam, membuat pria itu mendadak datang ke rumah kontrakan Dena pagi buta itu. "Aku berharap kau bisa menolong Dena," kata Hendra, pada kakak tingkatnya waktu kuliah dulu. Mereka bersahabat dekat. Jelas Prana juga mengenal Dena, karena saat ingin mendekati wanita itu, terlebih dahulu Hendra berdiskusi dengannya."Jangan merusak hubungan orang. Dena punya pacar," nasehat Prana waktu itu.Tetapi Hendra sudah kadung cinta pada primadona kampus itu. Meski dari bisik-bisik yang dia dengar, gadis itu sudah tak lagi perawan, karena tinggal satu kamar kost dengan kekasihnya itu. Bodo amat! Demikianlah prinsip Hendra saat itu, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hati Dena.Sulit awalnya, mengingat Hendra tidak terlalu ta
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

50: Seram

"Sumpaaah... eike tidak halu! Lemarinya diketok-ketok, sereeem...." Sesco berteriak-teriak ketakutan di butiknya. Para karyawan mulai kebingungan dengan tingkahnya. Pria itu, dikabarkan lari ke hotel dekat rumahnya tengah malam hanya dengan masih memakai piyama bermotif pisang kuning. Sibuk menelpon Leonard agar segera kembali ke Indonesia, khususnya ke apartemen mewah mereka demi ngecek hantu. Pagi buta Sesco sudah menyatroni butik dan membuat kerusuhan besar."Hendra kemanaaaa??? Kok tak bisa dihubungi???""Tadi pagi masih nelpon saya, Madam. Katanya Si Dena kesurupan," sahut Wawan, salah satu staf marketing."Kesurupan? Kok bisaaa... Aduuuh, kenapa pada banyak syaiton dimenong-menong seh? Apa mereka lagi migrasi ke alam dunia apa gimana dimana ceritanya? Bukannya bersyukur yes, udah tinggal di dunia ghoib. Ini masiiiih... aja iseng liburan di sindang. Reportase tuh mahluk halus!""Apa itu reportase, Madam?" Tanya Wawan bingung."Repot!"Wawan tertunduk diam, sementara karyawan la
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status