Home / Romansa / Pembalasan sang Istri Tertindas / Chapter 471 - Chapter 480

All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 471 - Chapter 480

516 Chapters

Bab 471

"Kalau aku patuh, semua orang menindasku. Aku melawan, kalian malah menganggapku terlalu keras kepala! Aku juga manusia! Aku ini manusia!"Otot di leher Janice menegang, wajahnya yang pucat kini bersemu merah. Dadanya naik turun dengan cepat, tatapannya penuh kebencian saat menatap pria di hadapannya.Namun, Jason .... Dia tetap tenang seperti lautan yang dalam, dingin, dan tak terjamah. Seolah-olah, waktu telah berhenti di momen ini. Semua penderitaan dan perjuangan Janice, tidak terlihat oleh Jason sama sekali.Jason mengangkat dagu Janice dengan ringan. Tatapan matanya sedikit bergetar, tetapi hanya berkilat dalam sekejap. Semua itu berlangsung terlalu cepat hingga terasa seperti ilusi.Kemudian, dengan suara yang rendah dan dingin, dia berkata, "Janice, kalau kamu milikku, kenapa aku harus melepaskanmu?"Napasnya yang panas dan menekan jatuh di wajah Janice.Janice berusaha untuk menghindar, tetapi pria itu memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. Di balik warna matanya yang h
Read more

Bab 472

Mendengar jawaban Jason, Arya tersentak. Dia melempar tisu basah yang ada di tangannya ke meja dengan marah. "Kalau mau wanita, kamu bisa cari siapa pun yang bersedia menemanimu! Tapi dia ....""Dia sudah setuju," jawab Jason dengan nada datar.Arya terdiam, lalu langsung menghubungkan semuanya dengan keadaan Ivy yang sedang dirawat di rumah sakit. Tanpa perlu berpikir panjang, dia tahu bagaimana Janice bisa sampai "bersedia"."Kamu gila? Kenapa harus dia?""Harus dia.""Jason! Jangan begini! Aku tahu, yang sebenarnya kamu takutkan adalah kalau Janice mengetahui semua kebenarannya, dia akan memilih untuk melawan Pak Anwar sampai mati, bukan?"Jason tetap diam dan hanya mengisap rokoknya tanpa menjawab."Apa kamu sadar ...." Arya hampir saja mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia ungkapkan. Namun, dia tiba-tiba mengingat peringatan dari seseorang."Dengan kondisinya ini, kecuali dia mau bicara sendiri. Kalau kamu yang mengungkapnya, itu cuma bakal jadi pisau yang menghunus dirinya
Read more

Bab 473

Rachel mengulurkan tangan untuk mengambil mantel yang dibawa Jason di lengannya, tetapi pria itu menghindarinya dengan halus. "Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu tidur saja dulu."Tangan Rachel terhenti di udara. Dia mengangkat wajah dan menatap Jason. "Kita nggak ... tidur sama-sama?"Jason menggantung mantelnya tanpa ekspresi. "Ada urusan. Kamu tidur duluan."Setelah berkata demikian, dia berjalan menuju ruang kerjanya.Rachel mengeratkan jemarinya, saling menggenggam satu sama lain, lalu menggigit bibirnya. "Jason ... apa ada yang salah denganku?"Jason berhenti sejenak, suaranya tetap datar. "Jangan terlalu banyak berpikir.""Kamu bilang hal yang sama terakhir kali." Rachel tidak bisa lagi menahan diri. "Tapi kenapa kamu selalu pulang larut malam? Dan setiap kali pulang, kamu selalu membawa luka. Ke mana kamu pergi sebenarnya?"Jason tiba-tiba berhenti. Matanya yang hitam pekat menatap Rachel dengan tajam. Dia baru saja ingin mengatakan sesuatu, tetapi Rachel sudah mengangkat tang
Read more

Bab 474

Jason melirik pria yang tergeletak di lantai dengan tatapan meremehkan. "Mengangkatnya masuk, lalu mengeluarkannya lagi. Sepertinya kamu benar-benar berusaha."Saat dia berbicara, Norman menyerahkan beberapa lembar foto. Foto-foto itu menunjukkan pria tersebut sedang bersusah payah membawa kotak kosong. Bagian bawah kotak itu lebih tebal dibandingkan kotak buah lainnya. Jelas sekali, kotak itu sudah dimodifikasi.Anwar masih ingin membantah, tetapi foto berikutnya muncul. Dalam foto itu, pria tersebut terlihat menjual produk perawatan kulit di sebuah toko. Dia bahkan terlalu malas untuk melepas stiker merah bertuliskan nama pasangan yang bertunangan dari kemasannya.Tatapan Jason menjadi semakin gelap, tetapi ekspresinya tetap tak tergoyahkan. "Sebagai tambahan, dia juga mencuri lima gelang asli untuk melunasi utangnya."Bam!Anwar membanting meja dengan keras. "Jason!"Jason hanya merapikan jasnya dengan tenang dan bangkit berdiri. "Ayah yang memutuskan bagaimana menanganinya. Bagaima
Read more

Bab 475

"Hmm." Janice duduk, membuka kotak makanan, dan mulai makan.Satu mangkuk, dua mangkuk, tiga mangkuk ....Tiba-tiba, Jason menahan tangannya dan menatapnya dengan tatapan yang rumit. "Jangan makan lagi."Janice tersenyum kecil. "Baik." Dia menyeka mulutnya, lalu menopang kedua tangannya di meja seperti robot yang menunggu perintah berikutnya.Jason melihatnya, lalu menyeringai tipis. "Apa gunanya kamu begini? Kalaupun kamu bersikap seperti ini seumur hidupmu, aku tetap bisa membuatmu tetap tinggal."Sambil berbicara, dia mengangkat tangannya dan mengusap remah makanan di dagu Janice. Namun, hanya dengan sedikit sentuhan itu, Janice langsung merasa mual."Ugh!" Dia buru-buru bangkit dan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.Suara muntahnya begitu keras hingga Norman yang berdiri di pintu masuk, bisa mendengarnya. Dia masuk dengan ekspresi cemas dan menatap Jason dengan khawatir."Pak Jason, ini ....""Nggak apa-apa, dia akan terbiasa," jawab Jason dengan dingin.Norman
Read more

Bab 476

Sudut bibir Arya berkedut karena ucapan Norman. Dia mempercepat langkah menuju sumber suara.Di sana, Janice sedang mengarahkan Jason yang mengenakan jas, untuk menggali lubang dan menanam benih.Begitu melihat Arya, Janice melambaikan tangan sambil tersenyum, "Dokter Arya, kamu datang."Jason masih menggenggam sekop dengan celana panjangnya yang tertempel tanah. Terlihat agak ... aneh. Meskipun demikian, tetap tidak mengurangi wibawanya.Ekspresinya agak masam. "Yaya, simpan ponselmu. Kalau kamu berani mengambil satu foto saja, jangan harap bisa keluar dari sini hidup-hidup."Arya menyeringai, buru-buru menyimpan ponselnya. Kemudian, dia teringat pada luka Jason dan segera mengingatkan, "Jangan terlalu capek, lukamu ...."Tatapan Jason langsung berubah tajam. Arya segera mengubah kalimatnya, "Maksudku, Janice baru keracunan gas kemarin. Dia nggak boleh terlalu capek."Di samping, Janice tidak menyadari interaksi itu. Dia menepuk tanah di bajunya. "Aku baik-baik saja.""Lebih baik dipe
Read more

Bab 477

"Hm.""Begini ... hah? Kamu langsung setuju? Sejak kapan kamu jadi begitu mudah diajak bicara?" Padahal, Arya sudah menyiapkan banyak alasan untuk membujuk.Jason berkata dengan suara rendah, "Jangan banyak bicara. Apa lagi?"Dalam sekejap, Arya mengenakan sarung tangan dan berkata serius, "Cepat berbaring, aku akan mengganti perbanmu."Jason tidak bertele-tele, langsung berbaring. Arya mengganti perbannya dengan cekatan, lalu mengingatkan, "Jangan bertindak sembrono lagi. Kalau nggak, lukamu bisa robek lagi.""Hm." Jason duduk, hanya mengancing tiga kancing bajunya. Kerah yang sedikit terbuka memperlihatkan sebagian dadanya. Meskipun terluka, ototnya masih menunjukkan kesan kuat.Dia menyalakan sebatang rokok. Asap putih mengepul dari mulutnya, suaranya terdengar agak samar. "Dia benaran baik-baik saja?""Ya." Gerakan Arya yang melepas sarung tangan terhenti sejenak. Dia mengalihkan pembicaraan, "Kamu masih nggak mau pergi melihatnya?"Jason mematikan rokoknya, lalu melangkah keluar d
Read more

Bab 478

Ternyata dugaan mereka meleset. Setelah Arya dan Norman menghabiskan setengah bungkus camilan sambil mengobrol, Janice dan Jason akhirnya membawa makanan ke meja.Setelah menunggu sekian lama, yang tersaji hanyalah kentang tumis, telur orak-arik tomat, dan udang bawang putih. Beberapa udangnya bahkan gosong.Arya berdecak. "Aku rasa kalian sudah kenyang sebelum makan."Jason meletakkan sendoknya. "Pintu ada di sana. Silakan pergi, aku nggak akan mengantar.""Jangan dong, aku cuma bercanda." Arya buru-buru mengambil piringnya, lalu berucap, "Janice, terima kasih atas makanannya."Mungkin karena kehadiran Arya, rumah ini terasa tidak terlalu dingin bagi Janice. Dia tersenyum ringan. "Makanlah."Di tengah makan, Janice mengambil ponselnya. "Ibuku bilang pencuri itu sudah ditemukan. Dia juga sudah keluar dari rumah sakit. Katanya tinggal tiga hari sebelum tahun baru, dia ingin aku pulang untuk menemuinya. Kebetulan aku juga ada kerjaan yang harus diselesaikan.""Kerjaan apa?" tanya Arya de
Read more

Bab 479

Namun, saat tersenyum, pandangannya perlahan menjadi kabur. Tak disangka, Jason masih mengingatnya.Dalam ingatannya, setiap tahun baru, Jason selalu menjadi orang pertama yang memberinya angpau.Di hari-hari saat Janice masih diam-diam menyukainya, inilah saat yang paling dia nantikan. Karena hari itu, dia bisa berbicara banyak dengan Jason, membuatnya merasa dirinya adalah orang yang istimewa.Namun, semua akan berakhir hari ini. Janice menggenggam angpau itu dan menunduk. Air matanya jatuh, membasahi amplop merah di tangannya.Dia menutup mulutnya rapat-rapat, takut Jason mendengar isak tangisnya. Satu jam kemudian, dia sudah mengenakan pakaian dan perhiasan yang diberikan Jason.Mantel panjang berkerah yang berwarna merah dengan ikat pinggang panjang yang menjuntai di sisi, tampak anggun sekaligus meriah. Kalung mutiara yang dipakai pun menambahkan kesan klasik.Saat Jason turun dari lantai atas, Janice kebetulan sedang meletakkan sarapan di atas meja."Aku baru saja mau memanggilm
Read more

Bab 480

Janice berjalan masuk bersama Ivy. Di sepanjang jalan, mereka bertemu dengan banyak anggota Keluarga Karim. Ivy menyapa mereka satu per satu, tetapi orang-orang itu hanya menanggapi dengan dingin, bahkan lebih dingin daripada sebelumnya.Janice mengernyit. "Bu, bukankah masalah kotak seserahan pertunangan sudah diselesaikan? Mereka masih menyulitkanmu?""Nggak kok, aku cuma menolak mengurus urusan rumah tangga." Ivy tersenyum getir."Kenapa? Bukankah selama ini Ibu ingin menunjukkan kemampuan?" Janice terkejut."Janice, aku yang telah menyeretmu ke dalam masalah karena pertunangan ini. Tapi, sekarang aku sudah bisa menerimanya. Bagaimanapun, dengan status Rachel, cepat atau lambat dia akan mengurus rumah ini. Dia sangat baik, jadi nggak akan menyulitkanku."Ivy memiliki penilaian yang sangat baik terhadap Rachel. Namun, kata-kata itu terasa seperti duri yang menusuk hati Janice. Sangat sakit hingga mati rasa, tetapi lukanya tidak terlihat. Bukan karena dia iri pada Rachel, tetapi karen
Read more
PREV
1
...
4647484950
...
52
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status