Maria mencoba menahan kemarahannya, saat melihat kedua mahluk itu duduk berdampingan di dalam mobil. Pikirannya sudah kemana-mana, apalagi dia paham betul tingkah anaknya yang tak bisa disodori wanita. "Keluar!" Bentak Maria."Iya, Mam. Sebentar," suara Darren terlihat resah, dia membuka pintu mobil dan bergerak menjauh. "Saya mau bicara, Bu." Lolita menyunggingkan senyumnya."Justru saya yang mau bicara!" Sahut Maria ketus, membuat Lolita sedikit takut.Pono yang berada di depan stir langsung buru-buru keluar mobil, saat Maria masuk dari pintu yang tadi dibuka Darren."Saya sudah berusaha menelepon Ibu tadi...""Anda sudah membawa anak saya, Mbak. Tanpa seizin saya. Tubuhnya memang tinggi besar, tapi dia masih anak remaja belasan tahun. Saya tidak tahu apa yang anda lalukan berdua. Apa seperti saat Dena gatal menggodanya?"Lolita tercekat, dia merasa sangat salah tingkah. Tatapan mata Maria seakan menusuk tajam sampai membuatnya begitu gugup. "Urusan kita, adalah menyingkirkan Don
Lolita, tak berhenti menangis. Di ruangan reserse dan kriminal Polda, dia minta didampingi pengacara. Seorang pria datang akhirnya, pengacara kiriman Abdul, Bapaknya. Pria itu marah dan enggan datang, sama seperti Hendra. Tapi Abdul masih peduli, dia mencarikan pengacara untuk anaknya itu. "Tenangkan dirimu dulu, biar proses pemeriksaan berjalan lancar. Cobalah untuk bersikap kooperatif," kata Petrus, pengacaranya. Lolita tidak menjawab, dia masih terlihat putus asa. Polisi memanggilnya bukan sebagai saksi, tetapi malah meningkat jadi tersangka. Sebab Anya dan Dona telah mengungkapkan sejumlah bukti penyebaran konten video mesum mereka yang mengarah kepada Lolita. Membuat perempuan itu harus berurusan dengan Pasal 27 ayat (1) UU ITE, dengan ancaman pidana Pasal 45 ayat (1) UU 19/2016, berupa penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.Belum tuntas rasa takutnya, Petrus mengatakan, Lolita bakal kena pasal berlapis karena dicurigai sementara telah melakukan u
Maria terpaku menonton berita televisi tersebut. Sedikitpun dia tak bergerak dari kursi empuk yang didudukinya, bahkan kopi hangat di sampingnya dibiarkan diam di atas meja. Berita itu, bukan sekedar gosip. Video mesum yang beredar di sosial media, yang menyeret nama 2 model majalah dewasa dan seorang dukun, ternyata Lolita adalah pelakunya. Lolita ditahan Polda, karena menjadi tersangka kasus pembunuhan dan penyeberan video porno. "Motifnya, karena tersangka berinisial L ini... dendam pada korban yang berinisial KA, yang telah memaksanya untuk terus berhubungan intim dengan iming-iming biar bisa kembali kepada suaminya yang konon katanya berselingkuh. Tapi ternyata tersangka cuma dimanfaatkan saja untuk melayani kebutuhan biologis korban. Tersangka juga dendam kepada rekannya, inisial A dan D, yang telah menjebaknya untuk mengenal korban. Kehidupan korban sebagai dukun palsu ini semasa hidupnya, juga membongkar fakta yang lebih mengejutkan, karena menurut data dari rumah sakit temp
Tiba-tiba, bocah-bocah yang berputar hebat itu berhenti. Tubuh-tubuh mereka bahkan memudar seperti asap, sirna bersama udara malam yang dipenuhi angin. Dena dan Hendra berlarian untuk memeluk anak-anak mereka yang masih terus menangis. Prana menoleh kepada tetangga Dena, yang berdiri di depan rumah mereka. Seorang anak lelaki tampak menurunkan ponselnya, lalu dia berlarian masuk bersama ibunya yang tampak seusianya neneknya. Pandangan Prana lalu beralih pada bagian luar halaman rumah Dena. Sosok pria tua kurus berbaju hitam itu, masih dikenalinya, karena pernah diusirnya saat berada di bagian jok belakang mobilnya. Dengan cepat Prana berlari mendekatinya. "Jangan pernah ikut campur apa yang bukan menjadi urusanmu!" Bentak pria tua itu dengan keras, matanya melotot seram. Prana tersenyum,"Ini akan menjadi urusan saya. Karena istri pemilik rumah ini adalah Kakak sepupu dari Ibu mertua saya!" "Keturunan saya yang lebih berhak atas segala harta peninggalan, Kanjeng Ratu Gayatri telah
Inoy melemparkan koper ke atas kasur, sementara Abdul sibuk menahan dengan memegangi pundak istrinya yang sedang marah. "Lepaskan, Bang! Urus saja anak Abang Si Lolita itu. Jangan pikirkan nasibku dan ketiga anakmu yang lain. Jual saja semua, biar kami pergi dari sini dan mati di tengah jalan!" teriak Inoy sambil menangis."Noy, kamu ngomong apa? Berpikirlah!""Kau yang tak berpikir, Bang! Satu-satunya warisan kau jual demi anak kurang ajar itu. Lalu tiga anakmu yang masih kecil-kecil ini dapat apa? Dapat kuburanmu saja?""Noy!"Kedua suami istri itu tak berhenti ribut beberapa hari ini, sejak Lolita ditahan polisi dan beritanya heboh kemana-mana. Apalagi sejak Abdul diam-diam menjual tanah warisannya demi menyelamatkan Lolita yang sedang terlibat kasus mengerikan. Hal itu jelas menyakitkan bagi Inoy yang juga memiliki 3 anak dengan standar kehidupan ala pegawai negeri golongan biasa, bukan pejabat daerah."Selama ini aku ikhlas kita hidup hemat, Bang. Aku tak menuntut apapun! Aku pa
Maria memegang kuat gelang giok di lengannya, sebelum dia dengan lesu melepasnya, dan menyodorkan gelang itu pada pedagang toko emas dan perhiasan di pasar. "Sertifikatnya ada?" Tanya Encik pemilik toko, sambil memeriksa gelang itu.Maria menggeleng,"Saya lupa di mana meletakkannya. Dulu saya beli sekitar 4,5 juta.""Saya berani beli mahal jika masih ada sertifikatnya. Kalau tidak... paling cuma satu juta rupiah!""Apa?! Ini giok asli... saya pesan khusus dari China.""Saya tahu, tapi saya juga butuh sertifikatnya untuk bakal di jual lagi. Tanpa itu, harga bakal sangat murah. Saya tak mau rugi. Paling nanti saya jual dengan harga satu juta lebih sedikit kepada pembeli saya. Bagaimana?"Maria tampak cemberut, tapi akhirnya dia menyerah. Dengan sedih dia meremas uang satu juta dari Si Encik, sebelum memasukkannya ke dompet. Menyesal sekali Maria, selama ini sibuk foya-foya menghabiskan harta warisan Bibi Marce. Kini, yang tersisa cuma gelang giok itu. Bahkan besok, mungkin demi makan
Abdul menutup kedua wajahnya, usai memperhatikan begitu banyak wartawan dari balik kaca. Para awak media itu penuh di luar Kantor Kecamatan. Bukan untuk membuat KTP, tapi untuk mencarinya. "Urus dengan baik masalah keluarga anda, Pak Abdul. Jangan sampai orang media ramai berkunjung ke Kecamatan bukan untuk meliput kantor, tapi cuma mencari salah satu stafnya yang anaknya di penjara..." kata Camat Hendri, membuat Abdul mengangguk."Mohon maaf atas kekacauan ini Pak," ujar Abdul.Siapa bakal menduga, jika kasus Lolita akan semakin panjang? Bahkan tak berhenti menyedot perhatian media. Setelah membunuh dan menyebarkan video porno, kini wanita muda itu nekat nyaris berusaha bunuh diri di sel tahanan Polda dengan cara tak berhenti membenturkan kepalanya sampai berdarah-darah. Lolita kecewa karena Bapaknya tidak mau meneruskan bantuannya lewat Petrus. Pengacara itu mengatakan, dia akan segera mundur dari kasus Lolita akibat Abdul mengingkari janjinya tentang bayaran 5 miliar tersebut."D
Kasitah tersenyum, lalu memeluk anaknya dengan erat. Dia teringat bagaimana ibunya Karinah tega menitipkannya kepada sepupunya, karena kabur dengan pria asal Mesir. Kasitah tak pernah lagi melihat ibunya, dan juga tak ingin mencarinya. Dia benci awalnya dengan 'tradisi' keluarganya. Namun kemudian, dia tak sanggup menahan gejolak cintanya pada pria lain. Usai bercerai dengan suaminya, Kasitah pergi ke Kalimantan dengan kekasih baru dan seperti hilang ditelan bumi.Atikah juga awalnya enggan meniru Sang Mama. Dia tulus mencintai Lolita. Saat bekerja jadi TKW Hongkong, dia selalu mengirimkan uang pada anaknya itu. Jika saja dia tidak stres ditipu pria Bangladesh, mungkin dia akan rutin terus dengan tanggung jawabnya. Tetapi setelah hidupnya kembali makmur dengan Andrew Baker, Atikah malah benar-benar melupakan anaknya. Andrew seperti memberinya identitas baru, yang membuatnya lupa dengan kisah lama.Tetapi pria Inggris itu kini telah mati akibat sakit jantung dan mayatnya dikirim ke neg
Astari, melihat mobil Syahreza yang ke luar dari pintu gerbang rumahnya. Dia lalu kembali duduk, dan Nunung meneruskan tugas untuk menyisir rambut majikannya. "Mas Prana itu..." Suara Astari tercekat. "Sebenarnya yang duluan naksir Dena, Nung. Waktu zaman kuliah. Cuma duluan diserobot Hendra. Kau tahu, Nung? Mas Prana itu selalu memuji Dena. Dia bilang wanita itu cantik sekali, seperti bunga kaca piring yang disinari cahaya matahari. Katanya kelak ingin punya anak perempuan secantik itu. Kau tahu rasanya mendengar itu, Nung? Mas Prana bahkan tak pernah memujiku sama sekali..."Nunung tak menjawab, dia terus menyisir rambut majikannya sambil menatap wajah Astari di cermin."Ketika dia berusaha menolong wanita itu, aku mencoba berdamai dengan hatiku. Sebab makin kularang, dia ternyata makin berusaha untuk selalu berada di samping wanita itu. Mengirimmu bersama Yusuf, sebenarnya hanya upaya menjaga keyakinanku jika mereka tidak berselingkuh..."Nunung terlihat menunduk, sambil melepas h
Bagaimana mungkin ada ponsel yang bisa aman disembunyikan dalam sebuah gaun? Namun Sesco mengatakan, dia memang sempat mendesain korset pada gaun yang bisa menempel dengan ketat."Jangankan ponsel, pistol juga bisa nyelip itu. Eike terinspirasi dengan Mbah-Mbah zaman dulu yang suka menyelipkan barang berharga di bagian kutang atau stagennya..." kata Sesco, sambil memamerkan gaun hijau brokat besar, dengan korset hitam yang hampir menyentuh bagian dada."Gaun ini jadi bau dan lembab, seperti pernah disiram air. Ada banyak helaian rambut pirang!"Syahreza terdiam memandang ponsel Iphone 6 Plus itu. Sudah ketinggalan zaman untuk era Iphone jenis terbaru. Tapi dia ingat, itu jelas ponsel milik Julianna. Dia tak melupakan casing warna pink. Julianna beberapa kali mengeluarkan barang itu dari tas coklatnya. Lalu, di mana tasnya?"Kita cas dulu itu ponsel, jika benar itu milik Julianna. Oh, eike sedikit terkejut dengan penemuan ini. Tetapi Pak Syahreza, bisakah kita merahasiakan ini? Soalnya
Syahreza membuka lemari yang penuh gaun tua, dia sempat menahan diri untuk menggesernya, karena beberapa waktu lalu sempat berusaha menutupi lempeng besi yang menuju ruangan bawah tanah. Namun dia berpikir, kapan lagi bisa ke tempat itu? Sebab Prana sudah tidak lagi berkenan untuk membongkar misteri masa lampau itu. Tapi dia sudah sedikit membongkar beragam arsip dan catatan lampau yang masih terhimpun rapat di perpustakaan nasional. Terutama tentang misteri dari data-data "yang konon kabarnya", mitos sekian abad yang sulit diterima nalar, sehingga tak ada satupun ahli yang berminat untuk mengungkapnya, namun catatan tentang legenda tersebut kadang tercantum pada batu-batu, serat kayu dan kulit hewan peninggalan abad silam."Kita akan ke bawah lagi."Zulfan tak menjawab, hanya bantu menggeser lemari dan membuka lempeng besi. Dia sudah semakin paham soal misteri lain dari rumah ini, setiap bertemu Syahreza, mereka kadang mengulas tentang kasus pembunuhan, juga soal ruangan misterius y
Masuk!Itulah keputusan Syahreza dan Zulfan saat mulai menuruni tangga. Sepi pastinya, juga menyeramkan. Mereka mulai mengarahkan senter melewati lorong panjang, sebelum menemukan tangga yang menuju pintu di bawah ranjang tempat dulu kamar Dena berada. Pintu-pintu jendela rumah itu terbuka, membuat cahaya matahari bebas masuk. Syahreza mengelilingi setiap kamar, sebelum memasuki ruang perpustakaan. Sementara Zulfan berdiri mematung menatap 2 lukisan: Dewa dan Dewi."Apa itu, Pak?" Tanyanya bingung.Satu lukisan dewa itu bertangan empat, bermata tiga, lehernya berkalung ular kobra. Ini seperti wujud lukisan Dewa Siwa, Sang Dewa Pelebur, versi keyakinan orang India. Siwa, merupakan satu dari tiga dewa utama dari satu kesatuan Trimurti dalam keyakinan agama Hindu, selain Brahma dan Wisnu. Sementara penganut Hindu Bali, memuja Dewa Siwa atau Btara Guru di Pura Dalem, sebagai dewa yang diyakini mampumengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsur asalnya, yakni Panca Mahabhuta,
Zeta mengirimkan email padanya, usai satu minggu dia kembali ke Paris, tanpa Leonard. Karena pria itu ditahan polisi, dengan tuduhan kasus percobaan upaya penipuan dan pemerasaan kepada Sesco. Kasus ini terungkap dari pengakuan Doza Fahmi, sekutu Alya Dildo. Saat mengantar Zeta di bandara, Sesco yang begitu patah hati, meminta Zeta untuk menyelidiki sesuatu. Lalu hal tersebut, diungkapkan Zeta pada Syahreza: Wanita itu datang ke Rumah Mode Sesco Paris yang belum launching. Dia mengaku bernama Lane, teman Leonard. Aku melihat dia begitu gugup, saat kuberitahu tentang kasus penangkapan Leonard di Indonesia. Dia pamit terburu-buru, namun aku bisa mengikutinya. Dia menuju Hotel Prince de Galles, tempatnya menginap, sebelum tergesa-gesa membawa tasnya seperti hendak pergi. Seorang pria tampan, berwajah khas Amerika Latin tampak menjemputnya di lobby, mereka berciuman bibir. Kemudian mereka naik taksi menuju suatu tempat. Aku terus mengikuti mereka dengan taksi juga, sampai mereka berhen
Tapi niat baik itu, justru ditanggapi Leonard dengan sangat emosional. Pria yang sedang mempersiapkan kepulangannya ke Paris bersama Zeta itu, malah mengamuk tidak karuan. Pribadinya yang selama ini terkesan lembut dan sopan, malah mendadak berubah mengerikan."Salope!" Leonard meneriaki Sesco dengan kasar, hingga tega menyebutnya: JALANG. Belum puas, segala barang dia lempar ke arah Sesco yang cuma bisa pasrah itu."Aku masih di sini, mencoba untuk berdamai dengan Si Pemerasmu. Tapi kau malah mengembalikan gaun-gaun itu! Apa... apa kau tidak berpikir soal Paris Fashion Week? Soal masa depan Rumah Mode Sesco Paris? Aku masih di sini, Sesco. Tapi kau malah mengambil keputusan sepihak!""No... Leonard, baby... yey tidak mengerti. Ini situasi darurat. Kita harus...""Harus apa?! Kita sudah menyusun rencana yang luar biasa, lalu kau seenaknya menghentikannya di tengah jalan?""No! Bukan begitu. Yey tidak mengerti. Lupakan soal gaun itu. Eike masih bisa ngetop dengan karya eike sendiri. S
Prana sudah bisa membuka mata, namun dia tampak lemah dan enggan bicara. Terbaring lemah di ranjang bersprei putih, membuatnya malah seperti pasien yang sedang menunggu mati. Astari ada di sampingnya, tapi seakan tidak membuatnya bersemangat untuk sekedar tersenyum. "Semuanya sudah diketemukan menjadi mayat, kecuali Austin. Jadi sejauh ini, tersangkanya mengarah pada dia. Apalagi polisi mendapat laporan dari Pak RT wilayah rumah Pak Samiran, katanya lagi heboh ada hantu pria bule di rumah almarhum. Diperkirakan itu Austin. Cuma ketika diperiksa, rumah itu kosong... " kata Syahreza, sambil memandangi Prana.Perlahan, Prana menoleh. Dia mencoba menghela nafasnya, namun yang terdengar seperti sesuatu yang berat tercekik. "Mengerikan, semuanya mati. Jadi..apakah Austin bekerja sama dengan Garneta dan Yusuf?" Tanya Astari.Syahreza mengangkat bahu,"Kita belum tahu ujung tragedi ini. Yusuf mengatakan dia bekerja sama dengan Garneta untuk membunuh, tapi nyatanya Garneta juga mati. Jadi si
Doza Fahmi sepakat bertemu dengan bule itu, di Hotel Forma de Myorne. Tempat itu dipilih Doza, karena merupakan hotel baru yang berbintang lima. Sekalian ingin jajal pelayanan, juga sekaligus mengetes kemampuan finansial seseorang yang nekat ingin menemuinya."Anda sangat berani, tapi jangan coba-coba bawa polisi. Saat saya menuju penjara, maka seluruh dunia langsung bisa mengakses aib Sesco dengan sekali klik! Ingat, saya tak mungkin bekerja sendiri untuk bisnis 10 miliar..." ancam Doza, sebelum pria itu datang.Dan Leonard memang berani datang sendirian. Dadanya yang bidang tampak terlihat jelas dari kemeja ketat berwarna biru, membuat Doza mulai berpikiran lain. Mendadak gairahnya membanjir, dari memikirkan besaran nominal uang, sampai mengkhayalkan hal kotor bersama pria tampan tersebut."Mengapa anda sampai terpikir untuk memeras seorang Sesco?" Tanya Leonard, sambil duduk di kursi dengan tenang."Jangan anda, panggil saja Ocha," sahut Doza Fahmi genit.Leonard tersenyum,"Baik, O
Syahreza lalu perlahan mengangguk, dan itulah yang membuat mereka melangkah menjauh mencari rimbunan pohon untuk berteduh, sambil duduk di atas tanah yang sudah mengering. Hujan sempat deras, tapi Kawasan Hitam ini malah mirip padang gurun tandus. Jejak hujan seperti tak bersisa. Lalu, bagaimana dengan jejak kejahatan?Zeta menghapus sudut matanya dengan tisu, seakan tak kuasa untuk melanjutkan cerita Syahreza yang detil sejak awal. Inilah yang paling ditakutkannya: kehilangan. Melihat begitu mayat yang terus ditemukan, Zeta mulai bersiap mental jika kelak akan betul-betul melihat mayat adiknya. Jiwanya seakan hancur. Serasa tak ada tempat untuk berlindung. Suaminya tidak mengomentari pesannya tentang Julianna, dia sedang berlibur dengan selingkuhannya di benua tropis, meninggalkan musim salju yang beku atas catatan cinta mereka yang makin kelabu. Kedua anaknya juga cuma mengucapkan kalimat basa-basi. Sedikitpun tidak terdengar nada yang bersifat kesedihan dan kekhawatiran. "Jadi ya