Beranda / Horor / Bisikan Tengah Malam / 72: Dipaksa Iblis

Share

72: Dipaksa Iblis

Penulis: Cerita Diamond
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 10:06:55

Itulah yang membuat Lolita tak menolak saat bertemu Hendra di night club. Pria itu tak terlalu tua, cukup tampan dan dia membawa kendaraan BMW 5 Series. Apalagi ternyata pria itu sangat royal padanya, jadi diperawani di dalam mobil itu terasa indah saja.

Mana dia tahu jika pria itu cuma membawa mobil inventaris perusahaan, yang dipinjamkan bosnya yang sangat baik untuk sementara, karena saat itu Hendra belum punya mobil? Mana dia paham jika ternyata Hendra cuma pegawai bagian keuangan, dengan tanggungan istri dan 2 orang anak? Dan harta terbesarnya cuma sebuah rumah yang baru lunas cicilan kreditnya?

Cinta yang menjebaknya untuk menerima Hendra yang ternyata bukan siapa-siapa. Dia yang membuat Hendra bercerai, menjual rumahnya untuk harta gono-gini kurang adil, lalu membeli rumah baru dan kredit mobil baru. Dia juga yang membuat Hendra melepas tanggung jawab atas Aurora dan Axio, karena khawatir uang belanja berkurang.

Kini, pria itu tak mau kembali, bahkan memilih ngekost atau tidur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bisikan Tengah Malam   73: Melawan Iblis

    Samiran lalu menceritakan kisah yang nyaris sulit diterima akal siapapun yang bakal mendengarnya. Tentang dirinya yang terus dipaksa menyerahkan tumbal wanita hamil setiap masa 20 tahun sekali ke rumah bekas majikan Bapaknya. Jika tidak, maka sosok menyeramkan itu akan ganas menghantui. Bahkan kini rumahnya selalu dipenuhi dengan bercak telapak kaki berlumuran darah."Ini bukan khayalan. Saya yang selalu mengepel bercak berdarah itu. Itu pertanda dia hanya ingin saya segera menyerahkan korban jiwa!""Buat apa korban wanita hamil?" Ustad Hanif nampak bingung,"Ini agak kurang masuk di akal saya.""Iblis," kata Samiran tercekat. "Butuh janin yang bisa ditumpangi anak keturunannya. Biar terus bisa berkuasa di dunia. Dia sangat berkuasa sekali, bahkan terhadap para roh yang sudah mati. Mereka berkumpul menjadi budaknya. Mungkin jika saya mati, saya juga akan seperti itu. Berkumpul tak berdaya di bawah kekuasaannya.""Allah yang paling berkuasa di dunia dan akhirat kelak. Semesta ini milik-

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Bisikan Tengah Malam   74: Dilaporkan ke Polisi

    Maria mencoba menahan kemarahannya, saat melihat kedua mahluk itu duduk berdampingan di dalam mobil. Pikirannya sudah kemana-mana, apalagi dia paham betul tingkah anaknya yang tak bisa disodori wanita. "Keluar!" Bentak Maria."Iya, Mam. Sebentar," suara Darren terlihat resah, dia membuka pintu mobil dan bergerak menjauh. "Saya mau bicara, Bu." Lolita menyunggingkan senyumnya."Justru saya yang mau bicara!" Sahut Maria ketus, membuat Lolita sedikit takut.Pono yang berada di depan stir langsung buru-buru keluar mobil, saat Maria masuk dari pintu yang tadi dibuka Darren."Saya sudah berusaha menelepon Ibu tadi...""Anda sudah membawa anak saya, Mbak. Tanpa seizin saya. Tubuhnya memang tinggi besar, tapi dia masih anak remaja belasan tahun. Saya tidak tahu apa yang anda lalukan berdua. Apa seperti saat Dena gatal menggodanya?"Lolita tercekat, dia merasa sangat salah tingkah. Tatapan mata Maria seakan menusuk tajam sampai membuatnya begitu gugup. "Urusan kita, adalah menyingkirkan Don

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Bisikan Tengah Malam   75: Ditahan di Polda

    Lolita, tak berhenti menangis. Di ruangan reserse dan kriminal Polda, dia minta didampingi pengacara. Seorang pria datang akhirnya, pengacara kiriman Abdul, Bapaknya. Pria itu marah dan enggan datang, sama seperti Hendra. Tapi Abdul masih peduli, dia mencarikan pengacara untuk anaknya itu. "Tenangkan dirimu dulu, biar proses pemeriksaan berjalan lancar. Cobalah untuk bersikap kooperatif," kata Petrus, pengacaranya. Lolita tidak menjawab, dia masih terlihat putus asa. Polisi memanggilnya bukan sebagai saksi, tetapi malah meningkat jadi tersangka. Sebab Anya dan Dona telah mengungkapkan sejumlah bukti penyebaran konten video mesum mereka yang mengarah kepada Lolita. Membuat perempuan itu harus berurusan dengan Pasal 27 ayat (1) UU ITE, dengan ancaman pidana Pasal 45 ayat (1) UU 19/2016, berupa penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.Belum tuntas rasa takutnya, Petrus mengatakan, Lolita bakal kena pasal berlapis karena dicurigai sementara telah melakukan u

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Bisikan Tengah Malam   76: Hoom Pim Pah

    Maria terpaku menonton berita televisi tersebut. Sedikitpun dia tak bergerak dari kursi empuk yang didudukinya, bahkan kopi hangat di sampingnya dibiarkan diam di atas meja. Berita itu, bukan sekedar gosip. Video mesum yang beredar di sosial media, yang menyeret nama 2 model majalah dewasa dan seorang dukun, ternyata Lolita adalah pelakunya. Lolita ditahan Polda, karena menjadi tersangka kasus pembunuhan dan penyeberan video porno. "Motifnya, karena tersangka berinisial L ini... dendam pada korban yang berinisial KA, yang telah memaksanya untuk terus berhubungan intim dengan iming-iming biar bisa kembali kepada suaminya yang konon katanya berselingkuh. Tapi ternyata tersangka cuma dimanfaatkan saja untuk melayani kebutuhan biologis korban. Tersangka juga dendam kepada rekannya, inisial A dan D, yang telah menjebaknya untuk mengenal korban. Kehidupan korban sebagai dukun palsu ini semasa hidupnya, juga membongkar fakta yang lebih mengejutkan, karena menurut data dari rumah sakit temp

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Bisikan Tengah Malam   77: Bocah Misterius

    Tiba-tiba, bocah-bocah yang berputar hebat itu berhenti. Tubuh-tubuh mereka bahkan memudar seperti asap, sirna bersama udara malam yang dipenuhi angin. Dena dan Hendra berlarian untuk memeluk anak-anak mereka yang masih terus menangis. Prana menoleh kepada tetangga Dena, yang berdiri di depan rumah mereka. Seorang anak lelaki tampak menurunkan ponselnya, lalu dia berlarian masuk bersama ibunya yang tampak seusianya neneknya. Pandangan Prana lalu beralih pada bagian luar halaman rumah Dena. Sosok pria tua kurus berbaju hitam itu, masih dikenalinya, karena pernah diusirnya saat berada di bagian jok belakang mobilnya. Dengan cepat Prana berlari mendekatinya. "Jangan pernah ikut campur apa yang bukan menjadi urusanmu!" Bentak pria tua itu dengan keras, matanya melotot seram. Prana tersenyum,"Ini akan menjadi urusan saya. Karena istri pemilik rumah ini adalah Kakak sepupu dari Ibu mertua saya!" "Keturunan saya yang lebih berhak atas segala harta peninggalan, Kanjeng Ratu Gayatri telah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Bisikan Tengah Malam   78: Tanah Warisan

    Inoy melemparkan koper ke atas kasur, sementara Abdul sibuk menahan dengan memegangi pundak istrinya yang sedang marah. "Lepaskan, Bang! Urus saja anak Abang Si Lolita itu. Jangan pikirkan nasibku dan ketiga anakmu yang lain. Jual saja semua, biar kami pergi dari sini dan mati di tengah jalan!" teriak Inoy sambil menangis."Noy, kamu ngomong apa? Berpikirlah!""Kau yang tak berpikir, Bang! Satu-satunya warisan kau jual demi anak kurang ajar itu. Lalu tiga anakmu yang masih kecil-kecil ini dapat apa? Dapat kuburanmu saja?""Noy!"Kedua suami istri itu tak berhenti ribut beberapa hari ini, sejak Lolita ditahan polisi dan beritanya heboh kemana-mana. Apalagi sejak Abdul diam-diam menjual tanah warisannya demi menyelamatkan Lolita yang sedang terlibat kasus mengerikan. Hal itu jelas menyakitkan bagi Inoy yang juga memiliki 3 anak dengan standar kehidupan ala pegawai negeri golongan biasa, bukan pejabat daerah."Selama ini aku ikhlas kita hidup hemat, Bang. Aku tak menuntut apapun! Aku pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Bisikan Tengah Malam   79: Gambreng!

    Maria memegang kuat gelang giok di lengannya, sebelum dia dengan lesu melepasnya, dan menyodorkan gelang itu pada pedagang toko emas dan perhiasan di pasar. "Sertifikatnya ada?" Tanya Encik pemilik toko, sambil memeriksa gelang itu.Maria menggeleng,"Saya lupa di mana meletakkannya. Dulu saya beli sekitar 4,5 juta.""Saya berani beli mahal jika masih ada sertifikatnya. Kalau tidak... paling cuma satu juta rupiah!""Apa?! Ini giok asli... saya pesan khusus dari China.""Saya tahu, tapi saya juga butuh sertifikatnya untuk bakal di jual lagi. Tanpa itu, harga bakal sangat murah. Saya tak mau rugi. Paling nanti saya jual dengan harga satu juta lebih sedikit kepada pembeli saya. Bagaimana?"Maria tampak cemberut, tapi akhirnya dia menyerah. Dengan sedih dia meremas uang satu juta dari Si Encik, sebelum memasukkannya ke dompet. Menyesal sekali Maria, selama ini sibuk foya-foya menghabiskan harta warisan Bibi Marce. Kini, yang tersisa cuma gelang giok itu. Bahkan besok, mungkin demi makan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Bisikan Tengah Malam   80: Keturunan Selir

    Abdul menutup kedua wajahnya, usai memperhatikan begitu banyak wartawan dari balik kaca. Para awak media itu penuh di luar Kantor Kecamatan. Bukan untuk membuat KTP, tapi untuk mencarinya. "Urus dengan baik masalah keluarga anda, Pak Abdul. Jangan sampai orang media ramai berkunjung ke Kecamatan bukan untuk meliput kantor, tapi cuma mencari salah satu stafnya yang anaknya di penjara..." kata Camat Hendri, membuat Abdul mengangguk."Mohon maaf atas kekacauan ini Pak," ujar Abdul.Siapa bakal menduga, jika kasus Lolita akan semakin panjang? Bahkan tak berhenti menyedot perhatian media. Setelah membunuh dan menyebarkan video porno, kini wanita muda itu nekat nyaris berusaha bunuh diri di sel tahanan Polda dengan cara tak berhenti membenturkan kepalanya sampai berdarah-darah. Lolita kecewa karena Bapaknya tidak mau meneruskan bantuannya lewat Petrus. Pengacara itu mengatakan, dia akan segera mundur dari kasus Lolita akibat Abdul mengingkari janjinya tentang bayaran 5 miliar tersebut."D

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20

Bab terbaru

  • Bisikan Tengah Malam   141: Tangisan Maria

    Karel sesaat memandangi Kiki dan kedua staf Humas itu dengan tajam. Dia butuh waktu untuk menjelaskan. "Secara kebetulan," lanjutnya. "Satu hari sebelum menghilangnya Mbak Centini, ada petugas polisi di Kapolsek yang dipimpin Pak Sangiran, masih mengingat wajah wanita dalam video ini, yang mereka katakan sebagai 'keluarga Kapolsek yang terganggu jiwa dan ngamuk di Polsek'. Lalu dibawa Si Kapolsek pergi dengan mobil dinasnya dalam kondisi tangan terborgol dan mulut dilakban...""Oh, Tuhan!" Kiki dan kedua stafnya kompak berteriak sambil menutup mulut mereka. Karel menghela nafas dan langsung bangkit dari duduknya. "Saya akan melaporkan kasus ini ke Polda, dan saya berharap pihak Rajawali Air dapat turut membantu saya untuk itu. Kapolsek Sangiran saya perkirakan juga sudah berusaha membunuh Ibu Inoy, klien saya, karena beliau memiliki video-video ini sebagai barang bukti..."***Julianna tertegun di hadapan wanita tua itu. Sejak pagi dia datang ke rumah besar tersebut, malah Maria di

  • Bisikan Tengah Malam   140: Korbannya seorang Dokter

    "Pinter, sih iya." Prana terkenang ucapan Triman. "Ayu sih ndak ya... udah perawan tua juga... tapi kok ya bisa nyangkut ke pasiennya yang kurang waras?"Prana mengangguk bingung,"Agak ganjil juga."Triman tertawa serak,"Itu mungkin karena nafsu toh? Wong Mas Ostin memang ganteng tenan iku! Saya juga kalo dadi wong wedhok, yo mesti ikut naksir. Anaknya memang masih kelihatan bocah, tapi tinggi tubuhnya. Sifatnya juga ramah, memang bikin jatuh hati kaum wanita. Cuma memang saya sering dapati, dia itu suka memamerkan kelaminnya ke pasien wanita ..."Prana mengendarai mobilnya menuju Kawasan Hitam. Dia telah berjanji kepada Syahreza dan Zulfan, untuk tiba di sana sebelum jam makan siang. Sementara Ustadz Hanif tidak bisa datang segera karena harus menjaga Samiran di rumah sakit, dia berjanjian datang saat Ashar setelah berganti tugas jaga dengan Pak Salam, salah satu pengurus masjid.Sebentar lagi, ritual permainan Hoom Pim Pah akan digelar Sukemi. Julianna memastikan datang, meski belu

  • Bisikan Tengah Malam   139: Psikopat Ganteng

    Prana menghela nafas, dan lebih menghela nafas lagi saat bertemu Dokter Ginaryo Sp.KJ. Dokter itu dengan ramah mempersilahkannya untuk berbincang di ruang kerjanya. Mereka bercakap cukup panjang, hingga terbongkar banyak hal."Saya menangani pasien Austin itu, justru setelah sekitar 5 tahunan dia telah menghuni rumah sakit ini. Dokter pertama yang menanganinya adalah Dokter Emilia, yang meninggal waktu itu, jadi saya yang lanjut menangani Austin. Anak muda itu memang sulit dilupakan. Terutama karena fisiknya yang berbeda dari yang lain. Dia sangat tampan, bule. Bahkan sering jadi rebutan pasien-pasien wanita di RSJ ini. Jangankan dia, ada saja petugas wanita yang juga sempat naksir...""Seperti apa kondisi Austin waktu dokter tangani?""Saya menangani Austin sekitar tahun 2005, ya... saya melihat kondisinya saat itu masih tidak begitu baik. Sering kabur dari rumah sakit, dan ditemukan petugas selalu senang berjalan-jalan sendirian tengah malam, tanpa alas kaki. Pokoknya kalau ditemuka

  • Bisikan Tengah Malam   138: Rumah Sakit Jiwa

    Aku menikahi Gayatri, tapi perjalanan "rumah tanggaku" yang sebenarnya, justru bersama Marce Si Tetangga Sebelah. Hal inilah yang membuat Austin memohon permintaan kepada Shumb Si Raja Iblis. Dia ingin agar kami bertiga bersatu menjadi keluarga utuh. "Bapak berhak hidup bahagia tanpa harus terus berpura-pura dalam pernikahan hampa. Austin ingin Bapak dan Mami bersatu selamanya, dalam pernikahan yang sah. Mami sangat menyayangi Austin, Pak. Dan pernahkah Mami juga mengecewakan hidup Bapak? Pernahkah Mami membunuh wanita-wanita yang membuat Bapak lupa untuk mengunjungi Mami di rumah? Jika Gayatri adalah Mami Marce, mungkin saat itu, Ibu Austin... Lovina... tidak akan tersiksa sampai mati...."Kalimat panjang anak itu, seakan menyadarkan aku betapa pentingnya ketulusan cinta. Ketulusan itu ternyata tidak hanya tentang harus selalu bersama, tetapi hanya butuh saling mengerti. Marce pernah mengatakan, dia tak sanggup marah saat aku selalu menyelingkuhinya."Karena aku tahu, aku bukan siap

  • Bisikan Tengah Malam   137: Marce dan Moksa

    Austin tumbuh dengan fisik sempurna. Ya, semakin mirip aku. Jauh berbeda dari Kalungga dan Turangga, yang wujudnya mirip Gayatri. Itulah sebabnya, aku sangat menyayangi Austin. Dia bebas bermain di rumahku kapan saja, tanpa Gayatri berani mengusirnya. Aku berikan apa saja yang dia mau, yang dia suka. Semua!Dia anak yang baik, juga berprestasi di sekolah. Marce ternyata sangat pandai mengurus anak rupawan itu, sebab semua orang menyukai kepribadiannya. Austin juga pandai melukis dan memahat sepertiku, sebab itu, dia kuizinkan untuk memasuki Ruangan Rahasia di Bawah Tanah.Ini adalah tempat yang tidak sengaja ditemukan Romo, saat sedang membuat ruangan lantai dasar, serta membuat makam. Ruangan aneh itu begitu besar, dengan dua patung raksasa. Romo sering melakukan semedi di tempat itu, jika sedang merasa gundah. "Ini sebenarnya pernah jadi tempat pemujaan iblis, mungkin sekian abad silam" kata Romo, saat membawaku ke sana, waktu kami baru saja menguburkan Kadita."Siapa itu, Romo?" T

  • Bisikan Tengah Malam   136: Rumah Tangga Moksa

    Semula, aku mengira, berumahtangga itu sama seperti aku pernah melukis tubuh telanjang Kadita yang memesona. Asal kita suka melakukannya, meski itu sulit, pastinya bisa dapat diwujudkan juga. Tetapi nyatanya, pernikahan tidak seperti itu. Menikahi wanita bukan hanya untuk cuma bisa tersalurkan urusan kebutuhan biologis, punya anak, tidak cerai dan dianggap normal oleh masyarakat. Bukan itu!Aku menikahi Gayatri, yang tak pernah aku cintai. Aku bahkan tidak menerima segala kekurangannya. Bahkan aku tidak mengizinkan dia membuka topengnya, saat kami bersetubuh. Aku tak ingin gairahku memudar melihat wajahnya yang tak membangkitkan selera itu. Aku selalu membayangkan, jika dibalik topeng itu ada wanita berparas ayu rupawan, dan bukan pastinya itu bukan Gayatri!Dan ternyata, wanita itu juga tidak subur. Meski setiap malam kugagahi, dia tak kunjung bunting. Tapi sulit menuduhnya mandul, sebab dia pernah kawin dan punya anak sebelumnya. Aku juga, tidak ingin dituduh tidak subur! Inilah ya

  • Bisikan Tengah Malam   135: Tulisan Moksa

    Semua orang tahu, jika Mintje Molina hanyalah anak Jans Pietter dari seorang gundiknya, yang bernama Nyai Midah. Sebab itu, meski aku mendapat gelar bangsawan dari Bapak, beliau tidak merasa ada alasan bagiku untuk tidak mau jadi Belanda."Manson Jans Pietter, kamu itu Belanda. Darah Eropa menetes di tubuhmu. Persetan soal priyayi, itu juga pribumi. Derajat mereka itu, di bawah kita..." kata Mami suatu kali, saat aku menolak untuk dipanggil Manson Jans Pietter."Jika Mami merasa tidak sederajat, mengapa menikahi Romo?"Saat itu, aku hanya melihat Mientje Molina hanya membuang muka. Di kemudian hari aku tahu, ternyata memang tak ada satupun orang Belanda, ras Eropa lainnya, atau siapalah yang dianggap Mami derajatnya jauh lebih tinggi, bersedia menikahi seorang anak Nyai yang pernah sempat melacurkan diri demi sesuap nasi, setelah Bapak Belandanya mati. Romo mengangkat derajat wanita itu, tapi dia tidak pernah berterima kasih.Bahkan Mami mencoba meninggalkannya demi pria Cina kaya. Ya

  • Bisikan Tengah Malam   134: Cerita Samiran

    Prana menepuk halus pundak Samiran, dia khawatir pria itu akan tambah sakit jika bicara. Tapi Samiran tidak mau berhenti."Muntarso ingin mengusai harta rumah itu dengan menikahi Gayatri, sebab itu dia membunuh Pak Moksa dengan meracunnya. Bu Gayatri tidak tahu. Wanita itu juga tidak tahu, jika kecelakaan mobil yang dialami Kalungga dan Turangga juga karena sabotase Muntarso. Tapi mobil yang pernah dibawa Muntarso untuk meneror kedua orang itu sebelumnya, juga kelak malah kemudian terbalik dan terbakar...""Dia pernah membakar orang, bukan?"Samiran memandang sedih ke arah Prana,"Saya juga. Mungkinkah akan terjadi hal yang sama?"Prana menggeleng, lalu kembali menepuk halus pundak pria itu."Bapak orang yang sudah berusaha menjadi baik...""Saya tidak tahu apakah Tuhan akan memaafkan saya. Sebab saya terlalu bodoh dan patuh kepada sesama manusia. Sebelum mati, Bu Gayatri berpesan agar saya menjaga dan jiwanya dari gangguan jiwa lain yang juga terjebak di rumah itu. Sebab itu setiap 20

  • Bisikan Tengah Malam   133: Bunuh Diri

    Samiran masih tampak lemah, tapi dia tahu, kehadiran kedua pria di depannya memang telah ditunggunya. Prana, yang membawa Syahreza temannya, diyakini Samiran dapat segera menuntaskan segala masalah."Kami ingin bertanya tentang Austin, Pak. Sebentar saja," kata Prana.Perlahan, Samiran mulai memejamkan matanya. Dia bersyukur, kini nafasnya tidak lagi sesak sehingga bisa bicara."Ada yang sedikit rancu tentang Austin anak Lovina. Dia sebenarnya sudah ada sebelum saya dibawa Muntarso ke sana.""Austin sudah lahir?""Sudah besar malah. Saat saya masuk ke sana, Austin jelas lebih tua dari saya.""Kalau Lovina?""Usia Lovina saat hamil, juga jauh berbeda dengan Kalungga dan Turangga, 13 tahun. Kalau dua anak itu, sekitar usia 3 dan 1 tahun waktu Lovina mati. Dia itu diasuh Bu Gayatri dari bayi, sebagai anak pancingan biar cepat hamil. Saya tahu cerita itu juga dari Muntarso. Kasus kematian Lovina terjadi, itu jauh dari kasus Tumini mati. Sebelum itu, Lovina adalah korban Moksa pertama seb

DMCA.com Protection Status