Dena terpana menatap Mbah Sukemi. Terpesona mengetahui usia wanita tua itu sudah nyaris satu abad. Benarkah karena bunga melati? Tetapi ada hal yang lebih menarik dari pada itu, ternyata Mbah Sukemi tahu banyak soal rahasia silam rumah yang ditempatinya. Dena jadi ingin mengorek lebih dalam, bersyukurnya, Mbah Sukemi tidak keberatan."Tumini itu apa ya, kalau kita bilang... semacam orang yang bermimpi ketinggian. Ayu sih ayu, tapi dia lupa berpikir asal dan usulnya. Cuma babu kok mimpi jadi ratu, ya matilah dia!""Ya..." Dena mengangguk-angguk, sedikit sedih ketika menyadari dan menyesali kebodohan seseorang. "Iya toh? Nah... yang kasihan itu Si Sarmini. Mbakyune mati, dia nggak bisa balik ke Jawa. Sakit-sakitan itu dia, sampai akhirnya ikut mati. Ada setahunan dia terkapar sakit, sebelum terkubur di TPU sebelah sana itu!"Mata Dena mengikuti arah telunjuk si mbah,"Makam warga sini itu mbah? Tanah wakaf ya?" Dena mendadak tertarik dengan barisan makam-makam tua.Sukemi menganggguk,"M
Ki Anom, dukun cabul itu kembali berulah. Meski Lolita menjauhinya, pria itu terus mencarinya. Mungkin ketagihan meniduri wanita muda yang sedang bunting itu, sementara Lolita merasa sudah tidak membutuhkan bantuan lagi, karena tidak ada hasilnya. Malah tubuhnya habis terus digenjot pria hiperseks tersebut. "Kalian jahat banget sudah mengumpankan gue pada bandot tua itu!" Teriak Lolita dengan marah pada Anya dan Dona, ketika bertemu keduanya di klub malam."Loli, jangan marah. Kita semua pernah kok ditiduri Ki Anom. Bahkan sampai sekarang masih rutin digenjot terus," Dona membela diri, dan Anya membenarkan."Kalau dia lagi sange, sering maksa daku datang untuk melayani kebutuhan biologisnya. Udahlah sih, anggap balas jasa. Toh digenjotnya juga nikmat, biar tua dia perkasa kan..." kata Anya, sambil menghembuskan rokoknya. "Jangan munafik lah, sayang. Pasti lebih ganas Ki Anom kan, dari pada laki lo si Hendra cemen itu? Jangan ributlah, nikmati aja. Gue juga kalo lagi gatel, malah gue
Astari melangkah ragu, saat Prana menggandeng tangannya memasuki rumah itu. Entah mengapa dia merasa tidak nyaman. Namun sambutan Dena dan anak-anaknya siang itu, membuat Astari menyunggingkan senyumnya. Aurora, memeluk Astari dengan manja. Dulu mereka sering bertemu, waktu belum terjadi kasus perceraian. Hendra sering membawa Aurora ke rumah Prana. Saat itu Axio masih kecil sekali, belum bisa lepas dari pelukan Dena. Seakan melepas rindu, Astari dan Aurora sibuk bermain dan bercanda. Namun sudut mata Astari tetap fokus menangkap gerak-gerik Dena yang sedang ngobrol dengan suaminya. Hatinya sedih, melihat keakraban itu. Teringat dulu, betapa susahnya dirinya berusaha menaklukan hati Prana yang sempat penuh oleh cinta terhadap Dena."Dena itu cinta pertama dan sejatimu kan mas?" Tanya Astari suatu kali, jauh sebelum Prana akhirnya melamarnya.Prana saat itu mengangguk lalu tersenyum. "Dena itu bidadari yang pernah membuatku hampir gila saat dia malah memilih Hendra.""Mas sakit hati
Astari terus memegang tangan suaminya, meski mereka telah kembali ke rumah. Prana sampai harus memeluk erat tubuh Astari, agar istrinya merasa nyaman.Saat menyadari mereka berada di Kawasan Hitam atau Bakaran, perasaan Astari sudah kacau. Ini bukan karena rasa cemburunya saja, tetapi juga karena "sesuatu" yang lain. Yakni, misteri Gayatri.Cerita tentang sosok penari bernama Gayatri, bagi Astari mirip dengan dongeng 1001 malam. Penuh keajaiban yang nyaris sulit diterima akal. Apalagi, Astari tak pernah bertemu sosok itu. Hanya melalui sebuah cerita, dari Mbahnya yang sudah begitu sepuh sekian tahun lalu, sebelum beliau menutup mata. Kuntari masih sangat belia saat ikut mentas bareng Mbakyunya, Raden Ayu Sekar Gayatri Parwati, anak Pakde Raden Wongso Ngesti Pasopati. Bertujuan melestarikan budaya leluhur, para anak keturunan bangsawan ini semua pandai menari tradisional Jawa yang lembut namun magis. Tapi dibanding Kuntari, Gayatri lebih cemerlang bakatnya. Usia Kuntari baru 10 tahun
"Habis nyapu, Den Ayu. Maaf," jawab Tumini, yang tampak berusaha menutupi jejak cupang di leher dan dada.Jawaban Tumini tidak memuaskan Kuntari. Dia lalu mulai mengorek keterangan dari Muntarso, orang kepercayaan Romo Wongso yang kini bekerja pada Gayatri dan Moksa. Pria tua itu sedang berada di ruang tamu, sibuk mengelap keramik dan kaca."Tumini itu punya pacar, Pak Mun? Kok lehernya merah-merah dicupang begitu?"Muntarso mengangguk,"Setahu saya ada, Den Ayu. Dia sedang dekat dengan orang Pasar Muncang. Sering ke sana dia.""Oh, syukurlah. Saya takut dia coba menggoda Kang Mas Moksa...""Tidak, Den Ayu. Rumah tangga Ratu Neng Ayu dan Den Mas Moksa baik-baik saja..."Kuntari menghela nafas lega. Dia bersyukur, Gayatri akhirnya mendapatkan suami yang baik. "Kamu beruntung mendapatkan suami yang tulus menyayangimu, Mbakyu..." kata Kuntari, sambil memijat pundak Gayatri. Wanita itu tersenyum ganjil, matanya tetap memandangi anak-anak yang riang menari. "Ya, setidaknya dia masih berad
"Apaaaa?!!!"Dona dan Anya menjerit kompak. Mereka tak menyangka, bisa mendadak viral dengan cara sekotor itu. Terbangun di apartemen Dona jam 10 pagi, mereka sudah dikejutkan oleh berita heboh di sosial media. Video mesum mereka bersama Ki Anom, mendadak beredar dimana-mana. Ulah siapa?Dona dan Anya diketahui sebagai selebriti kurang terkenal. Cuma sesekali jadi figuran sinetron, namun rutin jadi model majalah pria dewasa. Dan yang bikin heboh, adalah Ki Anom, dukun yang mengawali karir perdukunan dari iklan menyesatkan di sebuah majalah supranatural, lalu makin top karena banyak bikin sukses cewek-cewek lacur menjadi simpanan pejabat dan bos-bos besar. Video mesum beredar dari sejumlah akun anonim diberbagai aplikasi sosmed, dengan taggar Video Mesum Para Model dengan Dukun, jelas membuat rekor trending hanya dengan hitungan jam."Mak gue bisa jantungan ini, mana bentar lagi mau umroh...." keluh Anya yang bernama asli Rohimah Nur Wati itu. Dia dulunya sempat nyantri, cuma putus di
"Ki, aku lapar. Boleh aku masak untuk makan?""Kita order makan saja lewat ojek online.""Tidak, aku sedang diet. Aku lagi makan yang sehat-sehat. Sayuran!""Di kulkas banyak sayur, Mbok Ginah pembantu itu, tiap pagi datang untuk memasak dan membereskan rumah. Dia juga bantu belanja. Lengkap di sana""Kacang dan gula merah?""Kau mau masak apa?""Karedok""Malam begini?""Ya!"Dan itulah yang terjadi. Isi sayuran dari kulkas mendadak diiris dan mengisi piring. Lolita bahkan luwes menguleg bumbu dengan senyuman. Sama luwesnya ketika dia lincah bergerak menuju pagar rumah Ki Anom, saat pria itu lagi di kamar mandi. "Sudah karedoknya?" Tanya Ki Anom."Sudah, sayang. Yuk, kita makan!" Sahut Lolita sambil mengaduk irisan halus Bunga Jepun dengan sayuran lain beserta bumbu di dalam piring, lalu menyerahkan kepada Ki Anom.Saat pria itu tersungkur sambil mual dan muntah, Lolita mulai mencari dan menghapus file video mesumnya dengan Ki Anom. Ada beberapa video menjijikkan yang menampilkan ke
Samiran telah meyakini jika semua pintu rumahnya telah terkunci. Tetapi jejak-jejak kaki berlumuran darah di sepanjang rumahnya kini menjadi misteri selama satu minggu terakhir. Siapa yang melakukan itu?Dengan kesal, Samiran mengepel semua jejak kaki berdarah itu. Sebelum akhirnya dia duduk terdiam di ruang makan. Tak ada selera untuk menikmati sesuatu. Berhari-hari ini dia sudah cukup stres dengan hal ghoib.Dari merasa diikuti mahluk tak kasat mata, hingga kini melihat sendiri jejak kaki berlumuran darah. Terus terang, Samiran merasa lelah. Selama berpuluh tahun ini dia sudah cukup dibuat gila oleh janjinya kepada Bu Gayatri. Ditambah pula dengan masalah konyol diintai mahluk-mahluk halus yang tak berhenti membuat jantungnya berdegup kencang sekali. "Ini harus berakhir..." bisik Samiran lesu. Samiran tak pernah lupa. Peristiwa puluhan tahun lalu. Saat dia masih kecil.***Api besar itu seakan mencapai langit. Membakar begitu banyak rumah. Jeritan ketakutan tampak terdengar dimana
Karel sesaat memandangi Kiki dan kedua staf Humas itu dengan tajam. Dia butuh waktu untuk menjelaskan. "Secara kebetulan," lanjutnya. "Satu hari sebelum menghilangnya Mbak Centini, ada petugas polisi di Kapolsek yang dipimpin Pak Sangiran, masih mengingat wajah wanita dalam video ini, yang mereka katakan sebagai 'keluarga Kapolsek yang terganggu jiwa dan ngamuk di Polsek'. Lalu dibawa Si Kapolsek pergi dengan mobil dinasnya dalam kondisi tangan terborgol dan mulut dilakban...""Oh, Tuhan!" Kiki dan kedua stafnya kompak berteriak sambil menutup mulut mereka. Karel menghela nafas dan langsung bangkit dari duduknya. "Saya akan melaporkan kasus ini ke Polda, dan saya berharap pihak Rajawali Air dapat turut membantu saya untuk itu. Kapolsek Sangiran saya perkirakan juga sudah berusaha membunuh Ibu Inoy, klien saya, karena beliau memiliki video-video ini sebagai barang bukti..."***Julianna tertegun di hadapan wanita tua itu. Sejak pagi dia datang ke rumah besar tersebut, malah Maria di
"Pinter, sih iya." Prana terkenang ucapan Triman. "Ayu sih ndak ya... udah perawan tua juga... tapi kok ya bisa nyangkut ke pasiennya yang kurang waras?"Prana mengangguk bingung,"Agak ganjil juga."Triman tertawa serak,"Itu mungkin karena nafsu toh? Wong Mas Ostin memang ganteng tenan iku! Saya juga kalo dadi wong wedhok, yo mesti ikut naksir. Anaknya memang masih kelihatan bocah, tapi tinggi tubuhnya. Sifatnya juga ramah, memang bikin jatuh hati kaum wanita. Cuma memang saya sering dapati, dia itu suka memamerkan kelaminnya ke pasien wanita ..."Prana mengendarai mobilnya menuju Kawasan Hitam. Dia telah berjanji kepada Syahreza dan Zulfan, untuk tiba di sana sebelum jam makan siang. Sementara Ustadz Hanif tidak bisa datang segera karena harus menjaga Samiran di rumah sakit, dia berjanjian datang saat Ashar setelah berganti tugas jaga dengan Pak Salam, salah satu pengurus masjid.Sebentar lagi, ritual permainan Hoom Pim Pah akan digelar Sukemi. Julianna memastikan datang, meski belu
Prana menghela nafas, dan lebih menghela nafas lagi saat bertemu Dokter Ginaryo Sp.KJ. Dokter itu dengan ramah mempersilahkannya untuk berbincang di ruang kerjanya. Mereka bercakap cukup panjang, hingga terbongkar banyak hal."Saya menangani pasien Austin itu, justru setelah sekitar 5 tahunan dia telah menghuni rumah sakit ini. Dokter pertama yang menanganinya adalah Dokter Emilia, yang meninggal waktu itu, jadi saya yang lanjut menangani Austin. Anak muda itu memang sulit dilupakan. Terutama karena fisiknya yang berbeda dari yang lain. Dia sangat tampan, bule. Bahkan sering jadi rebutan pasien-pasien wanita di RSJ ini. Jangankan dia, ada saja petugas wanita yang juga sempat naksir...""Seperti apa kondisi Austin waktu dokter tangani?""Saya menangani Austin sekitar tahun 2005, ya... saya melihat kondisinya saat itu masih tidak begitu baik. Sering kabur dari rumah sakit, dan ditemukan petugas selalu senang berjalan-jalan sendirian tengah malam, tanpa alas kaki. Pokoknya kalau ditemuka
Aku menikahi Gayatri, tapi perjalanan "rumah tanggaku" yang sebenarnya, justru bersama Marce Si Tetangga Sebelah. Hal inilah yang membuat Austin memohon permintaan kepada Shumb Si Raja Iblis. Dia ingin agar kami bertiga bersatu menjadi keluarga utuh. "Bapak berhak hidup bahagia tanpa harus terus berpura-pura dalam pernikahan hampa. Austin ingin Bapak dan Mami bersatu selamanya, dalam pernikahan yang sah. Mami sangat menyayangi Austin, Pak. Dan pernahkah Mami juga mengecewakan hidup Bapak? Pernahkah Mami membunuh wanita-wanita yang membuat Bapak lupa untuk mengunjungi Mami di rumah? Jika Gayatri adalah Mami Marce, mungkin saat itu, Ibu Austin... Lovina... tidak akan tersiksa sampai mati...."Kalimat panjang anak itu, seakan menyadarkan aku betapa pentingnya ketulusan cinta. Ketulusan itu ternyata tidak hanya tentang harus selalu bersama, tetapi hanya butuh saling mengerti. Marce pernah mengatakan, dia tak sanggup marah saat aku selalu menyelingkuhinya."Karena aku tahu, aku bukan siap
Austin tumbuh dengan fisik sempurna. Ya, semakin mirip aku. Jauh berbeda dari Kalungga dan Turangga, yang wujudnya mirip Gayatri. Itulah sebabnya, aku sangat menyayangi Austin. Dia bebas bermain di rumahku kapan saja, tanpa Gayatri berani mengusirnya. Aku berikan apa saja yang dia mau, yang dia suka. Semua!Dia anak yang baik, juga berprestasi di sekolah. Marce ternyata sangat pandai mengurus anak rupawan itu, sebab semua orang menyukai kepribadiannya. Austin juga pandai melukis dan memahat sepertiku, sebab itu, dia kuizinkan untuk memasuki Ruangan Rahasia di Bawah Tanah.Ini adalah tempat yang tidak sengaja ditemukan Romo, saat sedang membuat ruangan lantai dasar, serta membuat makam. Ruangan aneh itu begitu besar, dengan dua patung raksasa. Romo sering melakukan semedi di tempat itu, jika sedang merasa gundah. "Ini sebenarnya pernah jadi tempat pemujaan iblis, mungkin sekian abad silam" kata Romo, saat membawaku ke sana, waktu kami baru saja menguburkan Kadita."Siapa itu, Romo?" T
Semula, aku mengira, berumahtangga itu sama seperti aku pernah melukis tubuh telanjang Kadita yang memesona. Asal kita suka melakukannya, meski itu sulit, pastinya bisa dapat diwujudkan juga. Tetapi nyatanya, pernikahan tidak seperti itu. Menikahi wanita bukan hanya untuk cuma bisa tersalurkan urusan kebutuhan biologis, punya anak, tidak cerai dan dianggap normal oleh masyarakat. Bukan itu!Aku menikahi Gayatri, yang tak pernah aku cintai. Aku bahkan tidak menerima segala kekurangannya. Bahkan aku tidak mengizinkan dia membuka topengnya, saat kami bersetubuh. Aku tak ingin gairahku memudar melihat wajahnya yang tak membangkitkan selera itu. Aku selalu membayangkan, jika dibalik topeng itu ada wanita berparas ayu rupawan, dan bukan pastinya itu bukan Gayatri!Dan ternyata, wanita itu juga tidak subur. Meski setiap malam kugagahi, dia tak kunjung bunting. Tapi sulit menuduhnya mandul, sebab dia pernah kawin dan punya anak sebelumnya. Aku juga, tidak ingin dituduh tidak subur! Inilah ya
Semua orang tahu, jika Mintje Molina hanyalah anak Jans Pietter dari seorang gundiknya, yang bernama Nyai Midah. Sebab itu, meski aku mendapat gelar bangsawan dari Bapak, beliau tidak merasa ada alasan bagiku untuk tidak mau jadi Belanda."Manson Jans Pietter, kamu itu Belanda. Darah Eropa menetes di tubuhmu. Persetan soal priyayi, itu juga pribumi. Derajat mereka itu, di bawah kita..." kata Mami suatu kali, saat aku menolak untuk dipanggil Manson Jans Pietter."Jika Mami merasa tidak sederajat, mengapa menikahi Romo?"Saat itu, aku hanya melihat Mientje Molina hanya membuang muka. Di kemudian hari aku tahu, ternyata memang tak ada satupun orang Belanda, ras Eropa lainnya, atau siapalah yang dianggap Mami derajatnya jauh lebih tinggi, bersedia menikahi seorang anak Nyai yang pernah sempat melacurkan diri demi sesuap nasi, setelah Bapak Belandanya mati. Romo mengangkat derajat wanita itu, tapi dia tidak pernah berterima kasih.Bahkan Mami mencoba meninggalkannya demi pria Cina kaya. Ya
Prana menepuk halus pundak Samiran, dia khawatir pria itu akan tambah sakit jika bicara. Tapi Samiran tidak mau berhenti."Muntarso ingin mengusai harta rumah itu dengan menikahi Gayatri, sebab itu dia membunuh Pak Moksa dengan meracunnya. Bu Gayatri tidak tahu. Wanita itu juga tidak tahu, jika kecelakaan mobil yang dialami Kalungga dan Turangga juga karena sabotase Muntarso. Tapi mobil yang pernah dibawa Muntarso untuk meneror kedua orang itu sebelumnya, juga kelak malah kemudian terbalik dan terbakar...""Dia pernah membakar orang, bukan?"Samiran memandang sedih ke arah Prana,"Saya juga. Mungkinkah akan terjadi hal yang sama?"Prana menggeleng, lalu kembali menepuk halus pundak pria itu."Bapak orang yang sudah berusaha menjadi baik...""Saya tidak tahu apakah Tuhan akan memaafkan saya. Sebab saya terlalu bodoh dan patuh kepada sesama manusia. Sebelum mati, Bu Gayatri berpesan agar saya menjaga dan jiwanya dari gangguan jiwa lain yang juga terjebak di rumah itu. Sebab itu setiap 20
Samiran masih tampak lemah, tapi dia tahu, kehadiran kedua pria di depannya memang telah ditunggunya. Prana, yang membawa Syahreza temannya, diyakini Samiran dapat segera menuntaskan segala masalah."Kami ingin bertanya tentang Austin, Pak. Sebentar saja," kata Prana.Perlahan, Samiran mulai memejamkan matanya. Dia bersyukur, kini nafasnya tidak lagi sesak sehingga bisa bicara."Ada yang sedikit rancu tentang Austin anak Lovina. Dia sebenarnya sudah ada sebelum saya dibawa Muntarso ke sana.""Austin sudah lahir?""Sudah besar malah. Saat saya masuk ke sana, Austin jelas lebih tua dari saya.""Kalau Lovina?""Usia Lovina saat hamil, juga jauh berbeda dengan Kalungga dan Turangga, 13 tahun. Kalau dua anak itu, sekitar usia 3 dan 1 tahun waktu Lovina mati. Dia itu diasuh Bu Gayatri dari bayi, sebagai anak pancingan biar cepat hamil. Saya tahu cerita itu juga dari Muntarso. Kasus kematian Lovina terjadi, itu jauh dari kasus Tumini mati. Sebelum itu, Lovina adalah korban Moksa pertama seb