Semua Bab Pembalasan sang Istri Tertindas: Bab 101 - Bab 110

320 Bab

Bab 101

Janice tidak percaya bahwa Jason akan bertindak seberani itu di depan Keluarga Karim, apalagi di hadapan Joshua. Dia sama sekali tidak memedulikan ucapan Jason dan terus berusaha diam-diam melepaskan diri dari cengkeramannya.Saat mengangkat kepala, pandangannya bertemu dengan mata Jason yang kelam dan penuh dengan aura mengancam. Semakin lama, mata itu semakin dekat. Baru saat itulah, Janice sadar bahwa Jason tidak memedulikan kehadiran Joshua yang sedang menyaksikan mereka dari seberang.Janice akhirnya merasa panik. Dia mengangkat tangan untuk menahan tubuh Jason yang semakin dekat dan mengangguk sebagai tanda setuju untuk pergi bersamanya. Jason akhirnya berhenti. Dia mengangkat tangan dan mengambil daun yang menempel di rambut Janice.Dengan nada dingin seperti biasanya, dia berkata, "Ada sesuatu."Baru saat itu Janice sadar dirinya telah dikelabui. Dia mengerutkan hidung dengan kesal, tetapi tidak punya pilihan selain menerima kenyataan itu. Dia menoleh ke arah Joshua dan berkata
Baca selengkapnya

Bab 102

Entah sejak kapan, Jason ternyata sudah melepaskan sepatu dan kaus kaki Janice."Paman, kamu ngapain? Ini membuatku nggak nyaman!" seru Janice, mencoba menarik kembali kakinya. Namun, Jason tidak merasa terganggu sedikit pun dan memegang telapak kaki Janice.Telapak tangan Jason terasa hangat. Meskipun tidak ingin mengakuinya, tubuh Janice bereaksi dengan jujur. Kehangatan itu terasa begitu nyaman, bahkan hingga membuat jari-jari kakinya bergerak tanpa sadar.Jason memegang kaki Janice. Ujung jarinya menggosok kulit di punggung kaki Janice dengan sedikit tekanan hingga menciptakan sensasi campuran antara sakit dan geli."Nggak nyaman?" tanya Jason dengan nada menggoda.Janice hanya menggigit bibirnya, tidak mengatakan apa pun. Jason kemudian mengambil semprotan dari kotak P3K, lalu menyemprotkannya ke pergelangan kaki Janice yang mulai memerah dan menempelkan salep di atasnya.Janice hanya bisa menatapnya diam-diam karena tidak mengerti mengapa dia melakukan semua ini. Tiba-tiba, sebua
Baca selengkapnya

Bab 103

Janice langsung tahu bahwa Jason pasti sedang membalas dendam karena Janice pernah menggigitnya sebelumnya. Dia memilih untuk menutup mata, siap menerima rasa sakit dan kemungkinan darah yang akan mengalir.Namun, rasa sakit itu hanya sesaat. Gigi Jason di lehernya memberi tekanan ringan dan berat secara bergantian, seperti sedang mempermainkannya. Tubuh Janice sedikit bergetar dan bibir Jason yang ada di lehernya pun berubah gerakan dan menggesek kulitnya perlahan.Detik berikutnya, Janice mendapati dirinya diangkat dan didudukkan di atas meja kecil. Dia mencoba melarikan diri, tetapi Jason mengurungnya di antara lengannya. Jason bergerak mendekat. Saking dekatnya, hanya dengan sedikit gerakan dari bibirnya, mereka akan bersentuhan.Janice mundur, tetapi Jason mengangkat tangannya untuk menahan kepala Janice dan menariknya kembali. Sentuhan samar yang nyaris tak terasa itu membuat atmosfer menjadi semakin panas."Ulangi," Jason berbisik rendah.Janice tetap diam dan bibirnya terkatup
Baca selengkapnya

Bab 104

Norman menyadari wajah Janice yang pucat pasi dan dengan cemas memanggil, "Bu Janice ...."Janice hanya tersenyum dingin, "Paman Jason benar-benar bekerja keras.""Bu Janice, sebenarnya ...." Norman mencoba menjelaskan, tetapi Janice sudah berjalan pergi meninggalkannya yang hanya bisa menghela napas sambil mengerutkan alis.Setelah kembali ke kamarnya, Janice langsung menuju kamar mandi. Begitu melihat bayangannya di cermin, dia terkejut melihat tanda merah yang jelas di lehernya. Tanda gigi itu sangat samar, tetapi area yang memerah itu tampak intim. Siapa pun yang melihatnya pasti akan tahu apa yang terjadi.Janice mencoba mencucinya berkali-kali. Namun, semakin lama dia mencuci, semakin merah pula area tersebut. Akhirnya, dia menyerah.Besok dia harus pergi ke studio Amanda untuk melapor. Tampaknya dia hanya bisa menutupi tanda itu dengan alas bedak. Saat sedang berpikir bagaimana cara meminjam alas bedak dari Ivy, tiba-tiba Ivy muncul di depan pintunya."Janice? Kamu sudah pulang?
Baca selengkapnya

Bab 105

Mendengar suara itu, Janice berbalik dan melihat seorang wanita mengenakan setelan hitam yang rapi berhenti tepat di depannya."Masih ingat aku? Aku Herisa." Pemenang peringkat ketiga dalam lomba.Janice mengangguk sopan. "Ingat. Hai."Herisa merapikan setelannya sambil menyisir rambutnya dengan lembut. "Terima kasih atas pengorbananmu waktu itu.""Nggak masalah. Sebentar lagi telat, ayo kita naik dulu. Nanti kita bisa ngobrol lebih banyak," kata Janice sambil melirik jam tangannya. Dia tidak ingin datang terlambat. Ini adalah hari pertama magangnya, setidaknya dia harus tiba 10 menit lebih awal untuk membiasakan diri."Baik," jawab Herisa sambil mengikuti langkah Janice. Dengan antusias, dia berkata, "Janice, sebenarnya aku pikir karyamu lebih pantas dapatin juara pertama."Janice berhenti sejenak dan memotong pembicaraan dengan lembut, "Herisa, simpan pendapat itu untuk dirimu sendiri. Jangan pernah mengatakannya lagi."Vania bukanlah orang yang terlihat tenang seperti yang dia tunju
Baca selengkapnya

Bab 106

Saat mereka masuk ke kantor, Bella bertepuk tangan untuk menarik perhatian semua orang dan berkata, "Ini adalah karyawan magang yang baru. Bu Vania yang sudah dinobatkan sama Bu Amanda sebagai juara pertama. Selebihnya, aku rasa nggak perlu diperkenalkan lagi."Nada bicara Bella yang penuh makna segera ditangkap oleh semua orang di ruangan itu. Mereka langsung berbaris untuk menyapa Vania dengan ramah. Sementara itu, Janice dan Herisa bahkan tidak ditanya namanya.Vania melirik sekilas ke arah Janice, lalu memulai aksinya.Dia melangkah ke tengah antara Janice dan Herisa sambil menggandeng lengan mereka berdua dengan senyuman lembut dan berkata, "Mereka berdua adalah teman-temanku, Janice dan Herisa. Mohon bimbingannya untuk mereka ke depannya."Janice sempat tertegun. Jelas sekali Vania mendengar percakapan mereka di depan lift dan sekarang mencari kesempatan untuk membalas.Vania sengaja menggunakan mereka berdua untuk memamerkan sikapnya yang murah hati, sekaligus merendahkan kebera
Baca selengkapnya

Bab 107

Janice sudah pernah mengalami kekejaman Vania di kehidupan sebelumnya. Vania sangat ahli dalam memerankan dua kepribadian dengan sangat sempurna. Di masa lalu, Janice akan melakukan segalanya untuk menjelaskan diri. Namun sekarang, dia menyadari bahwa menghadapi Vania tidak perlu repot-repot.Gila-gilaan saja sudah cukup.Janice meletakkan ponselnya, lalu mengambil teko kopi yang masih panas, dan berbalik dengan cepat."Mulutmu busuk sekali, belum cukup kena air panas ya? Bu Vania mau coba gimana rasanya disiksa orang gila di sini?""Aku cuma kehilangan gaji. Tapi kamu? Kamu bakal kehilangan harga diri, kehormatan keluargamu, dan harga diri Jason. Kamu berani mengambil risiko itu?"Seperti yang diduga, begitu melihat teko kopi, otot di wajah Vania refleks menegang. Bahkan, riasannya yang tebal tampak hampir retak.Dia segera mundur dua langkah dan tatapannya berubah tajam. "Janice, jangan terlalu percaya diri! Kamu pikir kamu bisa menang? Pada akhirnya, Jason tetap berpihak padaku. Sem
Baca selengkapnya

Bab 108

Herisa terlihat cemas, lalu berbisik, "Ini ... ini nggak apa-apa? Bukannya anggur Pak Jason sangat mahal?"Vania tersenyum santai, seolah tidak peduli. "Jason sering bawa aku ke sini. Dia selalu bilang aku boleh ambil apa saja yang aku suka. Aku juga nggak terlalu tahu harganya. Tapi aku pernah nggak sengaja menjatuhkan sebotol, katanya harganya ratusan juta. Jason juga nggak marah, dia malah khawatir aku terluka.""Wah, kenapa jadi malah pamer kemesraan?" Seorang rekan bercanda. "Ayo, semua, ucapkan terima kasih pada calon Nyonya besar!""Terima kasih, Nyonya Besar!""Ah, jangan begitu. Kalian buat aku malu," jawab Vania dengan pipi tersipu. Namun, sudut matanya tetap terpaku pada Janice, seolah-olah ingin menegaskan dirinya sebagai pemilik Jason di depan semua orang.Janice menatapnya dengan ekspresi tenang, mengikuti rekan-rekan kerja lainnya dan pura-pura tertawa sopan. Dia bahkan tidak peduli pada Jason, apalagi pada gelar "calon nyonya besar" ini.Herisa tiba-tiba mendekat dan te
Baca selengkapnya

Bab 109

Ketika Jason membawa Vania pergi, Vania yang bersandar di bahunya sempat melirik tajam ke arah Janice dengan penuh kebencian. Janice hanya menghela napas, tahu bahwa Vania pasti menyimpan dendam lagi.Dia lalu menoleh dengan bingung ke arah Herisa. "Kamu ngomong apa tadi?"Herisa yang wajahnya sudah memerah karena mabuk, buru-buru menjawab, "Janice, maaf ya, aku mabuk dan cuma bercanda tadi. Jangan dimasukkan ke hati."Janice memandangnya sejenak, tetapi karena tahu Herisa benar-benar sudah minum banyak, dia hanya menekan perasaan tidak nyamannya dan tidak berkomentar lagi. Pesta makan malam terus berlanjut dan semakin banyak orang mulai bersikap lebih santai setelah menenggak beberapa gelas anggur.Herisa berdiri dengan langkah yang tidak stabil sambil mengangkat gelasnya. "Aku baru saja bergabung, jadi aku mau bersulang untuk semua senior di sini."Setelah itu, dia menenggak minumannya hingga habis dalam satu tegukan dan menunjukkan gelas kosongnya kepada semua orang.Semua mata kem
Baca selengkapnya

Bab 110

Norman mengangguk. "Silakan," katanyaVania turun dari mobil dan berjalan menuju The Ivy Garden.....Janice keluar dari ruang makan dan berjalan di sepanjang lorong. Angin malam yang sejuk berembus, membuat kepalanya semakin pusing karena mabuk. Mabuknya semakin berat dan dia terpaksa berjalan dengan bertumpu pada tiang sambil mengandalkan naluri untuk menemukan jalan keluar.Saat berjalan, Janice teringat bahwa sepertinya dia harus berbelok di suatu tempat. Karena itu, dia pun langsung berputar. Namun, dia salah memperkirakan langkahnya dan terpeleset di tangga. Tubuhnya refleks terjatuh ke depan."Byur!" Dalam sekejap, tubuhnya basah kuyup. Air yang dingin mengguyurnya, sehingga membuatnya tersadar dari mabuk.Janice baru menyadari bahwa dirinya telah jatuh ke kolam. Airnya hanya setinggi dada, tetapi rasa malu membuat wajahnya terasa panas. Dia berusaha menuju tepi kolam dan menaiki anak tangga di sisi kolam dengan perlahan. Tepat di samping kolam itu, terdapat jendela kaca besar y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
32
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status