Share

Bab 472

Penulis: Danira Widia
Mendengar jawaban Jason, Arya tersentak. Dia melempar tisu basah yang ada di tangannya ke meja dengan marah. "Kalau mau wanita, kamu bisa cari siapa pun yang bersedia menemanimu! Tapi dia ...."

"Dia sudah setuju," jawab Jason dengan nada datar.

Arya terdiam, lalu langsung menghubungkan semuanya dengan keadaan Ivy yang sedang dirawat di rumah sakit. Tanpa perlu berpikir panjang, dia tahu bagaimana Janice bisa sampai "bersedia".

"Kamu gila? Kenapa harus dia?"

"Harus dia."

"Jason! Jangan begini! Aku tahu, yang sebenarnya kamu takutkan adalah kalau Janice mengetahui semua kebenarannya, dia akan memilih untuk melawan Pak Anwar sampai mati, bukan?"

Jason tetap diam dan hanya mengisap rokoknya tanpa menjawab.

"Apa kamu sadar ...." Arya hampir saja mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia ungkapkan. Namun, dia tiba-tiba mengingat peringatan dari seseorang.

"Dengan kondisinya ini, kecuali dia mau bicara sendiri. Kalau kamu yang mengungkapnya, itu cuma bakal jadi pisau yang menghunus dirinya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (22)
goodnovel comment avatar
Najwa Putri Aroeh
ini author kelihatannya tipe orang yang nggak mau denger pendapat para pembaca
goodnovel comment avatar
Endah Wati
nasibmu Janice jadi istri simpanan
goodnovel comment avatar
Imelda Prodia
thor awal saya baca suka banget sama ceritanya...jangan terlalu lama ya Janice nya dibuat menderita...dan tolong hukum Jason setimpal dengan rasa sakit Janice, baru buat mereka bersatu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 473

    Rachel mengulurkan tangan untuk mengambil mantel yang dibawa Jason di lengannya, tetapi pria itu menghindarinya dengan halus. "Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu tidur saja dulu."Tangan Rachel terhenti di udara. Dia mengangkat wajah dan menatap Jason. "Kita nggak ... tidur sama-sama?"Jason menggantung mantelnya tanpa ekspresi. "Ada urusan. Kamu tidur duluan."Setelah berkata demikian, dia berjalan menuju ruang kerjanya.Rachel mengeratkan jemarinya, saling menggenggam satu sama lain, lalu menggigit bibirnya. "Jason ... apa ada yang salah denganku?"Jason berhenti sejenak, suaranya tetap datar. "Jangan terlalu banyak berpikir.""Kamu bilang hal yang sama terakhir kali." Rachel tidak bisa lagi menahan diri. "Tapi kenapa kamu selalu pulang larut malam? Dan setiap kali pulang, kamu selalu membawa luka. Ke mana kamu pergi sebenarnya?"Jason tiba-tiba berhenti. Matanya yang hitam pekat menatap Rachel dengan tajam. Dia baru saja ingin mengatakan sesuatu, tetapi Rachel sudah mengangkat tang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 474

    Jason melirik pria yang tergeletak di lantai dengan tatapan meremehkan. "Mengangkatnya masuk, lalu mengeluarkannya lagi. Sepertinya kamu benar-benar berusaha."Saat dia berbicara, Norman menyerahkan beberapa lembar foto. Foto-foto itu menunjukkan pria tersebut sedang bersusah payah membawa kotak kosong. Bagian bawah kotak itu lebih tebal dibandingkan kotak buah lainnya. Jelas sekali, kotak itu sudah dimodifikasi.Anwar masih ingin membantah, tetapi foto berikutnya muncul. Dalam foto itu, pria tersebut terlihat menjual produk perawatan kulit di sebuah toko. Dia bahkan terlalu malas untuk melepas stiker merah bertuliskan nama pasangan yang bertunangan dari kemasannya.Tatapan Jason menjadi semakin gelap, tetapi ekspresinya tetap tak tergoyahkan. "Sebagai tambahan, dia juga mencuri lima gelang asli untuk melunasi utangnya."Bam!Anwar membanting meja dengan keras. "Jason!"Jason hanya merapikan jasnya dengan tenang dan bangkit berdiri. "Ayah yang memutuskan bagaimana menanganinya. Bagaima

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 475

    "Hmm." Janice duduk, membuka kotak makanan, dan mulai makan.Satu mangkuk, dua mangkuk, tiga mangkuk ....Tiba-tiba, Jason menahan tangannya dan menatapnya dengan tatapan yang rumit. "Jangan makan lagi."Janice tersenyum kecil. "Baik." Dia menyeka mulutnya, lalu menopang kedua tangannya di meja seperti robot yang menunggu perintah berikutnya.Jason melihatnya, lalu menyeringai tipis. "Apa gunanya kamu begini? Kalaupun kamu bersikap seperti ini seumur hidupmu, aku tetap bisa membuatmu tetap tinggal."Sambil berbicara, dia mengangkat tangannya dan mengusap remah makanan di dagu Janice. Namun, hanya dengan sedikit sentuhan itu, Janice langsung merasa mual."Ugh!" Dia buru-buru bangkit dan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.Suara muntahnya begitu keras hingga Norman yang berdiri di pintu masuk, bisa mendengarnya. Dia masuk dengan ekspresi cemas dan menatap Jason dengan khawatir."Pak Jason, ini ....""Nggak apa-apa, dia akan terbiasa," jawab Jason dengan dingin.Norman

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 476

    Sudut bibir Arya berkedut karena ucapan Norman. Dia mempercepat langkah menuju sumber suara.Di sana, Janice sedang mengarahkan Jason yang mengenakan jas, untuk menggali lubang dan menanam benih.Begitu melihat Arya, Janice melambaikan tangan sambil tersenyum, "Dokter Arya, kamu datang."Jason masih menggenggam sekop dengan celana panjangnya yang tertempel tanah. Terlihat agak ... aneh. Meskipun demikian, tetap tidak mengurangi wibawanya.Ekspresinya agak masam. "Yaya, simpan ponselmu. Kalau kamu berani mengambil satu foto saja, jangan harap bisa keluar dari sini hidup-hidup."Arya menyeringai, buru-buru menyimpan ponselnya. Kemudian, dia teringat pada luka Jason dan segera mengingatkan, "Jangan terlalu capek, lukamu ...."Tatapan Jason langsung berubah tajam. Arya segera mengubah kalimatnya, "Maksudku, Janice baru keracunan gas kemarin. Dia nggak boleh terlalu capek."Di samping, Janice tidak menyadari interaksi itu. Dia menepuk tanah di bajunya. "Aku baik-baik saja.""Lebih baik dipe

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 477

    "Hm.""Begini ... hah? Kamu langsung setuju? Sejak kapan kamu jadi begitu mudah diajak bicara?" Padahal, Arya sudah menyiapkan banyak alasan untuk membujuk.Jason berkata dengan suara rendah, "Jangan banyak bicara. Apa lagi?"Dalam sekejap, Arya mengenakan sarung tangan dan berkata serius, "Cepat berbaring, aku akan mengganti perbanmu."Jason tidak bertele-tele, langsung berbaring. Arya mengganti perbannya dengan cekatan, lalu mengingatkan, "Jangan bertindak sembrono lagi. Kalau nggak, lukamu bisa robek lagi.""Hm." Jason duduk, hanya mengancing tiga kancing bajunya. Kerah yang sedikit terbuka memperlihatkan sebagian dadanya. Meskipun terluka, ototnya masih menunjukkan kesan kuat.Dia menyalakan sebatang rokok. Asap putih mengepul dari mulutnya, suaranya terdengar agak samar. "Dia benaran baik-baik saja?""Ya." Gerakan Arya yang melepas sarung tangan terhenti sejenak. Dia mengalihkan pembicaraan, "Kamu masih nggak mau pergi melihatnya?"Jason mematikan rokoknya, lalu melangkah keluar d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 478

    Ternyata dugaan mereka meleset. Setelah Arya dan Norman menghabiskan setengah bungkus camilan sambil mengobrol, Janice dan Jason akhirnya membawa makanan ke meja.Setelah menunggu sekian lama, yang tersaji hanyalah kentang tumis, telur orak-arik tomat, dan udang bawang putih. Beberapa udangnya bahkan gosong.Arya berdecak. "Aku rasa kalian sudah kenyang sebelum makan."Jason meletakkan sendoknya. "Pintu ada di sana. Silakan pergi, aku nggak akan mengantar.""Jangan dong, aku cuma bercanda." Arya buru-buru mengambil piringnya, lalu berucap, "Janice, terima kasih atas makanannya."Mungkin karena kehadiran Arya, rumah ini terasa tidak terlalu dingin bagi Janice. Dia tersenyum ringan. "Makanlah."Di tengah makan, Janice mengambil ponselnya. "Ibuku bilang pencuri itu sudah ditemukan. Dia juga sudah keluar dari rumah sakit. Katanya tinggal tiga hari sebelum tahun baru, dia ingin aku pulang untuk menemuinya. Kebetulan aku juga ada kerjaan yang harus diselesaikan.""Kerjaan apa?" tanya Arya de

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 479

    Namun, saat tersenyum, pandangannya perlahan menjadi kabur. Tak disangka, Jason masih mengingatnya.Dalam ingatannya, setiap tahun baru, Jason selalu menjadi orang pertama yang memberinya angpau.Di hari-hari saat Janice masih diam-diam menyukainya, inilah saat yang paling dia nantikan. Karena hari itu, dia bisa berbicara banyak dengan Jason, membuatnya merasa dirinya adalah orang yang istimewa.Namun, semua akan berakhir hari ini. Janice menggenggam angpau itu dan menunduk. Air matanya jatuh, membasahi amplop merah di tangannya.Dia menutup mulutnya rapat-rapat, takut Jason mendengar isak tangisnya. Satu jam kemudian, dia sudah mengenakan pakaian dan perhiasan yang diberikan Jason.Mantel panjang berkerah yang berwarna merah dengan ikat pinggang panjang yang menjuntai di sisi, tampak anggun sekaligus meriah. Kalung mutiara yang dipakai pun menambahkan kesan klasik.Saat Jason turun dari lantai atas, Janice kebetulan sedang meletakkan sarapan di atas meja."Aku baru saja mau memanggilm

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 480

    Janice berjalan masuk bersama Ivy. Di sepanjang jalan, mereka bertemu dengan banyak anggota Keluarga Karim. Ivy menyapa mereka satu per satu, tetapi orang-orang itu hanya menanggapi dengan dingin, bahkan lebih dingin daripada sebelumnya.Janice mengernyit. "Bu, bukankah masalah kotak seserahan pertunangan sudah diselesaikan? Mereka masih menyulitkanmu?""Nggak kok, aku cuma menolak mengurus urusan rumah tangga." Ivy tersenyum getir."Kenapa? Bukankah selama ini Ibu ingin menunjukkan kemampuan?" Janice terkejut."Janice, aku yang telah menyeretmu ke dalam masalah karena pertunangan ini. Tapi, sekarang aku sudah bisa menerimanya. Bagaimanapun, dengan status Rachel, cepat atau lambat dia akan mengurus rumah ini. Dia sangat baik, jadi nggak akan menyulitkanku."Ivy memiliki penilaian yang sangat baik terhadap Rachel. Namun, kata-kata itu terasa seperti duri yang menusuk hati Janice. Sangat sakit hingga mati rasa, tetapi lukanya tidak terlihat. Bukan karena dia iri pada Rachel, tetapi karen

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 520

    Janice menatap punggung Jason yang menjauh. Tatapannya tiba-tiba menjadi dingin, meskipun ekspresinya tidak menunjukkan keterkejutan sedikit pun.Dia memandang langit yang kelabu, senyuman pahitnya terasa begitu hampa. Akhirnya, semua berjalan seperti yang dia duga.Di kehidupan sebelumnya, kecelakaan Ivy dan Zachary pasti berkaitan dengan kerja sama ini. Jason telah membohonginya.Dia bilang kecelakaan itu terjadi karena Ivy dan Zachary membantunya mencari bukti kejahatan Vania. Padahal, itu hanya cara untuk mengalihkan perhatiannya.Dengan demikian, dia tidak menyadari bahwa suami misterius yang dinikahi Elaine adalah Zachary, juga tidak memperhatikan bahwa Jason langsung menjalin kerja sama besar dengan Elaine setelah kecelakaan itu.Sebenarnya, semua tanda sudah ada sejak awal. Vania sama sekali tidak pernah menyebut soal kecelakaan itu di hadapannya.Dengan kepribadian Vania yang bermuka dua, jika dia tahu sesuatu sebesar ini, dia pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk menyak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 519

    Selesai makan, Janice berdiri dan bersiap pergi. Namun, Rachel tiba-tiba menggamit lengannya dengan akrab. "Janice, kenapa tiba-tiba mau menikah dengan Thiago? Aku kira kamu dan kakakku ....""Nggak, kamu sudah salah paham." Janice langsung memotong perkataannya, tidak ingin Rachel mengaitkan masalah ini dengan Landon.Rachel melirik ke sekeliling, lalu menarik Janice ke sudut ruangan. "Janice, meskipun Thiago bukan pria yang buruk, menurutku ibunya kurang baik. Saat menikah, kamu bukan hanya menikahi pria itu, tapi juga keluarganya.""Pikirkan baik-baik. Setidaknya cari seseorang seperti kakakku atau Jason. Kamu juga nggak kalah dari mereka kok."Mendengar itu, hati Janice terasa semakin getir. Kadang, dia berharap Rachel bisa menyombongkan diri dengan bangga, sehingga Janice bisa menemukan alasan untuk menjauh darinya atau bahkan membencinya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Seorang anak yang tumbuh dalam kasih sayang, meskipun tidak sempurna, tetap akan ada orang yang memujiny

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 518

    Saat Janice kembali ke meja makan, matanya merah dan bengkak. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu bahwa dia baru saja menangis.Rachel segera meletakkan sendoknya dan menyerahkan selembar tisu. "Janice, ada apa?"Janice menggenggam tisu itu, lalu berkata dengan menahan diri, "Nggak apa-apa, sabun cuci tangan terciprat ke mataku tadi."Mendengar itu, Elaine melirik mata Janice yang memerah dan bengkak, lalu tersenyum sinis. Sambil menyeruput supnya, dia melirik Penny dengan penuh arti.Penny meletakkan sendoknya, lalu merapikan mantel bulu di bahunya. Dia menatap Janice dengan ekspresi penuh belas kasih. "Janice, kami sudah berdiskusi dengan Jason dan yang lainnya. Minggu depan kalian akan menikah. Nggak perlu acara yang terlalu mewah."Janice mengangkat matanya perlahan, lalu menatap Jason dengan dingin. "Nggak perlu kasih tahu aku.""Bagus kalau kamu mengerti. Seorang wanita harus mengikuti dan mematuhi suaminya. Wanita zaman sekarang terlalu dimanjakan, seharusnya diajari untuk patu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 517

    Rupanya begitu. Bulu mata tebalnya menutupi kilatan di matanya, lalu dia menyahut dengan suara dingin, "Aku nggak suka."Akhirnya, Rachel memesan ronde. Thiago sudah tiga kali mendesak, barulah pelayan mengutamakan untuk mengantarkan pesanan mereka.Rachel membagikan ronde itu kepada semua orang, kecuali Janice. Setelah mencicipi sesendok, dia mendekat ke Jason dan berkata, "Nggak seenak yang kamu beli.""Hm." Jason hanya menanggapi dengan datar.Janice tetap terlihat tenang, tetapi Penny yang duduk di seberang tampak kurang puas. "Janice, kamu harus makan lebih banyak daging. Kalau nggak, gimana bisa melahirkan nanti? Nih, ini potongan yang berlemak. Aku ambilkan untukmu. Jangan bilang keluarga kami nggak memperlakukanmu dengan baik."Janice mengernyit. "Nggak perlu."Namun, Penny sama sekali tidak mendengarkannya. Dia langsung mengambil sepotong besar daging berlemak dan berminyak, lalu menaruhnya ke piring Janice.Thiago meliriknya dari samping. "Dengar kata ibuku."Janice menggigit

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 516

    Mendengar suara itu, Thiago segera melepaskan tangan Janice, lalu merapikan jasnya sebelum bangkit dengan senyuman ramah. "Bu Rachel, sudah lama nggak bertemu.""Thiago?" Rachel terlihat agak terkejut.Kemudian, dia sedikit memiringkan tubuhnya untuk memperkenalkan kepada orang di belakangnya, "Saat aku menjalani perawatan di luar negeri, Thiago juga dirawat di rumah sakit karena cedera. Kami menjadi teman. Tak disangka, kami bertemu lagi."Saat itulah, Janice baru menyadari bahwa Rachel tidak datang sendirian. Jason dan Elaine juga ada di sana.Dia perlahan mengangkat pandangannya, tepat bertemu dengan tatapan Jason, seperti menatap ke dalam jurang yang dalam dan tak berujung.Wajah Jason tetap tanpa ekspresi, tetapi aura dinginnya membuat orang merasa seolah-olah jatuh ke dalam gua es.Thiago dan Penny juga melihat Jason. Mereka buru-buru mengangguk memberi salam. "Pak Jason.""Hm." Jason hanya merespons dengan suara dingin, tanpa menunjukkan emosi.Janice mengangguk ringan sebagai b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 515

    Meskipun tidak sebanding dengan Keluarga Karim, Keluarga Tandiono cukup terkenal di bidang pelayaran. Hanya saja, Keluarga Tandiono telah lama menetap di luar negeri dan tidak memiliki hubungan bisnis dengan Elaine.Jika Elaine begitu meremehkannya, lalu kenapa dia memperkenalkan keluarga seperti ini padanya?Penny mendongak saat mendengar suara Janice, menatapnya dari atas hingga bawah dengan teliti. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali, seolah-olah sedang menilai barang dagangan.Beberapa saat kemudian, dia berdecak pelan. "Wajahnya lumayan, tapi terlalu kurus. Thiago adalah satu-satunya penerus keluarga kami di generasi keempat. Kamu bisa melahirkan anak laki-laki nggak?"Mendengar itu, Janice melirik Thiago. Tatapan pria itu tetap aneh. Bukan seperti pria yang sedang menilai wanita, tetapi jelas dia sedang mengamati dirinya dari ujung kepala hingga kaki. Ada perasaan tidak nyaman yang mendalam, membuatnya sulit ditebak.Jika Penny tidak menyukainya, Janice punya alasan untuk Ela

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 514

    Begitu Norman selesai bicara, Jason membuka pintu dan keluar.Ketiga orang itu berpandangan.Arya merasa lucu. "Kamu diusir?"Jason mengernyit. "Dia mau tidur."Arya menahan tawa. Siapa yang akan percaya alasan buruk seperti itu?Jason meliriknya. "Awasi dia, jangan biarkan dia berbuat macam-macam."Mendengar itu, Arya langsung paham bahwa Jason sudah mengetahui sebagian besar situasinya. Namun, soal Ivy, dia pasti belum tahu.Arya ragu sejenak sebelum bertanya, "Gimana kalau orang lain yang macam-macam?"Tatapan Jason sontak menjadi dingin. "Grup Karim dan Grup Hartono akan segera bekerja sama. Nggak boleh terjadi kesalahan."Arya terdiam, hanya mengangguk tanpa berkata lagi. Kadang, dia mengagumi ketenangan Jason. Kadang, dia juga merasa prihatin dengan sikap dinginnya.Mungkin Janice benar. Jason memang ditakdirkan menjadi raja yang berkuasa, sedangkan cinta hanyalah hiasan yang tidak penting.Pada saat itu, Arya merasa bersyukur karena Janice bisa melepaskan diri lebih cepat. Jadi,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 513

    Janice mencium aroma manis itu. Tiba-tiba, tatapannya menjadi serius dan perasaan yang sulit diungkapkan muncul di hatinya.Di depan, pria dingin dan angkuh itu berdiri di bawah cahaya lampu dengan tatapan membara yang tertuju padanya.Janice mengalihkan pandangannya, ekspresinya tetap sedingin tadi. "Aku nggak suka. Kalian bawa pulang saja."Norman melirik Jason dengan ragu. Jason maju, mengambil termos makanan dari tangan Norman, lalu duduk di tepi tempat tidur.Dengan jari yang panjang, dia mengaduk isi termos dengan sendok kecil, lalu menyodorkannya ke mulut Janice."Makan.""Nggak mau.""Aku bisa menyuapimu, tapi tanpa sendok." Jason mengucapkan kalimat tak tahu malu itu dengan wajah datar."Kamu ....""Aku nggak tahu malu," sela Jason.Janice menggertakkan giginya, merebut sendok itu, dan menunduk untuk makan. Meskipun tidak ingin mengakuinya, koki Keluarga Karim memang setara dengan koki bintang lima. Ronde ini sederhana, tapi sangat autentik.Manisnya pas di lidahnya, dengan ar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 512

    Punggung tangan Janice tersentuh sesuatu yang panas. Dia refleks menariknya, tetapi genggaman pria itu justru semakin erat. Cengkeramannya seolah-olah ingin menghancurkannya.Janice mengernyit, berusaha melepaskan diri. Ketika dia ingin bicara, matanya tertuju pada perban di tangan Jason.Dia tertegun sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan langsung bertemu dengan tatapan hitam pekat pria itu. Cahaya lampu yang hangat jatuh di sudut mata Jason, tetapi tak sedikit pun melembutkan ekspresinya.Janice menatapnya lekat-lekat, "Jason, ada urusan lain? Kalau Keluarga Karim merasa aku harus menerima sisa sembilan cambukan itu, aku bisa kembali sekarang, asalkan aku bisa terlepas dari keluarga ini.""Kamu harus bicara seperti itu padaku?" Jason menatapnya, suara dinginnya mengandung emosi yang sulit ditebak.Janice tertawa sinis. "Memangnya kita sedekat itu?" Dia menghindari tatapan Jason dengan dingin, ingin menjauh darinya.Melihat Janice yang begitu dingin dan menghindarinya, emosi Jason yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status