All Chapters of CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan: Chapter 21 - Chapter 30

51 Chapters

Rencana yang Berbeda

“Tuan, ini Non Cahaya!” seru Mbok Sri dengan bahagia memberikan gawai pipihnya kepada dr.Hasan. Pria berkaca mata itu segera meraih benda pipih yang telah tersambung pada Cahaya dengan jantung berdebar. “Cahaya ...,” panggilnya penuh haru. Tak terasa air mata menetes deras seketika membasahi pipi. “Iya, ada apa, Pak Hasan?” tanya Cahaya dari seberang telepon. Mendengar suara dr.Hasan yang memanggilnya dengan terisak membuat gadis itu bingung. “Putri Papp-’’ Pria itu menghentikan ucapannya.Bagaimanapun bahagianya dr.Hasan saat ini, tetapi dia menyimpan rasa kekhawatiran tentang bagaimana reaksi Cahaya nanti jika gadis itu tahu jati diri mereka. Kekhawatiran itu menyebabkan suaranya tertahan, pilu. Dia tidak bisa mengatakan kebenaran sebesar itu hanya melalui sambungan telepon. Akan lebih baik jika mereka bertemu dan memberi tahunya secara langsung. “Maaf, Pak Hasan, ada apa?” tanya Cahaya lagi karena pria yang di seberang teleponnya menghentikan pembicaraan seketika. “Pa ...,”
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Kabar Duka

“Innalillahi wainna ilaihi rojiun ... Nenek ...!” Dunia Cahaya seketika runtuh saat melihat keadaan tubuh neneknya yang sudah tidak bernyawa. Kepergian Nenek Asih yang tiba-tiba seperti pukulan yang begitu dahsyat menerpa kehidupan Cahaya setelah keputusan perceraian yang dia terima sehari sebelumnya.“’Nenek! Kenapa Nenek pergi tinggalin Cahaya sendiri?” Tangisan Cahaya semakin pecah, membuat beberapa orang yang menyaksikan kejadian itu merasa iba. Termasuk dokter muda yang menangani pemeriksaan Nenek Asih yang bernama Farel Hendrawan. Pemuda yang baru bertugas beberapa bulan sebagai dokter umum di rumah sakit daerah Banyuwangi itu berjalan perlahan menghampiri Cahaya. “Yang sabar, Mbak. Ikhlaskan kepergian Nenek Asih agar beliau bisa pergi dengan tenang.” “Nggak bisa, Dok. Aya masih tidak bisa menerima hal ini terjadi. Bagaimana bisa nenek pergi tanpa sepatah kata pun. Sebelum pingsan, nenek cuman diam, nggak ada omongan apa pun sama Aya. Tapi, kenapa nenek malah pergi ninggalin
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Pertemuan

Alangkah terkejutnya Mbok Sri ketika mendapat kabar dari Maemunah tentang Nenek Asih yang meninggal kemarin dan saat ini masih di rumah sakit karena kondisi Cahaya tidak memungkinkan untuk segera pulang. “Ada apa, Mbok?” tanya Bu Salma yang berjalan menghampiri ART-nya. Wanita itu sudah sangat tidak sabar untuk bertemu sang putri tanpa dia sadari bahwa putrinya sedang mengalami kenyataan pahit dan saat ini terbaring lemah di rumah sakit. “Mbok, kenapa diem aja? Apa kata wanita tadi??” tanya Bu Salma lagi seraya menunjuk ke arah Maemunah yang sudah berjalan menjauhi mereka. “Nyah ....” Mbok Sri menoleh ke arah majikannya dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. “Nenek Asih meninggal, Nyah.” “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun .... Yang bener, Mbok? Kapan meninggalnya Nenek Asih? Terus sekarang Cahaya ada di mana??” berondong Bu Salma dengan penuh kepanikan.Mbok Sri pun menjawab pertanyaan Bu Salma sesuai dengan apa yang disampaikan Maemunah tadi. Dengan serta merta, Bu Salma
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Antara Sedih atau Bahagia

“Pak Hasan, Bu Salma, untuk saat ini Aya belum bisa berpikir jernih. Aya cuman pengen Nenek dimakamkan dengan layak terlebih dahulu.” Cahaya berucap dengan memasang wajah bingung. Bagaimana tidak? Pasalnya, kejadian demi kejadian besar menghampiri gadis itu secara terus menerus. Mulai dari perceraiannya, kematian Nenek Asih yang mendadak, hingga kedatangan Bu Salma dan dr. Hasan dengan pengakuan mengejutkan dari mereka. Cahaya benar-benar tidak bisa berpikir dengan tenang sekarang. “Iya, Nak. Mama sama Papa paham,” balas Bu Salma dengan cepat. “Pa, Papa selesaikan administrasi rumah sakit, Pa. Biar jenazah Bu Asih bisa kita bawa pulang dan dimakamkan,” imbuhnya seraya menoleh ke arah dr. Hasan. dr. Hasan pun mengangguk paham dan segera keluar ruangan menuju ke arah di mana para penjaga administrasi bertugas. Di tengah-tengah perjalanan, langkah pria itu terhenti ketika seseorang memanggil namanya dari kejauhan. “dr. Hasan!” Seorang pemuda berjas putih setengah berlari menghampir
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Perubahan Dimulai

“Cahaya mau kan ngelanjutin sekolah?” tanya Bu Salma dengan memasang wajah penuh harap. “Kalau mau, nanti Papa akan daftarin sekolah kedokteran. Papa dan Mama pengen banget Cahaya jadi dokter sukses seperti Papa.”Medengar rencana sang ayah dan ibu untuk kakak perempuan mereka, Satrio dan Satria langsung menyahut, “Iya, Mbak. Kami setuju. Nanti kami pasti akan jaga Mbak Cahaya kalau ada yang macem-macem!” Ucapan dua adik kembarnya yang peredaaan usia di antara mereka hanya tertaut beberapa tahun itu mampu membuat Cahaya tersenyum bahagia. “ Memangnya kalian sudah semester berapa?” “Masih lama lulusnya, Mbak. seiktar dua tahunan lagi. Jadi ... kami bisa tiap hari jagain Mbak Cahaya nanti. Pokoknya, Mbak Cahaya nggak perlu sedih dan takut sendirian.” “Seneng banget yang punya kakak perempuan.” dr. Hasan menyahut menggoda dua putra kembarnya yang sedang antusias mengajak ngobrol Cahaya. “Ya iyalah, Pa. Kami beneran nggak nyangka ternyata selama ini kami punya kakak perempuan. Pasti
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Hari Pertama Kuliah

Malam berlalu dan hari pun berganti. Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, pagi-pagi sekali Cahaya bersama dua adik laki-lakinya berangkat menuju kampus. Satria duduk di kursi pengemudi mobil mewah berwarna merah itu, sementara Satrio memilih duduk di kursi belakang dan mempersilakan kakak perempuannya untuk duduk di kursi depan, tepat di samping kursi pengemudi. “Mbak, Mbak tenang aja, ya. Nanti sampai kampus kami bakalan kasih tahu kelasnya. Terus, kalau ada yang macem-macem sama Mbak, Mbak tinggal telepon kami aja,” ucap Satria seraya menoleh ke arah Cahaya. “Memangnya siapa yang mau macam-macam sama gadis jelek kayak Mbak ini, Dek. Nggak mungkin ada.” Cahaya menjawab dengan ekspresi mencebik.“Kata siapa Mbak Cahaya jelek? Cantik, kok.” Satria tersenyum menggoda kakaknya. Satrio yang duduk di kursi belakang pun ikut berkomentar. “Emangnya siapa yang ngomong Mbak Cahaya jelek? Sini, Mbak kasih tahu aja sama kita. Kita bakalan bikin perhitungan sama dia!” Ucapan Satria dan
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Pergi ke Klinik Kecantikan

Pukul 19.00, waktu di mana janji temu Bu Salma dengan dokter sekaligus pemilik klinik kecantikan yang bernama Dokter Rossa sebentar lagi akan tiba. Setelah salat Magrib, Bu Salma mendatangi kamar Cahaya untuk memanggilnya agar mereka bisa segera berangkat. Berharap putrinya sudah siap, tetapi kenyataannya adalah Cahaya masih tertidur pulas dengan lampu kamar yang masih gelap semua. “Sayang, kamu masih tidur?” tanya Bu Salma sambil berjalan menuju sakelar lampu dan seketika ruang kamar bernuansa pastel itu berubah terang. Kemudian wanita itu mendekati putrinya yang terlihat mengerjapkan mata. “Ah, Mama ....” Cahaya terbangun dan segera berganti posisi menjadi duduk. Di kamar yang luas dan di atas ranjang busa tebal yang sangat empuk. Dalam sekejap, Cahaya yang semula hanya gadis desa yang hidup dengan penuh kesederhanaan, kini menjelma seperti putri kerajaan yang tinggal di negeri dongeng. “Capek banget kayaknya ya ... jadi ketiduran sampe malam,” balas Bu Salma seraya tersenyum.
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Berlatih Menyetir Mobil

“Masuklah! Gue antar lu pulang!” ucap Raka dengan wajah datar, tetapi terlihat sangat tulus. Dia tidak tega melihat teman satu kelasnya dari tadi berdiri sendiri sambil celingukan menunggu taxi.“Eh, Raka .... Enggak, enggak perlu. Aya nunggu taxi aja. Paling bentar lagi juga lewat.” Cahaya menolak tawaran Raka dengan halus. “Yakin enggak mau?” “Iya, enggak usah. Aya takut nanti malah ngerepotin kamu,” balas Cahaya lagi. Mendapat penolakan dari niat baiknya, Raka meniup napas cepat. “Oh, ya udah kalau enggak mau.” Tanpa menunggu jawaban dari Cahaya lagi, pemuda itu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan Cahaya yang masih berdiri di pinggir jalan.Lama Cahaya menunggu dan akhirnya taxi pun datang. Sore ini Cahaya datang lebih lambat dari hari biasanya membuat Bu Salma sangat khawatir karena ketiga anaknya tak kunjung pulang dan ketiga-tiganya tidak bisa dihubungi. Handphone Satria dan Satrio memang sengaja dimatikan karena perintah dari dosen, sementara itu
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Harus Move On!

“Cahaya, kita nggak perlu bertegur sapa lagi sama mereka. Apa kamu lupa bagaimana mereka merendahkanmu dan memperlakukanmu seperti babu?” Bu Salma menarik lengan Cahaya agar segera menjauh dari Adam dan ibunya.“Tapi, Ma ... gimanapun Aya pernah tinggal bersama mereka. Aya Cuma pengen menyapa mereka sebentar aja,” balas Cahaya dengan wajah tidak nyaman. Berharap sang ibu memahami apa yang ada di benaknya saat ini. Entah terbuat dari apa hati Cahaya yang pernah disakiti oleh dua orang itu dengan sedemikian rupa, tetapi dia sudah melupakan semuanya dan malah penasaran tentang kehidupan mantan suami dan mertuanya itu.“Tidak! Pokoknya Mama nggak rela kamu bertemu dengan mereka lagi!” Begitu sakit hati Bu Salma pada keluarga mantan suami putrinya, sehingga membuatnya bersikeras melarang Cahaya untuk menyapa mereka. Dan pada akhirnya Cahaya menuruti keinginan sang ibu. Dia dan ibunya kembali melanjutkan langkah menuju ke toko pakaian yang terletak di lantai atas. Toko pakaian ini adalah m
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

Ketahuan Belangnya

BAB 30Ketahuan Belangnya“Mana menantu cantiknya kok nggak diajak, Bu? Pasti Bu Lastri suruh dia bersih-bersih rumah, ‘kan?” Bu Salma sengaja menyindir mantan mertua putrinya dengan memasang ekspresi menggoda.“Maksud Bu Salma apa ya?!” Bu Lastri berlagak bod oh.“Ah, Bu Lastri ini, nggak usah pura-pura polos gitu, Bu. Saya tahu semua yang Bu Lastri lakukan kepada Cahaya selama gadis itu tinggal di rumah Ibu dulu. Ibu menjadikan Cahaya pembantu gratisan kan? Bahkan, saya juga tahu kalau sebenarnya Adam menikahi Nadia, mantu Ibu yang cantik itu lama sebelum dia menceraikan Cahaya. Artinya, Adam berselingkuh dari Cahaya!” Mendengar ucapan dari Bu Salma, tiba-tiba wajah Bu Lastri memerah seperti kepiting rebus. “Ah, enggak kok! Enggak gitu! Jangan bicara sembarangan ya, Bu! Saya nggak pernah nyuruh Cahaya ngelakuin pekerjaan rumah. Semua dia lakukan dengan senang hati karena dia ingin.” Sebisa mungkin wanita itu mengelak.Akan tetapi, Bu Salma semakin bersemangat membalikkan keadaan .
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status