Home / Horor / Bisikan Tengah Malam / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bisikan Tengah Malam: Chapter 11 - Chapter 20

141 Chapters

11: Diancam

"Tidak ada masalah dengan powerbank anda, Mbak. Lihatlah, di sini masih menyala sempurna," pemilik counter ponsel tersebut tersenyum, sambil menunjukkan barang yang dimaksud. Dena memperhatikan powerbank tersebut. Lampunya menyala! Padahal tidak di-charge. Bagaimana mungkin di rumahnya justru mati? Ponselnya juga tidak kehabisan baterai. Bisa digunakan. Lalu dia cepat menelepon Lastri, teman sekampusnya dulu yang katanya ingin membeli karya hasil rajutannya. "Jadi kapan kau kirim, Den?" tanya Lastri di ujung telepon sana, dia mengaku sedang sibuk menerima tamu karena anaknya baru saja menenangkan kontes kecantikan balita. Lalu dia menggelar pengajian dan menyantuni anak yatim dan kaum dhuafa di rumahnya yang mewah. Lastri memang salah satu kembang kampus dulu, wajar kecantikan itu menurun pada anaknya. Dena juga termasuk primadona kampus saat itu, tetapi nasibnya tidak semanis Lastri yang dipersunting pria kaya yang setia. Nasib Dena berbanding terbalik. Sudah suaminya hidup kekura
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

12: Anak Lelaki Penggoda

Denna seperti terbang saat menuju ke rumah Maria. Dari pasar, dia berlari kencang. Cerita Cici Meri membuatnya begitu risau. Apalagi ketika dia terlanjur menitipkan Aurora dan Axio ke rumah tetangganya tersebut. "Mereka sedang tidur siang bersama Darren. Mengapa kau sepucat ini?" tanya Maria, saat membuka pintu untuk Dena.Dena menghela nafas lega. Menyesal dia telah berpikiran buruk terhadap tetangganya itu. Sebab cerita Ci Meri seakan begitu mirip dengan..."Masuklah ke ruang keluarga. Mereka semua tertidur pulas, termasuk Darren. Aku mau membeli sesuatu di pasar."Dena memasuki rumah itu untuk pertama kalinya. Selama ini dia hanya duduk di teras depan saja jika berkunjung. Bentuk rumah itu seperti rumah campuran beton dan kayu pada umumnya. Keduanya saling mengisi esensi tampilan ruang, sehingga tidak menimbulkan kesan membosankan. Kayu-kayu jati itu dibiarkan coklat alami, menghias lantai dan sebagian ornamen pada dinding. Sejak pintu masuk, ruangan terasa seperti hanya terdiri
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

13: Minna

Denna berdiri menatap cermin di kamar mandi. Siang itu, jendela mungil di kamar mandi menyumbangkan cahaya matahari. Semua jadi terlihat jelas. Denna mulai menangis saat melihat kondisi tubuhnya yang telanjang. Ada tanda-tanda cupangan di bagian area payudara. Bahkan cairan lengket kental pada bagian kelamin begitu terasa saat disentuh dengan tangannya. "Gardena, kamu kenapa?" bisiknya, serak. Denna semakin tak kuasa menahan sedu sedannya. Dia mendadak merasa begitu kotor dan bodoh. Seperti betina gatal yang rakus dengan jantan, gampang sekali terjerat rayuan. Konyolnya dia rela melakukan itu pada anak remaja seperti Daren! "Ke mana akal sehatku," keluh Dena, sembari berusaha menyudahi sedu sedannya. Sementara di dapur, terdengar suara Aurora dan Axio yang sedang rebutan makan biskuit dengan riang. Sungguh Dena tak ingin anak-anaknya melihat air matanya. Maka dengan mengendap-endap, dia ke luar kamar mandi dan langsung naik tangga ke lantai atas. Lalu kamar kerja bekas Van Der
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

14: Pergaulan Bebas

Dulu, Minna sempat bercita-cita ingin sekolah modeling agar bisa merajut karir di Paris. Ayahnya mengizinkan dia ikut kursus modeling jika sudah SMA nanti. Tapi boro-boro kelak bisa jadi model dan peragawati, kelas 2 SMP saja perutnya sudah menggembung seperti gunung.Semua karena perbuatan Austin yang begitu sering menggaulinya. Pertama, karena terpaksa Minna mau melayaninya. Tetapi lama kelamaan, Minna merasakan hal itu seperti sebuah kebutuhan. Setiap hari saat rumah sepi, mereka berhubungan badan. Termasuk di malam hari, ketika semua orang terlelap dan Austin lincah mengendap-endap dari tembok belakang menuju atap. Lalu menuruni pohon kersen, untuk menuju jendela kamar Minna yang terbuka.Minna tidur sendiri. Sementara kedua kakaknya tidur berdua. Kedua orangtuanya di ruangan lain. Itu yang membuat Austin bebas menggeluti tubuh gadis belia itu sampai jelang pagi. Bertingkah seperti ular liar yang bergelung dalam goa penuh kehangatan.Tak ada rasa cinta di antara keduanya, selain n
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

15: Gairah

15: Gairah"Tolong, mereka ingin membunuhku!"Dena terbangun. Dia merasa kaget dengan suara jeritan yang membuatnya tersadar dari tidur. Suara yang nyata, terdengar mirip suara seorang gadis muda."Mereka membawa pisau!"Jeritan itu kembali terdengar memilukan. Dena bergegas bangkit dan melemparkan selimutnya ke ujung ranjang. Dia sedikit kesal karena tidurnya terganggu, tetapi rasa penasaran membuatnya ingin mencari asal suara itu.Langkah kaki Dena terdengar, saat perlahan bergerak menuruni tangga. Tangan kanannya memegang lentera minyak, sementara tangan kiri malah kencang memegang pisau lipat. Alat itu disimpannya di laci meja rias dalam kamarnya. Dia merasa tenang jika menyimpan alat itu untuk dapat digunakan sewaktu-waktu."Mereka juga memegang pisau!"Suara itu terdengar lagi. Dena malah makin penasaran. Tak ada lagi rasa takut itu. Dena merasa penting untuk mengungkap misteri cerita rumah tua yang disewanya itu. Meski dia setiap hari menuruni lantai dasar itu untuk mengambil m
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

16: Korban

Dena terbangun, saat jelang siang. Ketika kedua anaknya terdengar ribut di dapur, sambil sarapan roti yang dia sediakan dari pagi. Dia hanya melihat mereka dari tangga, karena tubuhnya masih terbalut selimut. Tubuhnya telanjang, sementara bajunya berserakan di lantai.Lantai yang masih terasa basah entah oleh apa, mengingat tak ada atap yang bocor. Namun jendela masih terbuka, membuat hembusan angin dapat masuk. Dan hujan telah berhenti."Aku harus menghubungi teman-temanku," kata Dena, lalu bangkit menuju tasnya yang berada di atas meja ria untuk mengambil ponsel. Tetapi kemudian, dia malah emosi dan melempar alat komunikasi itu ke atas kasur.Sudah berulangkali Dena mencoba menggunakan ponsel di rumah itu, tetapi entah mengapa selalu tak ada sinyal. Terkadang dia merasa penting untuk menghubungi seseorang, lalu bercerita tentang kondisi keanehan rumah yang mereka tempati. Tetapi siapa yang dapat dia hubungi?Sejauh yang Dena pahami, rumah itu dari dulu punya banyak misteri. Punya ba
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

17: Gila

17: GilaPagi itu, Maria sudah bertamu ke rumah Dena, membawakan banyak roti untuk mereka. Dena langsung bertutur tentang hal ghaib mengerikan yang terjadi di halaman belakang rumah."Kini akhirnya kau tahu juga, Dena."Suara Maria terdengar lega, usai mendengar cerita Dena tentang kejadian yang menimpanya di belakang rumah. Meski Dena masih berusaha menutupi apa yang dilakukannya dengan Darren, yang sebenarnya tak kalah mengerikan."Ibu, tolong jelaskan dengan detil peristiwa di rumah ini. Terutama, tentang si Moksa itu!"Maria meletakkan kantong plastik berisi roti di atas meja, lalu dia berusaha duduk santai bersandar pada kursi tamu. Matanya nampak menatap kosong ke depan."Moksa itu kan hiperseks. Banyak perempuan bisa dia tiduri. Nafsunya tak terkendali. Gayatri tak bisa meladeni gairahnya. Termasuk pembantu sundal yang genit itu, Tumini. Lalu Moksa menuntut objek baru..."Dena menutup mulutnya dengan tangannya. Sesuatu yang dipikirkannya ternyata benar adanya."Jadi semua murid
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

18: Racun Tetangga

18: Racun TetanggaKetukan di pintu sore itu begitu gencar. Dena berlarian untuk membuka, sampai akhirnya dia melihat Pak Samiran berdiri dengan sikap yang aneh."Ada apa, Pak?" tanya Dena, saat mereka duduk berhadapan di ruang tamu.Pak Samiran melirik Aurora dan Axio yang tampak berlarian main petak umpet, sebelum menatap Dena."Saya sulit menelpon ponsel ibu.""Di sini tidak ada sinyal. Listrik saja tak ada, mau ngecas ponsel di mana""Saya ditelpon Bu Maria, katanya Bu Dena coba menggoda anaknya Si Darren..."Dena terperanjat,"Apa?!""Saya memberikan kesempatan ibu sekeluarga untuk tinggal menyewa dengan murah di rumah ini, dengan harapan ibu bisa menjaga rumah warisan kami ini. Tetapi seharusnya ibu bisa menjaga sikap!""Hei, apa maksudnya ini? Jangan membuat saya bingung, Pak. Saya berhubungan baik dengan Bu Maria!""Kenyataannya, dia malah marah-marah. Minta anda untuk cepat diusir, karena anaknya merasa terancam.""Pak, anda bicara apa? Hubungan saya dengan tetangga kita itu s
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

19: Mantan

Maria setengah berlari saat ke luar rumahnya, dia mendadak kepo dengan seorang pria yang memarkir mobil di depan rumah sebelah. "Cari siapa, ya?" Tanyanya, sembari terus mendekat ke arah pria itu.Pria itu menoleh dan tersenyum gugup,"Anak-anak saya!"Maria menghentikan langkah, lalu mengangguk-angguk saat memandangi pria itu. "Pasti bapaknya Aurora sama Axio ya? Oh, mantannya si Dena!"Hendra kembali mencoba tersenyum lebih ramah,"Iya, bu. Saya, Hendra. Apakah Dena ada?""Ada kayaknya di dalam sana," sahut Maria seraya menunjuk rumah tetangganya itu dengan acuh tak acuh, sebelum santai berlalu.Hendra berdiri mematung di halaman rumah itu. Kakinya terasa kaku. Aura negatif seakan begitu kuat dia rasakan. Dia merasa menyesal membiarkan anak dan bekas istrinya sampai terpaksa hidup di sebuah rumah angker seperti itu. Dan konon katanya tanpa listrik pula? Betapa menderitanya mereka, keluhnya."Aku ada tugas kantor satu minggu ini di luar kota," kata Hendra, saat Lolita tengah dalam ga
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

20: Menginap

Malam itu, Hendra mencoba untuk berdamai dengan kondisi rumah yang begitu temaram. Tiba-tiba dia tak tega dengan anak-anaknya, dan akhirnya memutuskan untuk menginap. Dena masih berada di kamarnya, tubuhnya tetap telanjang meski terbaring di tempat tidur. Aurora berusaha menyelimuti ibunya dengan semampunya. Gadis kecil itu pula yang mengajari Hendra untuk menyalakan lampu-lampu minyak di rumah."Awal-awal datang ke sini, Ibu belum separah itu. Kami masih diurusnya dengan baik. Tetapi selanjutnya, Ibu menjadi aneh. Lalu kami terpaksa mengurus diri sendiri. Untunglah Ayah datang," ungkap Aurora."Ya, Pak Samiran yang mengabari Ayah. Maaf Ayah lambat datangnya," Hendra mengusap rambut Aurora dengan sedih."Kemarin Pak Samiran ke sini, entah ngomong apa sama Ibu. Tapi pas Ibu ke dapur buatin minum teh untuk bapak itu, Pak Samiran ngomong sama Oya. Katanya, kenapa Oya dan Ciyo seperti tidak mandi dan ganti baju?""Lalu?""Kami jarang mandi, Ayah. Ibu sering pingsan jadi jarang nimba air
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status