"Apaaaa?!!!"Dona dan Anya menjerit kompak. Mereka tak menyangka, bisa mendadak viral dengan cara sekotor itu. Terbangun di apartemen Dona jam 10 pagi, mereka sudah dikejutkan oleh berita heboh di sosial media. Video mesum mereka bersama Ki Anom, mendadak beredar dimana-mana. Ulah siapa?Dona dan Anya diketahui sebagai selebriti kurang terkenal. Cuma sesekali jadi figuran sinetron, namun rutin jadi model majalah pria dewasa. Dan yang bikin heboh, adalah Ki Anom, dukun yang mengawali karir perdukunan dari iklan menyesatkan di sebuah majalah supranatural, lalu makin top karena banyak bikin sukses cewek-cewek lacur menjadi simpanan pejabat dan bos-bos besar. Video mesum beredar dari sejumlah akun anonim diberbagai aplikasi sosmed, dengan taggar Video Mesum Para Model dengan Dukun, jelas membuat rekor trending hanya dengan hitungan jam."Mak gue bisa jantungan ini, mana bentar lagi mau umroh...." keluh Anya yang bernama asli Rohimah Nur Wati itu. Dia dulunya sempat nyantri, cuma putus di
"Ki, aku lapar. Boleh aku masak untuk makan?""Kita order makan saja lewat ojek online.""Tidak, aku sedang diet. Aku lagi makan yang sehat-sehat. Sayuran!""Di kulkas banyak sayur, Mbok Ginah pembantu itu, tiap pagi datang untuk memasak dan membereskan rumah. Dia juga bantu belanja. Lengkap di sana""Kacang dan gula merah?""Kau mau masak apa?""Karedok""Malam begini?""Ya!"Dan itulah yang terjadi. Isi sayuran dari kulkas mendadak diiris dan mengisi piring. Lolita bahkan luwes menguleg bumbu dengan senyuman. Sama luwesnya ketika dia lincah bergerak menuju pagar rumah Ki Anom, saat pria itu lagi di kamar mandi. "Sudah karedoknya?" Tanya Ki Anom."Sudah, sayang. Yuk, kita makan!" Sahut Lolita sambil mengaduk irisan halus Bunga Jepun dengan sayuran lain beserta bumbu di dalam piring, lalu menyerahkan kepada Ki Anom.Saat pria itu tersungkur sambil mual dan muntah, Lolita mulai mencari dan menghapus file video mesumnya dengan Ki Anom. Ada beberapa video menjijikkan yang menampilkan ke
Samiran telah meyakini jika semua pintu rumahnya telah terkunci. Tetapi jejak-jejak kaki berlumuran darah di sepanjang rumahnya kini menjadi misteri selama satu minggu terakhir. Siapa yang melakukan itu?Dengan kesal, Samiran mengepel semua jejak kaki berdarah itu. Sebelum akhirnya dia duduk terdiam di ruang makan. Tak ada selera untuk menikmati sesuatu. Berhari-hari ini dia sudah cukup stres dengan hal ghoib.Dari merasa diikuti mahluk tak kasat mata, hingga kini melihat sendiri jejak kaki berlumuran darah. Terus terang, Samiran merasa lelah. Selama berpuluh tahun ini dia sudah cukup dibuat gila oleh janjinya kepada Bu Gayatri. Ditambah pula dengan masalah konyol diintai mahluk-mahluk halus yang tak berhenti membuat jantungnya berdegup kencang sekali. "Ini harus berakhir..." bisik Samiran lesu. Samiran tak pernah lupa. Peristiwa puluhan tahun lalu. Saat dia masih kecil.***Api besar itu seakan mencapai langit. Membakar begitu banyak rumah. Jeritan ketakutan tampak terdengar dimana
Sesco tersenyum, dia merasa kondisi persiapan event Paris Fashion Week dapat berjalan lancar. Dengan ketat, dia memilih model-model yang bisa bekerja secara profesional meski sebagian belum begitu terkenal. Proses fitting atau pengepasan baju, menjadi salah satu agenda penting yang mendapat kode merah di catatan, saking urgent-nya. Tidak mudah menjadi seorang model, modal tidak hanya cuma harus tinggi dan menarik. Tubuh diwajibkan langsing sempurna. Dan berat badan mereka tidak boleh berubah sampai hari H, dan model dengan bajunya sudah harus sejiwa, apalagi untuk model yang harus berganti pakaian lebih dari satu kali dengan waktu hanya satu hingga tiga menit saja. Jika bajunya tidak membuat nyaman, maka dipastikan saat berjalan di catwalk bakal tidak sesuai harapan. Model harus memahami benar baju apa yang dia pakai, apa detil menonjolnya, apa aksesorinya, dan bagaimana dia bisa mengekspresikan busana tersebut dengan segala ornamennya di atas panggung yang penuh lampu serta iring
Selain itu, Sesco memang dikenal sangat mengutamakan kualitas pada setiap rancangannya. Tak ada benang yang tersembul, tak ada setrika yang tak rapi, bahkan butir payet yang layak nempel di gaunnya adalah manik dan batuan terpilih, serta terbaik di dunia."Baby, gaun kuno itu..." Sesco yang sedang minum air putih usai rapat menoleh,"Kenapa, Leon?""Kamu sudah yakin bisa mengkreasi ulang gaun-gaun itu?""Lebih tepatnya memodifikasi, kayak motor gitu. Soalnya ada beberapa bagian gaun yang agak sobek dan rapuh, butuh permata-permata luncak ya beib, juga tambahan kain dan sebagainya untuk membuat itu gundala nggak kayak abis kita beli dari barang second Pasar Senen...""Waktu kita tidak banyak, paling dua bulan lagi. Kamu yakin bisa dan berani?"Sesco mengangkat bahu,"Bisa ya pasti, eike bukan desainer kaleng-kaleng. Tapi kalo berani? You mesti temeni eike saat ngurusi itu gundala, biar setan-setannya kagak balik...."Leonard menyentuh lengan Sesco,"Baby, ada satu hal yang belum aku ceri
Lolita memandangi rumah Maria yang terlihat sepi. Jantungnya mendadak berdegup kencang, saat melihat dua bocah berlarian dengan mainannya keluar dari rumah tetangga Maria. Aurora dan Axio! Mana mungkin Lolita lupa dengan dua anak yang hampir membuat Hendra berat untuk menikahinya dulu? Tetapi berkat rayuannya, pria itu akhirnya pergi meninggalkan anak dan istrinya, dan kemudian mengajukan proses cerai.Kini, semudah itu pula Hendra kembali kepada keluarganya. Meninggalkan Lolita yang sedang hamil, seakan tak pernah terjadi apa-apa pada mereka sebelumnya. Rasa sakit di hati Lolita, mungkin berbanding lurus dengan kadar cintanya pada Hendra. Apalagi dia ingin anaknya tetap memiliki Ayah. Dia sadar sering menyelingkuhi Hendra, tapi bayi yang dikandungnya jelas anak pria itu. Lolita tidak pernah menginginkan anak awalnya, tetapi lupa minum pil KB, malah bikin subur benih yang ditebar Hendra.Segalanya dia lakukan untuk menyeret pria itu kembali ke ranjangnya. Termasuk minta bantuan Ki Ano
Samiran merasa penting untuk bicara dengan seseorang. Usianya sudah hampir 80 tahun, merana dalam kesunyian dan ketakutan. Jika ditanya tentang agama, dia tak bisa menjawab jelas. Saat kecil bersama Kinasih ibunya, dia dididik sebagai muslim. Tetapi saat dipaksa tinggal bersama Muntarso Bapaknya, di rumah besar Ibu Ratu Gayatri dan Tuan Moksa, dia justru diarahkan untuk menjadi setan. Membunuh, meracuni, menyakiti dan mengorbankan banyak orang. Bahkan sejak usianya belum genap 10 tahun."Saya tak tahu harus kemana. Bahkan saya tidak tahu apa tujuan hidup saya. Berpuluh tahun, saya merasa cuma hidup untuk keinginan Bapak saya dan Majikannya. Mereka terus berusaha mengikat jiwa saya, meski mereka telah lama meninggal dunia..."Ustadz Hanif, baru berusia 40 tahun. Merasa kaget didatangi Kakek tua kaya raya yang tinggal cuma sekitar 50 meter dari masjid, tempat Sang Ustadz mengajar anak-anak mengaji secara gratis. Tapi pria tua itu, baru kali itu terlihat memasuki masjid. Berdiri bingung
Itulah yang membuat Lolita tak menolak saat bertemu Hendra di night club. Pria itu tak terlalu tua, cukup tampan dan dia membawa kendaraan BMW 5 Series. Apalagi ternyata pria itu sangat royal padanya, jadi diperawani di dalam mobil itu terasa indah saja. Mana dia tahu jika pria itu cuma membawa mobil inventaris perusahaan, yang dipinjamkan bosnya yang sangat baik untuk sementara, karena saat itu Hendra belum punya mobil? Mana dia paham jika ternyata Hendra cuma pegawai bagian keuangan, dengan tanggungan istri dan 2 orang anak? Dan harta terbesarnya cuma sebuah rumah yang baru lunas cicilan kreditnya?Cinta yang menjebaknya untuk menerima Hendra yang ternyata bukan siapa-siapa. Dia yang membuat Hendra bercerai, menjual rumahnya untuk harta gono-gini kurang adil, lalu membeli rumah baru dan kredit mobil baru. Dia juga yang membuat Hendra melepas tanggung jawab atas Aurora dan Axio, karena khawatir uang belanja berkurang.Kini, pria itu tak mau kembali, bahkan memilih ngekost atau tidur
Astari, melihat mobil Syahreza yang ke luar dari pintu gerbang rumahnya. Dia lalu kembali duduk, dan Nunung meneruskan tugas untuk menyisir rambut majikannya. "Mas Prana itu..." Suara Astari tercekat. "Sebenarnya yang duluan naksir Dena, Nung. Waktu zaman kuliah. Cuma duluan diserobot Hendra. Kau tahu, Nung? Mas Prana itu selalu memuji Dena. Dia bilang wanita itu cantik sekali, seperti bunga kaca piring yang disinari cahaya matahari. Katanya kelak ingin punya anak perempuan secantik itu. Kau tahu rasanya mendengar itu, Nung? Mas Prana bahkan tak pernah memujiku sama sekali..."Nunung tak menjawab, dia terus menyisir rambut majikannya sambil menatap wajah Astari di cermin."Ketika dia berusaha menolong wanita itu, aku mencoba berdamai dengan hatiku. Sebab makin kularang, dia ternyata makin berusaha untuk selalu berada di samping wanita itu. Mengirimmu bersama Yusuf, sebenarnya hanya upaya menjaga keyakinanku jika mereka tidak berselingkuh..."Nunung terlihat menunduk, sambil melepas h
Bagaimana mungkin ada ponsel yang bisa aman disembunyikan dalam sebuah gaun? Namun Sesco mengatakan, dia memang sempat mendesain korset pada gaun yang bisa menempel dengan ketat."Jangankan ponsel, pistol juga bisa nyelip itu. Eike terinspirasi dengan Mbah-Mbah zaman dulu yang suka menyelipkan barang berharga di bagian kutang atau stagennya..." kata Sesco, sambil memamerkan gaun hijau brokat besar, dengan korset hitam yang hampir menyentuh bagian dada."Gaun ini jadi bau dan lembab, seperti pernah disiram air. Ada banyak helaian rambut pirang!"Syahreza terdiam memandang ponsel Iphone 6 Plus itu. Sudah ketinggalan zaman untuk era Iphone jenis terbaru. Tapi dia ingat, itu jelas ponsel milik Julianna. Dia tak melupakan casing warna pink. Julianna beberapa kali mengeluarkan barang itu dari tas coklatnya. Lalu, di mana tasnya?"Kita cas dulu itu ponsel, jika benar itu milik Julianna. Oh, eike sedikit terkejut dengan penemuan ini. Tetapi Pak Syahreza, bisakah kita merahasiakan ini? Soalnya
Syahreza membuka lemari yang penuh gaun tua, dia sempat menahan diri untuk menggesernya, karena beberapa waktu lalu sempat berusaha menutupi lempeng besi yang menuju ruangan bawah tanah. Namun dia berpikir, kapan lagi bisa ke tempat itu? Sebab Prana sudah tidak lagi berkenan untuk membongkar misteri masa lampau itu. Tapi dia sudah sedikit membongkar beragam arsip dan catatan lampau yang masih terhimpun rapat di perpustakaan nasional. Terutama tentang misteri dari data-data "yang konon kabarnya", mitos sekian abad yang sulit diterima nalar, sehingga tak ada satupun ahli yang berminat untuk mengungkapnya, namun catatan tentang legenda tersebut kadang tercantum pada batu-batu, serat kayu dan kulit hewan peninggalan abad silam."Kita akan ke bawah lagi."Zulfan tak menjawab, hanya bantu menggeser lemari dan membuka lempeng besi. Dia sudah semakin paham soal misteri lain dari rumah ini, setiap bertemu Syahreza, mereka kadang mengulas tentang kasus pembunuhan, juga soal ruangan misterius y
Masuk!Itulah keputusan Syahreza dan Zulfan saat mulai menuruni tangga. Sepi pastinya, juga menyeramkan. Mereka mulai mengarahkan senter melewati lorong panjang, sebelum menemukan tangga yang menuju pintu di bawah ranjang tempat dulu kamar Dena berada. Pintu-pintu jendela rumah itu terbuka, membuat cahaya matahari bebas masuk. Syahreza mengelilingi setiap kamar, sebelum memasuki ruang perpustakaan. Sementara Zulfan berdiri mematung menatap 2 lukisan: Dewa dan Dewi."Apa itu, Pak?" Tanyanya bingung.Satu lukisan dewa itu bertangan empat, bermata tiga, lehernya berkalung ular kobra. Ini seperti wujud lukisan Dewa Siwa, Sang Dewa Pelebur, versi keyakinan orang India. Siwa, merupakan satu dari tiga dewa utama dari satu kesatuan Trimurti dalam keyakinan agama Hindu, selain Brahma dan Wisnu. Sementara penganut Hindu Bali, memuja Dewa Siwa atau Btara Guru di Pura Dalem, sebagai dewa yang diyakini mampumengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsur asalnya, yakni Panca Mahabhuta,
Zeta mengirimkan email padanya, usai satu minggu dia kembali ke Paris, tanpa Leonard. Karena pria itu ditahan polisi, dengan tuduhan kasus percobaan upaya penipuan dan pemerasaan kepada Sesco. Kasus ini terungkap dari pengakuan Doza Fahmi, sekutu Alya Dildo. Saat mengantar Zeta di bandara, Sesco yang begitu patah hati, meminta Zeta untuk menyelidiki sesuatu. Lalu hal tersebut, diungkapkan Zeta pada Syahreza: Wanita itu datang ke Rumah Mode Sesco Paris yang belum launching. Dia mengaku bernama Lane, teman Leonard. Aku melihat dia begitu gugup, saat kuberitahu tentang kasus penangkapan Leonard di Indonesia. Dia pamit terburu-buru, namun aku bisa mengikutinya. Dia menuju Hotel Prince de Galles, tempatnya menginap, sebelum tergesa-gesa membawa tasnya seperti hendak pergi. Seorang pria tampan, berwajah khas Amerika Latin tampak menjemputnya di lobby, mereka berciuman bibir. Kemudian mereka naik taksi menuju suatu tempat. Aku terus mengikuti mereka dengan taksi juga, sampai mereka berhen
Tapi niat baik itu, justru ditanggapi Leonard dengan sangat emosional. Pria yang sedang mempersiapkan kepulangannya ke Paris bersama Zeta itu, malah mengamuk tidak karuan. Pribadinya yang selama ini terkesan lembut dan sopan, malah mendadak berubah mengerikan."Salope!" Leonard meneriaki Sesco dengan kasar, hingga tega menyebutnya: JALANG. Belum puas, segala barang dia lempar ke arah Sesco yang cuma bisa pasrah itu."Aku masih di sini, mencoba untuk berdamai dengan Si Pemerasmu. Tapi kau malah mengembalikan gaun-gaun itu! Apa... apa kau tidak berpikir soal Paris Fashion Week? Soal masa depan Rumah Mode Sesco Paris? Aku masih di sini, Sesco. Tapi kau malah mengambil keputusan sepihak!""No... Leonard, baby... yey tidak mengerti. Ini situasi darurat. Kita harus...""Harus apa?! Kita sudah menyusun rencana yang luar biasa, lalu kau seenaknya menghentikannya di tengah jalan?""No! Bukan begitu. Yey tidak mengerti. Lupakan soal gaun itu. Eike masih bisa ngetop dengan karya eike sendiri. S
Prana sudah bisa membuka mata, namun dia tampak lemah dan enggan bicara. Terbaring lemah di ranjang bersprei putih, membuatnya malah seperti pasien yang sedang menunggu mati. Astari ada di sampingnya, tapi seakan tidak membuatnya bersemangat untuk sekedar tersenyum. "Semuanya sudah diketemukan menjadi mayat, kecuali Austin. Jadi sejauh ini, tersangkanya mengarah pada dia. Apalagi polisi mendapat laporan dari Pak RT wilayah rumah Pak Samiran, katanya lagi heboh ada hantu pria bule di rumah almarhum. Diperkirakan itu Austin. Cuma ketika diperiksa, rumah itu kosong... " kata Syahreza, sambil memandangi Prana.Perlahan, Prana menoleh. Dia mencoba menghela nafasnya, namun yang terdengar seperti sesuatu yang berat tercekik. "Mengerikan, semuanya mati. Jadi..apakah Austin bekerja sama dengan Garneta dan Yusuf?" Tanya Astari.Syahreza mengangkat bahu,"Kita belum tahu ujung tragedi ini. Yusuf mengatakan dia bekerja sama dengan Garneta untuk membunuh, tapi nyatanya Garneta juga mati. Jadi si
Doza Fahmi sepakat bertemu dengan bule itu, di Hotel Forma de Myorne. Tempat itu dipilih Doza, karena merupakan hotel baru yang berbintang lima. Sekalian ingin jajal pelayanan, juga sekaligus mengetes kemampuan finansial seseorang yang nekat ingin menemuinya."Anda sangat berani, tapi jangan coba-coba bawa polisi. Saat saya menuju penjara, maka seluruh dunia langsung bisa mengakses aib Sesco dengan sekali klik! Ingat, saya tak mungkin bekerja sendiri untuk bisnis 10 miliar..." ancam Doza, sebelum pria itu datang.Dan Leonard memang berani datang sendirian. Dadanya yang bidang tampak terlihat jelas dari kemeja ketat berwarna biru, membuat Doza mulai berpikiran lain. Mendadak gairahnya membanjir, dari memikirkan besaran nominal uang, sampai mengkhayalkan hal kotor bersama pria tampan tersebut."Mengapa anda sampai terpikir untuk memeras seorang Sesco?" Tanya Leonard, sambil duduk di kursi dengan tenang."Jangan anda, panggil saja Ocha," sahut Doza Fahmi genit.Leonard tersenyum,"Baik, O
Syahreza lalu perlahan mengangguk, dan itulah yang membuat mereka melangkah menjauh mencari rimbunan pohon untuk berteduh, sambil duduk di atas tanah yang sudah mengering. Hujan sempat deras, tapi Kawasan Hitam ini malah mirip padang gurun tandus. Jejak hujan seperti tak bersisa. Lalu, bagaimana dengan jejak kejahatan?Zeta menghapus sudut matanya dengan tisu, seakan tak kuasa untuk melanjutkan cerita Syahreza yang detil sejak awal. Inilah yang paling ditakutkannya: kehilangan. Melihat begitu mayat yang terus ditemukan, Zeta mulai bersiap mental jika kelak akan betul-betul melihat mayat adiknya. Jiwanya seakan hancur. Serasa tak ada tempat untuk berlindung. Suaminya tidak mengomentari pesannya tentang Julianna, dia sedang berlibur dengan selingkuhannya di benua tropis, meninggalkan musim salju yang beku atas catatan cinta mereka yang makin kelabu. Kedua anaknya juga cuma mengucapkan kalimat basa-basi. Sedikitpun tidak terdengar nada yang bersifat kesedihan dan kekhawatiran. "Jadi ya