Sesco tersenyum, dia merasa kondisi persiapan event Paris Fashion Week dapat berjalan lancar. Dengan ketat, dia memilih model-model yang bisa bekerja secara profesional meski sebagian belum begitu terkenal. Proses fitting atau pengepasan baju, menjadi salah satu agenda penting yang mendapat kode merah di catatan, saking urgent-nya. Tidak mudah menjadi seorang model, modal tidak hanya cuma harus tinggi dan menarik. Tubuh diwajibkan langsing sempurna. Dan berat badan mereka tidak boleh berubah sampai hari H, dan model dengan bajunya sudah harus sejiwa, apalagi untuk model yang harus berganti pakaian lebih dari satu kali dengan waktu hanya satu hingga tiga menit saja. Jika bajunya tidak membuat nyaman, maka dipastikan saat berjalan di catwalk bakal tidak sesuai harapan. Model harus memahami benar baju apa yang dia pakai, apa detil menonjolnya, apa aksesorinya, dan bagaimana dia bisa mengekspresikan busana tersebut dengan segala ornamennya di atas panggung yang penuh lampu serta iring
Selain itu, Sesco memang dikenal sangat mengutamakan kualitas pada setiap rancangannya. Tak ada benang yang tersembul, tak ada setrika yang tak rapi, bahkan butir payet yang layak nempel di gaunnya adalah manik dan batuan terpilih, serta terbaik di dunia."Baby, gaun kuno itu..." Sesco yang sedang minum air putih usai rapat menoleh,"Kenapa, Leon?""Kamu sudah yakin bisa mengkreasi ulang gaun-gaun itu?""Lebih tepatnya memodifikasi, kayak motor gitu. Soalnya ada beberapa bagian gaun yang agak sobek dan rapuh, butuh permata-permata luncak ya beib, juga tambahan kain dan sebagainya untuk membuat itu gundala nggak kayak abis kita beli dari barang second Pasar Senen...""Waktu kita tidak banyak, paling dua bulan lagi. Kamu yakin bisa dan berani?"Sesco mengangkat bahu,"Bisa ya pasti, eike bukan desainer kaleng-kaleng. Tapi kalo berani? You mesti temeni eike saat ngurusi itu gundala, biar setan-setannya kagak balik...."Leonard menyentuh lengan Sesco,"Baby, ada satu hal yang belum aku ceri
Lolita memandangi rumah Maria yang terlihat sepi. Jantungnya mendadak berdegup kencang, saat melihat dua bocah berlarian dengan mainannya keluar dari rumah tetangga Maria. Aurora dan Axio! Mana mungkin Lolita lupa dengan dua anak yang hampir membuat Hendra berat untuk menikahinya dulu? Tetapi berkat rayuannya, pria itu akhirnya pergi meninggalkan anak dan istrinya, dan kemudian mengajukan proses cerai.Kini, semudah itu pula Hendra kembali kepada keluarganya. Meninggalkan Lolita yang sedang hamil, seakan tak pernah terjadi apa-apa pada mereka sebelumnya. Rasa sakit di hati Lolita, mungkin berbanding lurus dengan kadar cintanya pada Hendra. Apalagi dia ingin anaknya tetap memiliki Ayah. Dia sadar sering menyelingkuhi Hendra, tapi bayi yang dikandungnya jelas anak pria itu. Lolita tidak pernah menginginkan anak awalnya, tetapi lupa minum pil KB, malah bikin subur benih yang ditebar Hendra.Segalanya dia lakukan untuk menyeret pria itu kembali ke ranjangnya. Termasuk minta bantuan Ki Ano
Samiran merasa penting untuk bicara dengan seseorang. Usianya sudah hampir 80 tahun, merana dalam kesunyian dan ketakutan. Jika ditanya tentang agama, dia tak bisa menjawab jelas. Saat kecil bersama Kinasih ibunya, dia dididik sebagai muslim. Tetapi saat dipaksa tinggal bersama Muntarso Bapaknya, di rumah besar Ibu Ratu Gayatri dan Tuan Moksa, dia justru diarahkan untuk menjadi setan. Membunuh, meracuni, menyakiti dan mengorbankan banyak orang. Bahkan sejak usianya belum genap 10 tahun."Saya tak tahu harus kemana. Bahkan saya tidak tahu apa tujuan hidup saya. Berpuluh tahun, saya merasa cuma hidup untuk keinginan Bapak saya dan Majikannya. Mereka terus berusaha mengikat jiwa saya, meski mereka telah lama meninggal dunia..."Ustadz Hanif, baru berusia 40 tahun. Merasa kaget didatangi Kakek tua kaya raya yang tinggal cuma sekitar 50 meter dari masjid, tempat Sang Ustadz mengajar anak-anak mengaji secara gratis. Tapi pria tua itu, baru kali itu terlihat memasuki masjid. Berdiri bingung
Itulah yang membuat Lolita tak menolak saat bertemu Hendra di night club. Pria itu tak terlalu tua, cukup tampan dan dia membawa kendaraan BMW 5 Series. Apalagi ternyata pria itu sangat royal padanya, jadi diperawani di dalam mobil itu terasa indah saja. Mana dia tahu jika pria itu cuma membawa mobil inventaris perusahaan, yang dipinjamkan bosnya yang sangat baik untuk sementara, karena saat itu Hendra belum punya mobil? Mana dia paham jika ternyata Hendra cuma pegawai bagian keuangan, dengan tanggungan istri dan 2 orang anak? Dan harta terbesarnya cuma sebuah rumah yang baru lunas cicilan kreditnya?Cinta yang menjebaknya untuk menerima Hendra yang ternyata bukan siapa-siapa. Dia yang membuat Hendra bercerai, menjual rumahnya untuk harta gono-gini kurang adil, lalu membeli rumah baru dan kredit mobil baru. Dia juga yang membuat Hendra melepas tanggung jawab atas Aurora dan Axio, karena khawatir uang belanja berkurang.Kini, pria itu tak mau kembali, bahkan memilih ngekost atau tidur
Samiran lalu menceritakan kisah yang nyaris sulit diterima akal siapapun yang bakal mendengarnya. Tentang dirinya yang terus dipaksa menyerahkan tumbal wanita hamil setiap masa 20 tahun sekali ke rumah bekas majikan Bapaknya. Jika tidak, maka sosok menyeramkan itu akan ganas menghantui. Bahkan kini rumahnya selalu dipenuhi dengan bercak telapak kaki berlumuran darah."Ini bukan khayalan. Saya yang selalu mengepel bercak berdarah itu. Itu pertanda dia hanya ingin saya segera menyerahkan korban jiwa!""Buat apa korban wanita hamil?" Ustad Hanif nampak bingung,"Ini agak kurang masuk di akal saya.""Iblis," kata Samiran tercekat. "Butuh janin yang bisa ditumpangi anak keturunannya. Biar terus bisa berkuasa di dunia. Dia sangat berkuasa sekali, bahkan terhadap para roh yang sudah mati. Mereka berkumpul menjadi budaknya. Mungkin jika saya mati, saya juga akan seperti itu. Berkumpul tak berdaya di bawah kekuasaannya.""Allah yang paling berkuasa di dunia dan akhirat kelak. Semesta ini milik-
Maria mencoba menahan kemarahannya, saat melihat kedua mahluk itu duduk berdampingan di dalam mobil. Pikirannya sudah kemana-mana, apalagi dia paham betul tingkah anaknya yang tak bisa disodori wanita. "Keluar!" Bentak Maria."Iya, Mam. Sebentar," suara Darren terlihat resah, dia membuka pintu mobil dan bergerak menjauh. "Saya mau bicara, Bu." Lolita menyunggingkan senyumnya."Justru saya yang mau bicara!" Sahut Maria ketus, membuat Lolita sedikit takut.Pono yang berada di depan stir langsung buru-buru keluar mobil, saat Maria masuk dari pintu yang tadi dibuka Darren."Saya sudah berusaha menelepon Ibu tadi...""Anda sudah membawa anak saya, Mbak. Tanpa seizin saya. Tubuhnya memang tinggi besar, tapi dia masih anak remaja belasan tahun. Saya tidak tahu apa yang anda lalukan berdua. Apa seperti saat Dena gatal menggodanya?"Lolita tercekat, dia merasa sangat salah tingkah. Tatapan mata Maria seakan menusuk tajam sampai membuatnya begitu gugup. "Urusan kita, adalah menyingkirkan Don
Lolita, tak berhenti menangis. Di ruangan reserse dan kriminal Polda, dia minta didampingi pengacara. Seorang pria datang akhirnya, pengacara kiriman Abdul, Bapaknya. Pria itu marah dan enggan datang, sama seperti Hendra. Tapi Abdul masih peduli, dia mencarikan pengacara untuk anaknya itu. "Tenangkan dirimu dulu, biar proses pemeriksaan berjalan lancar. Cobalah untuk bersikap kooperatif," kata Petrus, pengacaranya. Lolita tidak menjawab, dia masih terlihat putus asa. Polisi memanggilnya bukan sebagai saksi, tetapi malah meningkat jadi tersangka. Sebab Anya dan Dona telah mengungkapkan sejumlah bukti penyebaran konten video mesum mereka yang mengarah kepada Lolita. Membuat perempuan itu harus berurusan dengan Pasal 27 ayat (1) UU ITE, dengan ancaman pidana Pasal 45 ayat (1) UU 19/2016, berupa penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.Belum tuntas rasa takutnya, Petrus mengatakan, Lolita bakal kena pasal berlapis karena dicurigai sementara telah melakukan u
Karel sesaat memandangi Kiki dan kedua staf Humas itu dengan tajam. Dia butuh waktu untuk menjelaskan. "Secara kebetulan," lanjutnya. "Satu hari sebelum menghilangnya Mbak Centini, ada petugas polisi di Kapolsek yang dipimpin Pak Sangiran, masih mengingat wajah wanita dalam video ini, yang mereka katakan sebagai 'keluarga Kapolsek yang terganggu jiwa dan ngamuk di Polsek'. Lalu dibawa Si Kapolsek pergi dengan mobil dinasnya dalam kondisi tangan terborgol dan mulut dilakban...""Oh, Tuhan!" Kiki dan kedua stafnya kompak berteriak sambil menutup mulut mereka. Karel menghela nafas dan langsung bangkit dari duduknya. "Saya akan melaporkan kasus ini ke Polda, dan saya berharap pihak Rajawali Air dapat turut membantu saya untuk itu. Kapolsek Sangiran saya perkirakan juga sudah berusaha membunuh Ibu Inoy, klien saya, karena beliau memiliki video-video ini sebagai barang bukti..."***Julianna tertegun di hadapan wanita tua itu. Sejak pagi dia datang ke rumah besar tersebut, malah Maria di
"Pinter, sih iya." Prana terkenang ucapan Triman. "Ayu sih ndak ya... udah perawan tua juga... tapi kok ya bisa nyangkut ke pasiennya yang kurang waras?"Prana mengangguk bingung,"Agak ganjil juga."Triman tertawa serak,"Itu mungkin karena nafsu toh? Wong Mas Ostin memang ganteng tenan iku! Saya juga kalo dadi wong wedhok, yo mesti ikut naksir. Anaknya memang masih kelihatan bocah, tapi tinggi tubuhnya. Sifatnya juga ramah, memang bikin jatuh hati kaum wanita. Cuma memang saya sering dapati, dia itu suka memamerkan kelaminnya ke pasien wanita ..."Prana mengendarai mobilnya menuju Kawasan Hitam. Dia telah berjanji kepada Syahreza dan Zulfan, untuk tiba di sana sebelum jam makan siang. Sementara Ustadz Hanif tidak bisa datang segera karena harus menjaga Samiran di rumah sakit, dia berjanjian datang saat Ashar setelah berganti tugas jaga dengan Pak Salam, salah satu pengurus masjid.Sebentar lagi, ritual permainan Hoom Pim Pah akan digelar Sukemi. Julianna memastikan datang, meski belu
Prana menghela nafas, dan lebih menghela nafas lagi saat bertemu Dokter Ginaryo Sp.KJ. Dokter itu dengan ramah mempersilahkannya untuk berbincang di ruang kerjanya. Mereka bercakap cukup panjang, hingga terbongkar banyak hal."Saya menangani pasien Austin itu, justru setelah sekitar 5 tahunan dia telah menghuni rumah sakit ini. Dokter pertama yang menanganinya adalah Dokter Emilia, yang meninggal waktu itu, jadi saya yang lanjut menangani Austin. Anak muda itu memang sulit dilupakan. Terutama karena fisiknya yang berbeda dari yang lain. Dia sangat tampan, bule. Bahkan sering jadi rebutan pasien-pasien wanita di RSJ ini. Jangankan dia, ada saja petugas wanita yang juga sempat naksir...""Seperti apa kondisi Austin waktu dokter tangani?""Saya menangani Austin sekitar tahun 2005, ya... saya melihat kondisinya saat itu masih tidak begitu baik. Sering kabur dari rumah sakit, dan ditemukan petugas selalu senang berjalan-jalan sendirian tengah malam, tanpa alas kaki. Pokoknya kalau ditemuka
Aku menikahi Gayatri, tapi perjalanan "rumah tanggaku" yang sebenarnya, justru bersama Marce Si Tetangga Sebelah. Hal inilah yang membuat Austin memohon permintaan kepada Shumb Si Raja Iblis. Dia ingin agar kami bertiga bersatu menjadi keluarga utuh. "Bapak berhak hidup bahagia tanpa harus terus berpura-pura dalam pernikahan hampa. Austin ingin Bapak dan Mami bersatu selamanya, dalam pernikahan yang sah. Mami sangat menyayangi Austin, Pak. Dan pernahkah Mami juga mengecewakan hidup Bapak? Pernahkah Mami membunuh wanita-wanita yang membuat Bapak lupa untuk mengunjungi Mami di rumah? Jika Gayatri adalah Mami Marce, mungkin saat itu, Ibu Austin... Lovina... tidak akan tersiksa sampai mati...."Kalimat panjang anak itu, seakan menyadarkan aku betapa pentingnya ketulusan cinta. Ketulusan itu ternyata tidak hanya tentang harus selalu bersama, tetapi hanya butuh saling mengerti. Marce pernah mengatakan, dia tak sanggup marah saat aku selalu menyelingkuhinya."Karena aku tahu, aku bukan siap
Austin tumbuh dengan fisik sempurna. Ya, semakin mirip aku. Jauh berbeda dari Kalungga dan Turangga, yang wujudnya mirip Gayatri. Itulah sebabnya, aku sangat menyayangi Austin. Dia bebas bermain di rumahku kapan saja, tanpa Gayatri berani mengusirnya. Aku berikan apa saja yang dia mau, yang dia suka. Semua!Dia anak yang baik, juga berprestasi di sekolah. Marce ternyata sangat pandai mengurus anak rupawan itu, sebab semua orang menyukai kepribadiannya. Austin juga pandai melukis dan memahat sepertiku, sebab itu, dia kuizinkan untuk memasuki Ruangan Rahasia di Bawah Tanah.Ini adalah tempat yang tidak sengaja ditemukan Romo, saat sedang membuat ruangan lantai dasar, serta membuat makam. Ruangan aneh itu begitu besar, dengan dua patung raksasa. Romo sering melakukan semedi di tempat itu, jika sedang merasa gundah. "Ini sebenarnya pernah jadi tempat pemujaan iblis, mungkin sekian abad silam" kata Romo, saat membawaku ke sana, waktu kami baru saja menguburkan Kadita."Siapa itu, Romo?" T
Semula, aku mengira, berumahtangga itu sama seperti aku pernah melukis tubuh telanjang Kadita yang memesona. Asal kita suka melakukannya, meski itu sulit, pastinya bisa dapat diwujudkan juga. Tetapi nyatanya, pernikahan tidak seperti itu. Menikahi wanita bukan hanya untuk cuma bisa tersalurkan urusan kebutuhan biologis, punya anak, tidak cerai dan dianggap normal oleh masyarakat. Bukan itu!Aku menikahi Gayatri, yang tak pernah aku cintai. Aku bahkan tidak menerima segala kekurangannya. Bahkan aku tidak mengizinkan dia membuka topengnya, saat kami bersetubuh. Aku tak ingin gairahku memudar melihat wajahnya yang tak membangkitkan selera itu. Aku selalu membayangkan, jika dibalik topeng itu ada wanita berparas ayu rupawan, dan bukan pastinya itu bukan Gayatri!Dan ternyata, wanita itu juga tidak subur. Meski setiap malam kugagahi, dia tak kunjung bunting. Tapi sulit menuduhnya mandul, sebab dia pernah kawin dan punya anak sebelumnya. Aku juga, tidak ingin dituduh tidak subur! Inilah ya
Semua orang tahu, jika Mintje Molina hanyalah anak Jans Pietter dari seorang gundiknya, yang bernama Nyai Midah. Sebab itu, meski aku mendapat gelar bangsawan dari Bapak, beliau tidak merasa ada alasan bagiku untuk tidak mau jadi Belanda."Manson Jans Pietter, kamu itu Belanda. Darah Eropa menetes di tubuhmu. Persetan soal priyayi, itu juga pribumi. Derajat mereka itu, di bawah kita..." kata Mami suatu kali, saat aku menolak untuk dipanggil Manson Jans Pietter."Jika Mami merasa tidak sederajat, mengapa menikahi Romo?"Saat itu, aku hanya melihat Mientje Molina hanya membuang muka. Di kemudian hari aku tahu, ternyata memang tak ada satupun orang Belanda, ras Eropa lainnya, atau siapalah yang dianggap Mami derajatnya jauh lebih tinggi, bersedia menikahi seorang anak Nyai yang pernah sempat melacurkan diri demi sesuap nasi, setelah Bapak Belandanya mati. Romo mengangkat derajat wanita itu, tapi dia tidak pernah berterima kasih.Bahkan Mami mencoba meninggalkannya demi pria Cina kaya. Ya
Prana menepuk halus pundak Samiran, dia khawatir pria itu akan tambah sakit jika bicara. Tapi Samiran tidak mau berhenti."Muntarso ingin mengusai harta rumah itu dengan menikahi Gayatri, sebab itu dia membunuh Pak Moksa dengan meracunnya. Bu Gayatri tidak tahu. Wanita itu juga tidak tahu, jika kecelakaan mobil yang dialami Kalungga dan Turangga juga karena sabotase Muntarso. Tapi mobil yang pernah dibawa Muntarso untuk meneror kedua orang itu sebelumnya, juga kelak malah kemudian terbalik dan terbakar...""Dia pernah membakar orang, bukan?"Samiran memandang sedih ke arah Prana,"Saya juga. Mungkinkah akan terjadi hal yang sama?"Prana menggeleng, lalu kembali menepuk halus pundak pria itu."Bapak orang yang sudah berusaha menjadi baik...""Saya tidak tahu apakah Tuhan akan memaafkan saya. Sebab saya terlalu bodoh dan patuh kepada sesama manusia. Sebelum mati, Bu Gayatri berpesan agar saya menjaga dan jiwanya dari gangguan jiwa lain yang juga terjebak di rumah itu. Sebab itu setiap 20
Samiran masih tampak lemah, tapi dia tahu, kehadiran kedua pria di depannya memang telah ditunggunya. Prana, yang membawa Syahreza temannya, diyakini Samiran dapat segera menuntaskan segala masalah."Kami ingin bertanya tentang Austin, Pak. Sebentar saja," kata Prana.Perlahan, Samiran mulai memejamkan matanya. Dia bersyukur, kini nafasnya tidak lagi sesak sehingga bisa bicara."Ada yang sedikit rancu tentang Austin anak Lovina. Dia sebenarnya sudah ada sebelum saya dibawa Muntarso ke sana.""Austin sudah lahir?""Sudah besar malah. Saat saya masuk ke sana, Austin jelas lebih tua dari saya.""Kalau Lovina?""Usia Lovina saat hamil, juga jauh berbeda dengan Kalungga dan Turangga, 13 tahun. Kalau dua anak itu, sekitar usia 3 dan 1 tahun waktu Lovina mati. Dia itu diasuh Bu Gayatri dari bayi, sebagai anak pancingan biar cepat hamil. Saya tahu cerita itu juga dari Muntarso. Kasus kematian Lovina terjadi, itu jauh dari kasus Tumini mati. Sebelum itu, Lovina adalah korban Moksa pertama seb