Home / Romansa / Pembalasan sang Istri Tertindas / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 111 - Chapter 120

320 Chapters

Bab 111

Mata Janice membelalak ketika menatap pria di depannya. Dia menyaksikan pria itu mengangkat kedua tangannya, menarik kerah bagian belakang, dan melepas sweter yang dikenakannya dengan satu gerakan cepat. Tubuh kekarnya yang tersembunyi di balik pakaian pun terlihat jelas.Saat kedua lengannya terangkat, otot-otot di pinggang dan perutnya ikut tertarik, lalu menampilkan guratan yang tegas tanpa sedikit pun lemak berlebih. Melihat ini, Janice tertegun di tempat. Tiba-tiba, sebuah sweter dilemparkan ke arahnya.Jason bersandar santai di meja. Matanya yang penuh godaan menyapu wajah Janice, lalu dia bertanya, "Malam itu, kamu belum puas lihatnya? Kalau nggak mau sakit, cepat pakai ini di dalam."Wajah Janice memerah seketika. Dia meraih sweter itu dan buru-buru masuk ke bilik kecil, lalu menarik tirainya untuk menutup diri.Setelah itu, suasana menjadi sunyi. Tak ada suara percakapan, hanya terdengar desiran kecil dari Janice yang sedang melepas bajunya di dalam bilik.Sementara itu, Jason
Read more

Bab 112

Ciuman yang mendominasi terjadi begitu saja, tanpa memberi Janice kesempatan untuk melawan. Bibir mereka saling menempel erat. Jason menyapu habis aroma anggur yang masih tersisa di setiap sudut bibir Janice.Janice mengangkat tangan dan berusaha mendorong dadanya. Begitu telapak tangannya menyentuh kulit pria itu, dia bisa merasakan napasnya terhenti sejenak, lalu ciumannya menjadi makin dalam dan agresif.Namun, itu masih belum cukup. Setelah merasakan kenikmatannya, siapa yang rela menahan diri? Jason juga hanyalah seorang pria.Janice tiba-tiba diangkat dan didudukkan di atas meja anggur. Sweter yang dikenakannya terangkat dan memperlihatkan kulit kakinya yang putih dan halus. Tangan Jason mulai menyentuh kulitnya.Janice sedang berpikir keras cara untuk mendorongnya, lalu ponsel pria itu tiba-tiba berdering. Jason menopang tubuhnya dengan kesal dan menatap sekilas layar ponsel, lalu mengangkatnya. Dia bertanya, "Kenapa, Norman?"Norman memberi tahu, "Pak Jason, Nona Vania terpeles
Read more

Bab 113

Janice memandang Vania yang mendekat tanpa ekspresi apa pun di wajahnya. Dia duduk lebih tegak dan melirik tangan Vania yang terluka, lalu mencibir dingin.Janice bertanya, "Sudah selesai bicara? Aku sampai heran. Padahal kamu sudah terluka begini, tapi masih sempat-sempatnya datang ke sini untuk ngobrol denganku.""Bukannya ini sama sekali nggak cocok dengan citra lemah lembut yang kamu ciptakan? Di saat seperti ini, kamu harusnya terbaring di ranjang sambil menangis," sindir Janice. Dia mengejek kepalsuan yang dipertontonkan Vania.Wajah Vania menegang. Bibirnya bergetar saat dia menggertakkan gigi. Dia akhirnya membalas, "Aku nggak sepandai kamu dalam berpura-pura."Vania menambahkan, "Di depan orang lain, kamu berpura-pura mau jaga jarak sama Jason, tapi di belakang kamu malah terus menggodanya. Trik jual mahal ini benar-benar sudah kamu mainkan dengan sempurna.""Kenapa? Mau belajar dariku?" jawab Janice sambil tersenyum.Wajah Vania memerah karena amarah yang ditahan. Di pikirann
Read more

Bab 114

Vania memang orang seperti itu. Dia selalu mencampurkan kebohongan dengan kebenaran dan memerankannya dengan penuh emosi sehingga terkesan begitu nyata.Vania sengaja menyebut bahwa Janice memiliki rencana sehingga Jason secara alami akan mengaitkannya dengan kejadian di gudang anggur.Janice pernah memiliki reputasi buruk karena insiden memasukkan obat tidur ke minuman untuk mencoba mendekati Jason. Itu sebabnya, pria itu akan dengan mudah mencurigai bahwa mabuk dan tercebur ke kolam pun hanyalah akting Janice.Jason adalah orang yang sangat mudah curiga dan berbahaya. Begitu keraguan muncul, dia cenderung langsung menolak seseorang sepenuhnya. Di kehidupan sebelumnya, Janice dipojokkan oleh Vania dengan cara seperti ini selangkah demi selangkah.Setelah mendengar cerita Vania, Jason yang sedang melindunginya pun menunjukkan ekspresi dingin yang menakutkan.Saat itu di belakang Jason, ada dua orang lainnya, yaitu Anwar dan Amanda yang baru saja kembali dari perjalanan dinas. Keduanya
Read more

Bab 115

Beranikah Vania menyerahkan ponselnya? Tentu saja tidak. Dia sendiri yang mengatakan bahwa ponselnya penuh dengan foto-foto yang diambil saat dia mempermalukan Ivy dan Zachary. Namun sayangnya, kini keputusan bukan lagi di tangannya.Anwar melirik para pengawalnya. Tanpa basa-basi, salah satu dari mereka maju dan merampas ponsel dari tangan Vania, lalu memecahkan kode kunci layarnya dan menyerahkannya pada Anwar.Galeri ponsel itu dipenuhi ratusan foto. Anwar hampir saja meremas layar ponsel tersebut saking emosinya. Dia berseru, "Vania, berani sekali kamu! Sepertinya peringatanku selama ini belum cukup!"Vania membalas, "Pak ... Pak Anwar, aku nggak ...." Tubuh wanita itu melemas. Dia hampir berlutut untuk memohon pengampunan.Namun, Anwar tidak memedulikannya sama sekali. Dia melempar ponsel itu ke arah Jason, lalu memberi tahu dengan nada dingin, "Urus hal ini dengan baik.""Oke," jawab Jason dengan datar.Saat itu, Arya masuk ke ruangan. Begitu melihat kondisi Janice, dia langsung
Read more

Bab 116

"Ada apa? Kenapa marah-marah begini?" Risma maju untuk merangkul Vania. Ketika melihat wajahnya, dia sontak terperanjat. "Apa yang terjadi? Siapa yang berani memukulmu sampai begini?""Janice!" Vania memberi tahu Risma semuanya.Risma pun murka. Dia menggebrak meja dan memaki, "Kurang ajar! Sebelumya dia buat kita malu, sampai kita harus minta maaf pada Ivy si jalang! Sekarang dia masih berani macam-macam? Benar-benar nggak tahu diri!""Ibu, Paman Anwar dan Bu Amanda lihat semuanya. Aku harus gimana?" tanya Vania yang menggigit bibirnya.Risma bangkit dan berjalan dengan perlahan. Sikapnya elegan, tetapi ekspresinya terlihat licik. Tiba-tiba, dia berhenti dan mengangkat alisnya."Sekarang Janice nggak punya apa-apa lagi. Saatnya kita membalikkan situasi," timpal Risma."Tapi, ponselku kosong sekarang," ujar Vania dengan kesal."Nggak masalah. Jangan lupa, kamu adalah kartu truf kita. Membuat netizen berpihak padamu. Dia nggak mungkin punya kemampuan seperti ini." Risma mengangkat dagu
Read more

Bab 162

Di rumah sakit, Janice baru selesai diinfus. Demamnya sudah reda. Meskipun masih lemas, dia tidak terlihat lesu."Kamu yakin mau pulang? Kamu minum banyak dan jatuh ke air. Wajar kalau diopname sehari kok," bujuk Arya sambil menulis rekam medis.Janice tidak menghiraukannya dan hanya menyibakkan selimut untuk turun dari ranjang. Setiap kali melihat Arya, perasaannya akan menjadi kacau.Janice pernah bertanya kepada suster. Arya punya reputasi bagus di rumah sakit ini. Semua pasien memuji kemampuannya. Jadi, dia tidak mungkin melakukan transplantasi ginjal pada anak kecil tanpa persetujuan orang tua.Namun, ini tidak menutup kemungkinan bahwa Arya melakukannya jika Jason yang memintanya. Intinya, Jason adalah penyebab segala masalah.Ketika melihat Janice telah bertekad, Arya hanya bisa menghela napas. Saat matanya tidak sengaja melirik pakaian yang dipakai Janice, dia sontak termangu. Itu adalah pakaian Jason ....Janice tidak memperhatikan ekspresi Arya. Dia mengambil tasnya , lalu he
Read more

Bab 118

"Paman, demi membantu Vania, kamu benaran bekerja keras ya! Tapi, aku nggak bakal nurut! Kalaupun aku mati, aku bakal bawa Vania mati bersamaku!" Janice memelototi Vania, lalu hendak berjalan keluar.Tiba-tiba, terdengar suara Jason yang rendah dari belakang. "Janice, kamu nggak peduli pada ibumu lagi?"Langkah kaki Janice terhenti. Wajahnya pucat, pikirannya hampa. Dia berbalik dengan perlahan, lalu menatap pria di depannya. Matanya yang merah seolah-olah akan meneteskan air mata kapan saja."Oke, oke ...." Janice memungut dokumen di lantai, lalu mengetik satu per satu kata dengan tangan bergetar. Pada akhirnya, dia memejamkan mata dan mempostingnya.Jason mendekat, sedangkan Janice mundur. Dia terkekeh-kekeh dan bertanya, "Sudah puas? Sudah cukup?"Seolah-olah takut Jason tidak mendengar, Janice mengulangi pertanyaannya. Sorot matanya yang hampa membuat orang tidak bisa melihat kesedihan tak berujung dalam hatinya.Pandangan Jason agak bergetar. Ada kekacauan yang tak tertuliskan di
Read more

Bab 119

Norman datang ke ruang kantor Arya. Jason sedang meminum tehnya dengan tenang. Norman melapor, "Pak Jason, Nona Janice dibawa pergi oleh Pak Yoshua."Jason memicingkan matanya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Janice. Ponselnya dimatikan. Seketika, cangkir di tangan Jason retak.Tebersit kilatan dingin dan suram pada tatapan Jason. Arya melirik dan bertanya, "Kamu cemas? Kalau begitu, kenapa kamu mendesaknya?"Jason melemparkan cangkir itu ke tong sampah. Dia malas menjelaskan.Arya menunjuk mantel yang telah dilipat di atas meja. "Kamu bahkan memberinya mantelmu ini. Mantel ini ....""Kamu kurang kerjaan ya?" sela Jason, lalu langsung mengambil mantelnya dan pergi.Ketika Jason tiba di rumah Keluarga Karim, hari sudah malam. Dia berdiri di halaman sambil menyalakan sebatang rokok.Norman memandang langit dan berkata, "Pak Jason, sudah mau hujan. Sebaiknya masuk."Jason melirik memandang awan yang menutup sinar bulan. Dia mengembuskan napas, lalu melirik kamar yang gelap g
Read more

Bab 120

Makin merencanakannya, Ivy menjadi makin bersemangat.Janice segera menggoyangkan bahu ibunya dan berkata, "Ibu, memangnya aku harus nikah? Aku nggak mau! Kalau kamu mendesakku lagi, aku sembarangan cari pria di luar nanti!""Dasar kamu ini. Semua ini demi kebaikanmu sendiri. Kamu harus cari pria yang baik supaya bisa bahagia setelah nikah. Ngerti?""Kebahagiaan itu bergantung pada diri sendiri. Bukan malah bergantung pada pria," bantah Janice."Aku ... aku nggak bisa menang kalau berdebat denganmu. Pergi tidur sana." Ivy melambaikan tangannya dengan tidak berdaya.Janice masuk ke kamarnya dan berbaring. Sesaat kemudian, dia baru teringat pada ponselnya yang dimatikan.Janice mengeluarkan ponselnya dari tas, lalu memberanikan diri untuk menyalakannya. Dia mengira akan ada banyak notifikasi yang masuk, tetapi ternyata tidak.Ternyata semua pesan yang berisi hujatan dan makian itu telah ditarik. Bahkan, orang-orang meminta maaf padanya.Sementara itu, hanya dalam waktu singkat, Vania yan
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
32
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status