Abdul menutup kedua wajahnya, usai memperhatikan begitu banyak wartawan dari balik kaca. Para awak media itu penuh di luar Kantor Kecamatan. Bukan untuk membuat KTP, tapi untuk mencarinya. "Urus dengan baik masalah keluarga anda, Pak Abdul. Jangan sampai orang media ramai berkunjung ke Kecamatan bukan untuk meliput kantor, tapi cuma mencari salah satu stafnya yang anaknya di penjara..." kata Camat Hendri, membuat Abdul mengangguk."Mohon maaf atas kekacauan ini Pak," ujar Abdul.Siapa bakal menduga, jika kasus Lolita akan semakin panjang? Bahkan tak berhenti menyedot perhatian media. Setelah membunuh dan menyebarkan video porno, kini wanita muda itu nekat nyaris berusaha bunuh diri di sel tahanan Polda dengan cara tak berhenti membenturkan kepalanya sampai berdarah-darah. Lolita kecewa karena Bapaknya tidak mau meneruskan bantuannya lewat Petrus. Pengacara itu mengatakan, dia akan segera mundur dari kasus Lolita akibat Abdul mengingkari janjinya tentang bayaran 5 miliar tersebut."D
Kasitah tersenyum, lalu memeluk anaknya dengan erat. Dia teringat bagaimana ibunya Karinah tega menitipkannya kepada sepupunya, karena kabur dengan pria asal Mesir. Kasitah tak pernah lagi melihat ibunya, dan juga tak ingin mencarinya. Dia benci awalnya dengan 'tradisi' keluarganya. Namun kemudian, dia tak sanggup menahan gejolak cintanya pada pria lain. Usai bercerai dengan suaminya, Kasitah pergi ke Kalimantan dengan kekasih baru dan seperti hilang ditelan bumi.Atikah juga awalnya enggan meniru Sang Mama. Dia tulus mencintai Lolita. Saat bekerja jadi TKW Hongkong, dia selalu mengirimkan uang pada anaknya itu. Jika saja dia tidak stres ditipu pria Bangladesh, mungkin dia akan rutin terus dengan tanggung jawabnya. Tetapi setelah hidupnya kembali makmur dengan Andrew Baker, Atikah malah benar-benar melupakan anaknya. Andrew seperti memberinya identitas baru, yang membuatnya lupa dengan kisah lama.Tetapi pria Inggris itu kini telah mati akibat sakit jantung dan mayatnya dikirim ke neg
Aurora menjerit, saat anak lelaki itu mencengkeramkan kuku di pahanya, setelah dengan ganas mengejar dan menangkapnya di halaman."Ibuuuuuu...." gadis kecil itu menjerit dan meronta.Tetapi tak ada yang mendengar. Ibunya sedang ke pasar bersama adiknya. Aurora sangat menyesal karena tadi tidak bersedia ikut serta, sebab lebih suka di rumah sambil bermain dengan seekor kucing kecil yang dibawanya dari sekolah Sabtu kemarin. Kucing kurus yang dibuang seseorang ke depan sekolahan. Mana dia tahu, jika Darren masih terus ingin mengincarnya? Dan Minggu siang itu adalah nasib apesnya."Tak ada yang mendengarmu!" Bentak Darren, sambil mendekap mulut gadis itu dan menyeretnya ke semak-semak. Kekhawatiran akan tertular virus HIV dari Lolita telah mengguncang pikiran Darren. Maka saat melihat Aurora sendiri, gairahnya langsung memuncak. Dia merasa ingin mendadak melupakan kerisauannya dengan sedikit bermain-main bersama gadis kecil rupawan itu.Aurora berusaha terus meronta, air matanya mengali
Kepada Ustadz Hanif, memang telah bercerita segalanya. Cerita itu terpaksa diulang saat bertemu Prana hari itu. Meski berat, semua harus diungkap."Bapak saya punya keinginan menikahi majikannya, Bu Gayatri. Tak ada hal lain yang dia inginkan selain harta. Saya masih terlalu kecil saat itu, apapun yang diperintahkan Bapak, saya terpaksa patuh. Termasuk untuk membunuh dan membakar..." suara Samiran tercekat di tenggorokan.Seminggu ini dia sudah berjuang untuk istiqomah lewat jalur tobat nasuha atas bimbingan Ustadz Hanif. Meski Samiran masih terganggu jiwanya atas rasa bersalah, namun dia mengaku mulai sedikit tenang berada di jalan Allah. Samiran juga berusaha tegar melawan rasa ketakutan yang teramat sangat, akibat sesuatu yang menyeramkan di dalam rumahnya."Siapa yang bapak bunuh? Anak-anak kecil murid menari Ibu Gayatri?"Samiran menatap ke arah Prana dengan gemetar,"Bagaimana anda tahu?""Saya berkomunikasi dengan mereka maghrib kemarin. Mereka hampir mencelakakan anak-anak Hend
Baru kali itu juga Atikah melihat wujud wanita itu, tak cantik sedikitpun menurutnya. Persis seperti foto pada ponsel yang ditunjukkan Petrus, bekas pengacara Lolita saat itu kebetulan juga mengunjungi Lolita di rumah sakit."Saya ke sini atas dasar kemanusiaan, Bu Atikah. Kasihan dengan Ibu Lolita saja. Cuma mau membelanya lagi, hak saya sudah dicabut Pak Abdul. Tapi Bu Atikah harus tahu wajah Ibu Tirinya Ibu Lolita yang merampas uang 3 miliar lagi itu. Waduh, jelek betul. Jauh cantik Ibu Atikah. Pasti kena guna-guna itu Pak Abdul!"Dan Petrus benar rupanya. Kini dihadapan Atikah cuma ada seorang ibu-ibu gemuk berdaster kumal yang sibuk menggendong bayi, sambil menyuapi anak-anaknya yang lain. "Sudah mirip pembantu saja. Rendah betul selera Si Abdul ini..." gumam Atikah sambil menyibakkan rambutnya dengan kesal. Emosinya tak terkendali sejak usai bertemu Lolita yang terkapar di ranjang pasien Rumah Sakit Polri kemarin. Dia menangis saat melihat kondisi anaknya yang tragis. Sudahlah
Hendra meletakkan surat pemanggilannya selaku saksi dari Polda. Dia tak menyangka urusan pernikahannya jadi sekacau ini. Dari Adrian Sombes diketahui, bahwa mertuanya, Abdul, sudah lebih dahulu memenuhi panggilan Polda atas kasus Lolita. "Abdul sama sepertimu, tak berkenan menjenguk Lolita. Tapi dia memenuhi panggilan Polda. Sebaiknya kau datang, sebab tak bakal bertemu Lolita. Wanita itu sekarang di rumah sakit karena upaya percobaan bunuh diri dengan membentur-benturkan kepala" bujuk Adrian Sombes. Sejak Lolita di penjara, dia kembali ke rumah. Itu pula yang membuatnya menemukan celana dalam pria di bawah bantal tempat tidur, yang jelas bukan merupakan miliknya. Belum pernah dia merasa memiliki sempak motif bendera Amerika. Tapi entah mengapa ada barang aneh itu di situ. Tempat tidur juga kusut, sementara di meja sebelah tempat tidur, ada 2 kaleng bir habis diminum, serta beberapa puntung rokok dalam asbak. Rokok yang bukan biasa dihisap Lolita!Di meja makan, dia masih menemukan
Sofie memandangi foto Doza Fahmi di layar ponselnya, lalu tiba-tiba mencibir."Ini desainer yang ngetop saat ikut berantem bela Alya Dildo, artis dangdut seksi penuh sensasi yang gundik menteri itu kan?" Sesco menoleh,"Entahlah, eike nggak urusi sekuter dan tukang pansos!""Mereka berantem hebat dengan sekuter lainnya sampe saling lapor polisi. Karena si Doza Fahmi ngaku diancam via DM, haha...Kok yang begini bisa disebut Desainer sih, nggak ada aura profesionalnya. Gaun karyanya udah kek baju model waria semua, kelewat rame!""Oh, sudah eike dugong nek!""Kaum munafikun, Madam.""Muka-muka palsu kek deise mau berkarya, aiii sutralah!""Kayaknya dia gak ada basic mode, atau minimal menambah pengetahuan gitu?""Tapi banyak Desainer kita yang memang awalnya bukan punya basic sekolah mode, kadang ada yang cuma pernah main sinetron satu dua kali, mendadak loncat pura-pura mendesain baju hasil contekan busana luar yang ditambahi. Apapun itu, minimal tambahlah wawasan pengetahuan di bidang
Sukemi, tak pernah menceritakan alasan itu pada Dayuh, apalagi Sarmini. Dia tak tega. Lagi pula, Sukemi senang disuruh mengunjungi rumah itu. Pertama banyak makanan, kedua dia bisa bermain puas bersama Samiran, anak Pak Muntarso, pesuruh Bu Gayatri.Mereka teman sejak kecil, karena Kinasih ibu Samiran, dulu pernah dititipkan Mbah Cipto kepada Mbah Kunto. Katanya, Kinasih anak temannya yang yatim piatu. Tetapi Mbah Kunto tahu, jika Kinasih adalah anak hasil perselingkuhannya dengan seorang gundik bernama Kuni. Mbak Cipto adalah tuan tanah. Dulu, dia centeng Belanda. Banyak tanah warga yang direbutnya dengan semena-mena, atau membuat mereka seakan-akan dituduh sedang berkomplot melawan Belanda. Salah satu tanah Mbah Cipto adalah Kawasan Hitam. Dimana dia kerap gunakan untuk mengeksekusi orang-orang tak berdosa. Usai kejayaan Belanda berakhir, Mbah Cipto sempat kehilangan Kawasan Hitam karena dikuasai penjajah Jepang untuk jadi salah satu markas. Bahkan tempat itu, dikenal sebagai San
Astari, melihat mobil Syahreza yang ke luar dari pintu gerbang rumahnya. Dia lalu kembali duduk, dan Nunung meneruskan tugas untuk menyisir rambut majikannya. "Mas Prana itu..." Suara Astari tercekat. "Sebenarnya yang duluan naksir Dena, Nung. Waktu zaman kuliah. Cuma duluan diserobot Hendra. Kau tahu, Nung? Mas Prana itu selalu memuji Dena. Dia bilang wanita itu cantik sekali, seperti bunga kaca piring yang disinari cahaya matahari. Katanya kelak ingin punya anak perempuan secantik itu. Kau tahu rasanya mendengar itu, Nung? Mas Prana bahkan tak pernah memujiku sama sekali..."Nunung tak menjawab, dia terus menyisir rambut majikannya sambil menatap wajah Astari di cermin."Ketika dia berusaha menolong wanita itu, aku mencoba berdamai dengan hatiku. Sebab makin kularang, dia ternyata makin berusaha untuk selalu berada di samping wanita itu. Mengirimmu bersama Yusuf, sebenarnya hanya upaya menjaga keyakinanku jika mereka tidak berselingkuh..."Nunung terlihat menunduk, sambil melepas h
Bagaimana mungkin ada ponsel yang bisa aman disembunyikan dalam sebuah gaun? Namun Sesco mengatakan, dia memang sempat mendesain korset pada gaun yang bisa menempel dengan ketat."Jangankan ponsel, pistol juga bisa nyelip itu. Eike terinspirasi dengan Mbah-Mbah zaman dulu yang suka menyelipkan barang berharga di bagian kutang atau stagennya..." kata Sesco, sambil memamerkan gaun hijau brokat besar, dengan korset hitam yang hampir menyentuh bagian dada."Gaun ini jadi bau dan lembab, seperti pernah disiram air. Ada banyak helaian rambut pirang!"Syahreza terdiam memandang ponsel Iphone 6 Plus itu. Sudah ketinggalan zaman untuk era Iphone jenis terbaru. Tapi dia ingat, itu jelas ponsel milik Julianna. Dia tak melupakan casing warna pink. Julianna beberapa kali mengeluarkan barang itu dari tas coklatnya. Lalu, di mana tasnya?"Kita cas dulu itu ponsel, jika benar itu milik Julianna. Oh, eike sedikit terkejut dengan penemuan ini. Tetapi Pak Syahreza, bisakah kita merahasiakan ini? Soalnya
Syahreza membuka lemari yang penuh gaun tua, dia sempat menahan diri untuk menggesernya, karena beberapa waktu lalu sempat berusaha menutupi lempeng besi yang menuju ruangan bawah tanah. Namun dia berpikir, kapan lagi bisa ke tempat itu? Sebab Prana sudah tidak lagi berkenan untuk membongkar misteri masa lampau itu. Tapi dia sudah sedikit membongkar beragam arsip dan catatan lampau yang masih terhimpun rapat di perpustakaan nasional. Terutama tentang misteri dari data-data "yang konon kabarnya", mitos sekian abad yang sulit diterima nalar, sehingga tak ada satupun ahli yang berminat untuk mengungkapnya, namun catatan tentang legenda tersebut kadang tercantum pada batu-batu, serat kayu dan kulit hewan peninggalan abad silam."Kita akan ke bawah lagi."Zulfan tak menjawab, hanya bantu menggeser lemari dan membuka lempeng besi. Dia sudah semakin paham soal misteri lain dari rumah ini, setiap bertemu Syahreza, mereka kadang mengulas tentang kasus pembunuhan, juga soal ruangan misterius y
Masuk!Itulah keputusan Syahreza dan Zulfan saat mulai menuruni tangga. Sepi pastinya, juga menyeramkan. Mereka mulai mengarahkan senter melewati lorong panjang, sebelum menemukan tangga yang menuju pintu di bawah ranjang tempat dulu kamar Dena berada. Pintu-pintu jendela rumah itu terbuka, membuat cahaya matahari bebas masuk. Syahreza mengelilingi setiap kamar, sebelum memasuki ruang perpustakaan. Sementara Zulfan berdiri mematung menatap 2 lukisan: Dewa dan Dewi."Apa itu, Pak?" Tanyanya bingung.Satu lukisan dewa itu bertangan empat, bermata tiga, lehernya berkalung ular kobra. Ini seperti wujud lukisan Dewa Siwa, Sang Dewa Pelebur, versi keyakinan orang India. Siwa, merupakan satu dari tiga dewa utama dari satu kesatuan Trimurti dalam keyakinan agama Hindu, selain Brahma dan Wisnu. Sementara penganut Hindu Bali, memuja Dewa Siwa atau Btara Guru di Pura Dalem, sebagai dewa yang diyakini mampumengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsur asalnya, yakni Panca Mahabhuta,
Zeta mengirimkan email padanya, usai satu minggu dia kembali ke Paris, tanpa Leonard. Karena pria itu ditahan polisi, dengan tuduhan kasus percobaan upaya penipuan dan pemerasaan kepada Sesco. Kasus ini terungkap dari pengakuan Doza Fahmi, sekutu Alya Dildo. Saat mengantar Zeta di bandara, Sesco yang begitu patah hati, meminta Zeta untuk menyelidiki sesuatu. Lalu hal tersebut, diungkapkan Zeta pada Syahreza: Wanita itu datang ke Rumah Mode Sesco Paris yang belum launching. Dia mengaku bernama Lane, teman Leonard. Aku melihat dia begitu gugup, saat kuberitahu tentang kasus penangkapan Leonard di Indonesia. Dia pamit terburu-buru, namun aku bisa mengikutinya. Dia menuju Hotel Prince de Galles, tempatnya menginap, sebelum tergesa-gesa membawa tasnya seperti hendak pergi. Seorang pria tampan, berwajah khas Amerika Latin tampak menjemputnya di lobby, mereka berciuman bibir. Kemudian mereka naik taksi menuju suatu tempat. Aku terus mengikuti mereka dengan taksi juga, sampai mereka berhen
Tapi niat baik itu, justru ditanggapi Leonard dengan sangat emosional. Pria yang sedang mempersiapkan kepulangannya ke Paris bersama Zeta itu, malah mengamuk tidak karuan. Pribadinya yang selama ini terkesan lembut dan sopan, malah mendadak berubah mengerikan."Salope!" Leonard meneriaki Sesco dengan kasar, hingga tega menyebutnya: JALANG. Belum puas, segala barang dia lempar ke arah Sesco yang cuma bisa pasrah itu."Aku masih di sini, mencoba untuk berdamai dengan Si Pemerasmu. Tapi kau malah mengembalikan gaun-gaun itu! Apa... apa kau tidak berpikir soal Paris Fashion Week? Soal masa depan Rumah Mode Sesco Paris? Aku masih di sini, Sesco. Tapi kau malah mengambil keputusan sepihak!""No... Leonard, baby... yey tidak mengerti. Ini situasi darurat. Kita harus...""Harus apa?! Kita sudah menyusun rencana yang luar biasa, lalu kau seenaknya menghentikannya di tengah jalan?""No! Bukan begitu. Yey tidak mengerti. Lupakan soal gaun itu. Eike masih bisa ngetop dengan karya eike sendiri. S
Prana sudah bisa membuka mata, namun dia tampak lemah dan enggan bicara. Terbaring lemah di ranjang bersprei putih, membuatnya malah seperti pasien yang sedang menunggu mati. Astari ada di sampingnya, tapi seakan tidak membuatnya bersemangat untuk sekedar tersenyum. "Semuanya sudah diketemukan menjadi mayat, kecuali Austin. Jadi sejauh ini, tersangkanya mengarah pada dia. Apalagi polisi mendapat laporan dari Pak RT wilayah rumah Pak Samiran, katanya lagi heboh ada hantu pria bule di rumah almarhum. Diperkirakan itu Austin. Cuma ketika diperiksa, rumah itu kosong... " kata Syahreza, sambil memandangi Prana.Perlahan, Prana menoleh. Dia mencoba menghela nafasnya, namun yang terdengar seperti sesuatu yang berat tercekik. "Mengerikan, semuanya mati. Jadi..apakah Austin bekerja sama dengan Garneta dan Yusuf?" Tanya Astari.Syahreza mengangkat bahu,"Kita belum tahu ujung tragedi ini. Yusuf mengatakan dia bekerja sama dengan Garneta untuk membunuh, tapi nyatanya Garneta juga mati. Jadi si
Doza Fahmi sepakat bertemu dengan bule itu, di Hotel Forma de Myorne. Tempat itu dipilih Doza, karena merupakan hotel baru yang berbintang lima. Sekalian ingin jajal pelayanan, juga sekaligus mengetes kemampuan finansial seseorang yang nekat ingin menemuinya."Anda sangat berani, tapi jangan coba-coba bawa polisi. Saat saya menuju penjara, maka seluruh dunia langsung bisa mengakses aib Sesco dengan sekali klik! Ingat, saya tak mungkin bekerja sendiri untuk bisnis 10 miliar..." ancam Doza, sebelum pria itu datang.Dan Leonard memang berani datang sendirian. Dadanya yang bidang tampak terlihat jelas dari kemeja ketat berwarna biru, membuat Doza mulai berpikiran lain. Mendadak gairahnya membanjir, dari memikirkan besaran nominal uang, sampai mengkhayalkan hal kotor bersama pria tampan tersebut."Mengapa anda sampai terpikir untuk memeras seorang Sesco?" Tanya Leonard, sambil duduk di kursi dengan tenang."Jangan anda, panggil saja Ocha," sahut Doza Fahmi genit.Leonard tersenyum,"Baik, O
Syahreza lalu perlahan mengangguk, dan itulah yang membuat mereka melangkah menjauh mencari rimbunan pohon untuk berteduh, sambil duduk di atas tanah yang sudah mengering. Hujan sempat deras, tapi Kawasan Hitam ini malah mirip padang gurun tandus. Jejak hujan seperti tak bersisa. Lalu, bagaimana dengan jejak kejahatan?Zeta menghapus sudut matanya dengan tisu, seakan tak kuasa untuk melanjutkan cerita Syahreza yang detil sejak awal. Inilah yang paling ditakutkannya: kehilangan. Melihat begitu mayat yang terus ditemukan, Zeta mulai bersiap mental jika kelak akan betul-betul melihat mayat adiknya. Jiwanya seakan hancur. Serasa tak ada tempat untuk berlindung. Suaminya tidak mengomentari pesannya tentang Julianna, dia sedang berlibur dengan selingkuhannya di benua tropis, meninggalkan musim salju yang beku atas catatan cinta mereka yang makin kelabu. Kedua anaknya juga cuma mengucapkan kalimat basa-basi. Sedikitpun tidak terdengar nada yang bersifat kesedihan dan kekhawatiran. "Jadi ya