Share

Bab 119

Penulis: Danira Widia
Norman datang ke ruang kantor Arya. Jason sedang meminum tehnya dengan tenang. Norman melapor, "Pak Jason, Nona Janice dibawa pergi oleh Pak Yoshua."

Jason memicingkan matanya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Janice. Ponselnya dimatikan. Seketika, cangkir di tangan Jason retak.

Tebersit kilatan dingin dan suram pada tatapan Jason. Arya melirik dan bertanya, "Kamu cemas? Kalau begitu, kenapa kamu mendesaknya?"

Jason melemparkan cangkir itu ke tong sampah. Dia malas menjelaskan.

Arya menunjuk mantel yang telah dilipat di atas meja. "Kamu bahkan memberinya mantelmu ini. Mantel ini ...."

"Kamu kurang kerjaan ya?" sela Jason, lalu langsung mengambil mantelnya dan pergi.

Ketika Jason tiba di rumah Keluarga Karim, hari sudah malam. Dia berdiri di halaman sambil menyalakan sebatang rokok.

Norman memandang langit dan berkata, "Pak Jason, sudah mau hujan. Sebaiknya masuk."

Jason melirik memandang awan yang menutup sinar bulan. Dia mengembuskan napas, lalu melirik kamar yang gelap g
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Lia Siregar
ceritanya mutar mutar mulu kpn sifat jelek vania terbongkar, jason jg terlalu menindas Janice
goodnovel comment avatar
Miranty Rahayaan
kapan Janice balas dendamnya lama banget de
goodnovel comment avatar
Sus Wati
lama bgt kapan Janice balas dendam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 120

    Makin merencanakannya, Ivy menjadi makin bersemangat.Janice segera menggoyangkan bahu ibunya dan berkata, "Ibu, memangnya aku harus nikah? Aku nggak mau! Kalau kamu mendesakku lagi, aku sembarangan cari pria di luar nanti!""Dasar kamu ini. Semua ini demi kebaikanmu sendiri. Kamu harus cari pria yang baik supaya bisa bahagia setelah nikah. Ngerti?""Kebahagiaan itu bergantung pada diri sendiri. Bukan malah bergantung pada pria," bantah Janice."Aku ... aku nggak bisa menang kalau berdebat denganmu. Pergi tidur sana." Ivy melambaikan tangannya dengan tidak berdaya.Janice masuk ke kamarnya dan berbaring. Sesaat kemudian, dia baru teringat pada ponselnya yang dimatikan.Janice mengeluarkan ponselnya dari tas, lalu memberanikan diri untuk menyalakannya. Dia mengira akan ada banyak notifikasi yang masuk, tetapi ternyata tidak.Ternyata semua pesan yang berisi hujatan dan makian itu telah ditarik. Bahkan, orang-orang meminta maaf padanya.Sementara itu, hanya dalam waktu singkat, Vania yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 121

    Yoshua telah memberinya banyak bantuan secara diam-diam. Janice merasa tidak enak hati jika menyuruhnya menghapus foto itu. Hanya saja, dia tetap harus memperjelas hubungan di antara mereka. Janice hanya menganggapnya sebagai kakak.Sesaat kemudian, Yoshua mengirim emotikon senyum.[ Jangan bergadang. Sudah boleh tidur. ][ Oke. ]Janice keluar dari WhatsApp dan melihat catatan panggilan. Ketika melihat nama Jason, tangannya membeku untuk sesaat. Pada akhirnya, dia meletakkan ponselnya dan pergi mandi.Keesokan pagi, Janice bangun dan pergi ke dapur. Sambil berjalan, dia memikirkan alasan apa yang harus diberikan supaya pelayan meminjamkan dapur untuknya. Bagaimanapun, masakannya pernah ditertawakan hari itu.Setibanya di dapur, Janice malah melihat wajah asing. Setelah melihat Janice, para pelayan itu mengesampingkan pekerjaan mereka dan menyapa Janice."Nona, kamu sudah lapar? Tunggu sebentar ya. Kami bakal masak lebih cepat." Yang bicara adalah seorang wanita berusia 50-an tahun. Se

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 122

    "Kak, kenapa kamu kemari?" tanya Janice sambil maju dan menyeka tangannya."Aku ingin mengantarmu ke studio pagi ini. Soalnya kamu terluka. Lebih baik jangan naik MRT." Yoshua menatap celemek yang dipakai Janice, lalu bertanya dengan ragu, "Kamu ngapain?"Janice mengangkat tangannya yang masih terdapat noda tepung dengan malu. "Sebenarnya aku mau buat panekuk untukmu dan Bibi Tracy. Kamu malah melihatku di dapur.""Kalau begitu, aku pergi dulu?" tanya Yoshua dengan bercanda.Janice pun tertawa. "Kak, duduk saja sebentar. Sebentar lagi siap kok."Yoshua mengiakan. Janice menyiapkan sarapan dengan cepat. Ketika melihat Yoshua sesekali memeriksa jam tangannya, dia bergegas memasukkan makanan ke kotak makan yang baru dibelinya.Kemudian, Janice berpesan kepada pelayan, "Punya Bibi Tracy lebih lembut dan mudah dicerna. Suruh dia makan selagi panas.""Baik."Janice menyerahkan tas bekal kotak-kotak berwarna biru kepada Yoshua. "Kak, ini kotak makan baru. Aku awalnya berniat masak sendiri set

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 123

    Sekretaris Yoshua merasa ada sesuatu yang memukul kakinya. Seketika, dia kehilangan keseimbangannya. Teh tidak sengaja mengenai tubuh dan kotak makan Yoshua.Yoshua pun mengernyit. Sekretaris buru-buru berkata, "Maafkan aku, Pak. Aku nggak sengaja."Sementara itu, Jason mematikan rokoknya dan berujar, "Aku kemari karena mau menyuruhmu dinas ke Kota Heco. Ini dokumennya. Jangan lupa dibaca."Yoshua melirik dokumen itu. "Oke.""Dah!" Jason pergi tanpa menoleh sedetik pun.Di dalam ruangan, Yoshua menerima saputangan pemberian sekretarisnya. Wajahnya tetap tenang seperti biasa."Urus keperluan untuk dinas.""Baik."Sekretaris bangkit dan buru-buru meninggalkan ruang kantor. Yoshua menatap kotak makan di atas meja dengan tatapan suram.Di dalam lift, Norman memainkan batu kecil di tangannya. "Pak Jason, kamu menyuruhku kemari ....""Hm?""Oh, nggak apa-apa."....Berkat Yoshua, Janice tidak terlambat hari ini. Setelah check-in dan sebelum sempat merasa senang, terdengar suara yang merusak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 124

    Setelah merenung sejenak, Amanda berkata dengan hati-hati, "Kalau begitu, kalian para pekerja magang masing-masing buat desain sendiri. Nanti kalian ikut aku bertemu Bu Sera.""Baik," sahut Janice dan Herisa secara serempak.Hanya Vania yang dipenuhi kepercayaan diri. "Bu Amanda, nggak perlu repot-repot begini. Aku bisa buat janji sendiri dengan Bu Sera. Nanti aku bawa Janice dan Herisa bersamaku."Amanda memang sibuk, jadi dia menyetujui perkataan Vania.Rapat berakhir. Banyak orang yang mengelilingi Vania. "Vania, kamu hebat sekali. Nggak sia-sia kamu pacaran sama Jason. Koneksimu jadi luas.""Nggak kok." Vania mendongak menatap Janice sambil tersenyum.Janice tidak meladeninya. Setelah mengambil barangnya, dia meninggalkan ruang rapat bersama Herisa.Herisa berbisik, "Janice, kalau kamu punya koneksi sehebat Vania, prestasimu pasti jauh lebih baik dari dia.""Herisa, jangan bicara begitu," sela Janice. Kadang, dia merasa nada bicara Herisa agak aneh.Setelah kembali ke tempatnya, Ja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 125

    Vania mengira Jason akan membenci Janice setelah melihat sifatnya yang begitu murahan. Tanpa diduga, Jason hanya menopang dagunya sambil membalikkan dokumen di pangkuannya dengan ekspresi datar."Kamu menyuruhku kemari cuma untuk melihat ini?" Terdengar suara dingin dan rendah Jason, seolah-olah yang berada di hadapannya bukan calon istrinya, melainkan hanya bawahan yang kinerjanya buruk.Vania mengepalkan tangannya. Dia menggigit bibirnya dan tidak berani membantah. Saat ini, melalui kaca spion tengah, Vania melirik ke arah Janice. Dia terkejut. Ternyata Janice ....Saat Jason hendak mengangkat kepala, Vania buru-buru menjulurkan tangan untuk menahannya. "Jason, aku mencarimu untuk membahas tentang Bu Sera dari Vila Krisan. Aku tahu kamu sedang bernegosiasi dengannya. Kebetulan, studio kami juga.""Kalau kamu membawaku menemuinya, aku pasti bisa memberikan hasil desain yang memuaskan untuknya. Kujamin kerja sama ini akan sukses. Bu Sera sangat susah dihadapi. Bu Amanda sudah menemuin

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 126

    Atas dasar apa Janice bisa menarik perhatian Jason?Malia mengangkat kepalanya sedikit. Dengan mata yang berkaca-kaca, dia menatap pria di sampingnya dan berpura-pura tidak sengaja membentur dada pria itu. "Maaf, kepalaku bisa pusing kalau duduk di belakang."Pria itu tidak menolak Malia yang berinisiatif memeluknya. Dia justru tersenyum sambil merangkul Malia. "Nggak apa-apa, kamu boleh bersandar di bahuku.""Terima kasih. Kamu baik sekali." Malia menahan rasa jijiknya. Semua ini untuk merusak citra Janice di hati Jason.....Di taksi, Janice merasa lega. "Terima kasih, Herisa."Herisa menepuk dadanya dan menjelaskan, "Sama-sama. Tapi, kamu harus hati-hati sama temanmu itu. Begitu dia datang pagi tadi, dia terus menekankan kalau kalian ini sahabat. Banyak staf pria yang ingin mendekatimu melalui dia.""Aku tahu." Ekspresi Janice terlihat datar. Dia sama sekali tidak terkejut dengan tindakan Malia."Oh ya, waktu Malia bicara dengan staf pria, aku lihat Vania juga ada di sana. Setelah i

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 127

    Yoshua segera membantah, "Jangan dibahas lagi, Janice. Paman Jason punya alasan tersendiri. Selama aku pergi, jaga dirimu baik-baik."Ucapan Yoshua jelas menunjukkan bahwa spekulasi Janice benar. Tangan Janice yang menggenggam ponsel sontak terkepal erat. Kebencian membara di hatinya. Demi Vania, Jason bahkan tidak mengampuni orang-orang yang membantunya.Karena terus menerus dinas, Yoshua makin jauh dengan pusat kekuasaan Grup Karim. Pada akhirnya, dia bahkan dikirim ke luar negeri. Jason memang kejam.Janice menunduk dan berucap, "Kak, aku minta maaf. Aku yang mencelakaimu.""Dasar bodoh. Jangan berpikir sembarangan. Mungkin Paman Jason sedang sibuk bernegosiasi dengan Bu Sera dari Vila Krisan, makanya aku yang diutus," sahut Yoshua.Janice tidak menyangka Yoshua masih membela Jason di saat seperti ini. Namun, dia mendengar nama yang familier. "Bu Sera dari Vila Krisan?"Yoshua ragu-ragu sejenak sebelum menyahut, "Ya, kamu kenal?""Studio kami sedang membuat desain untuk Bu Sera.""B

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 536

    "Jason? Jason?" Rachel menarik lengan pria di sampingnya.Jason kembali sadar, ekspresinya tetap datar. "Ada apa?"Ekspresi Rachel sedikit kaku, lalu dia tersenyum. "Ayo pulang.""Kamu dan Bu Elaine pulang dulu. Aku harus ke kantor." Jason menarik tangannya sambil melirik Elaine dengan dingin.Seketika, Elaine merasa punggungnya menegang. Awalnya, dia ingin membujuk Rachel untuk ikut dengan Jason. Namun, di bawah tatapan Jason, dia hanya bisa berpura-pura tenang dan tersenyum."Rachel, aku akan menemanimu pulang. Jangan ganggu Jason bekerja.""Baiklah." Rachel mengangguk dan naik mobil bersama Elaine.Setelah mereka pergi, Norman menghentikan mobil di depan Jason dan membukakan pintu untuknya.Jason merapikan jasnya. Sebelum naik ke mobil, Jason berkata dengan suara rendah, "Kamu ikuti Janice."Norman bingung. "Dia sudah nggak punya apa-apa. Seharusnya dia nggak berani bertindak sembarangan.""Kamu nggak memahami dia.""Baik."....Dalam perjalanan ke rumah Keluarga Karim, Rachel menat

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 535

    "Menurutmu?" Jason menangkap tangan Janice dan menatapnya dengan dalam. "Jangan sentuh sembarangan.""Takut apa? Lagian nggak ada yang lihat," ucap Janice sambil menjinjitkan kakinya.Hampir pada saat bersamaan, Jason meraih dagunya dan menariknya lebih dekat. "Janice, aktingmu akhirnya ada kemajuan. Tapi, apa kamu pikir aku benar-benar peduli apakah ada orang lain yang melihatnya?"Usai bicara, Jason langsung menciumnya. Janice terkejut, lalu berkata, "Bu Rachel."Jason langsung berhenti dan melepaskannya.Janice merasa menyedihkan, sekaligus menggelikan. Kemudian, dia menepuk kerahnya sambil berkata, "Pak Jason, ada rambut yang nempel."Sambil menatap Jason, dia melanjutkan sambil tertawa, "Pak Jason, kalau kamu tidak bisa kasih apa pun, lebih baik jangan ikut campur urusan orang lain. Karena kalau seseorang sudah terdesak, mereka bisa melakukan apa saja."Saat Jason tertegun sesaat, Janice segera mendorongnya dan melangkah keluar dari tangga darurat.Begitu dia sampai di depan ruang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 534

    Janice tahu dia tidak akan bisa melawan kekuatan Jason. Selain itu, koridor di luar toilet bisa dilewati orang kapan saja. Dia tidak ingin menarik perhatian siapa pun.Jadi, dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk dengan tenang. "Baik, aku ikut denganmu." Pria itu menariknya ke dalam tangga darurat.Angin dingin bertiup kencang dari jendela yang terbuka, membuat Janice bergetar tanpa sadar.Tanpa banyak bicara, Jason menutup jendela, lalu bersandar di ambang jendela. Dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebungkus rokok.Janice sudah tahu kebiasaannya. Setiap kali ingin merokok, dia pasti seperti ini. Jadi, dia tidak berpikir berlebihan karena mengira Jason melakukannya karena khawatir dirinya kedinginan.Namun, detik berikutnya, Jason tidak menyalakan rokok. Dia hanya memutar-mutar batang rokok di tangannya, lalu mengangkat pandangannya dengan perlahan. Sepasang matanya yang gelap dan tajam menatap Janice."Aku sudah peringatkan kamu untuk jangan ikut campur dalam masalah in

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 533

    Penny meraih tasnya yang tergeletak di sofa, lalu berbalik menuju toilet. Janice menampilkan ekspresi bersalah dan menerima handuk yang diberikan oleh pegawai butik.Dia lalu menoleh ke arah Thiago dengan tulus dan berkata, "Pak Thiago, aku pergi lihat keadaan Bu Penny dulu. Kalian lanjutkan saja pembicaraan kalian."Thiago mengangguk dingin, tampak sama sekali tidak peduli dengan ibunya. Sementara itu, Janice berjalan menuju toilet.....Begitu melihat Janice masuk, Penny langsung menurunkan rok yang tadinya hendak dia angkat."Ngapain kamu ke sini? Dasar nggak berguna! Lihat saja gimana nanti setelah kamu nikah!"Janice memegang handuk, lalu berkata pelan, "Bu Penny, maafkan aku. Mungkin lebih baik Bu Penny masuk ke bilik untuk membersihkan diri?"Bagian yang terkena tumpahan teh cukup canggung. Jika tidak segera dikeringkan, pakaian dalamnya mungkin akan basah seluruhnya. Tadi Penny jelas sekali tidak ingin memperlihatkan tubuhnya. Jadi, tentu saja masuk ke bilik toilet adalah pilih

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 532

    Rachel berpegangan pada tangan pegawai butik dan melangkah dengan hati-hati ke depan. Pada saat itu, Janice terpaku. Berbagai kata muncul dalam pikirannya, tetapi akhirnya hanya satu kata yang tersisa .... Anggun.Mengingat Rachel menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa memakai gaun yang terlalu berat atau rumit. Jadi, desainer telah merancang gaun ini khusus untuknya.Bagian atasnya adalah korset berbahan renda dengan tulang, dihiasi dengan tumpukan kelopak tipis dari kain transparan, sehingga memberikan kesan ringan tetapi tetap kokoh.Bagian roknya terbuat dari tulle berlapis-lapis. Bagian bawahnya terdapat belahan kecil sehingga tidak mengganggu pergerakannya.Auranya yang lembut dipadukan dengan senyum bahagia Rachel, dia terlihat seolah memang pantas mendapatkan yang terbaik di dunia ini.Rachel mengenakan sepatu hak tinggi dan berjalan mendekat dengan hati-hati. Dia bahkan tersenyum cerah kepada Janice, seakan bertanya apakah gaunnya terlihat bagus atau tidak.Bagus.Sangat bagus

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 531

    Mendengar Rachel pernah menyebut namanya, Thiago langsung melepas genggamannya dan menjabat tangan Landon dengan kedua tangan. "Pak Landon, senang bertemu dengan Anda."Akhirnya, Janice terbebas dari cengkeraman Thiago. Dia melirik Landon dengan penuh rasa terima kasih. Landon tetap tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Ayo masuk. Tubuh Rachel lemah, jangan terlalu lama di luar kena angin."Thiago segera mengangguk. "Maaf, aku nggak memikirkan itu. Silakan masuk duluan."Mendengar ucapannya, semua orang langsung menyingkir dan memberi jalan bagi Jason dan Landon untuk masuk lebih dulu.Begitu semua orang berjalan ke dalam, Janice mengangkat lengan bajunya. Di bawah kulitnya yang pucat, terlihat jelas bekas memar berbentuk jari.Thiago terlalu menakutkan.Janice menggigit bibirnya sambil menahan rasa sakit, lalu mengikuti yang lainnya masuk.Begitu masuk ke butik, Janice menyadari bahwa Penny masih memakai kacamata hitamnya."Bu Penny nggak mau lepas kacamata?"Reaksi Penny sa

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 530

    Di studio.Hari pertama kembali bekerja, Amanda membagikan angpau kepada semua orang sebelum memulai rapat. Setelah itu, dia menjelaskan pekerjaan yang akan dikerjakan dalam satu bulan ke depan.Setelah kembali ke mejanya, Janice segera mengirim pesan kepada Ivy untuk mengingatkannya agar jangan lupa sarapan. Tidak lama kemudian, Ivy membalas pesannya.[ Hari ini aku dapat dokter wanita baru, dia baik sekali. Setelah mengobrol sama dia, rasanya aku nggak terlalu tertekan lagi. ][ Kamu jangan khawatir. Tapi sepertinya pamanmu sudah hampir tahu semuanya. Dia mulai curiga kenapa aku belum pulang dan bilang akan menjemputku langsung ke perbukitan. ]Janice mengetik balasan singkat.[ Sebentar lagi. ]Setelah mengirim pesan, Janice mengernyit sedikit. Bukankah teman Arya yang ditugaskan seharusnya seorang pria? Kenapa sekarang malah dokter wanita?Namun, selama Ivy baik-baik saja, itu sudah cukup. Dia berpikir untuk mentraktir Arya makan nanti sebagai ucapan terima kasih.Baru saja dia mel

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 529

    Jason menatap dingin ke dalam mobil tersebut. Dalam 90 detik waktu lampu merah, Janice mengatakan banyak hal kepada Landon. Terakhir kali Janice berbicara begitu banyak dengannya adalah saat dia menipu Jason di vila.Begitu lampu hijau menyala, mobil Janice berbelok dan menghilang dari pandangan. Jason mengerutkan kening, lalu mengangkat tangan untuk memijat pelipisnya.Melihat hal itu, Norman bertanya dengan khawatir, "Pak, Anda mau saya menepi untuk ambil obat?"Sejak kebakaran di vila, Jason sering mengalami sakit kepala, tetapi pemeriksaan medis tidak menemukan masalah apa pun. Arya pernah mengatakan bahwa itu bukan sakit fisik, melainkan tekanan batin yang terlalu besar.Jason terdiam sambil menatap ke luar jendela dan memainkan cincin nikahnya. Dulu, dia sering memutar cincin itu untuk mengingat tanggung jawabnya. Namun entah sejak kapan, dia justru sering terdiam sambil menyentuh cincin itu.Sesampainya di Keluarga Karim.Para pelayan sibuk memindahkan koper dan barang-barang. S

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 528

    Setelah keluar dari klub, Janice pergi ke rumah sakit swasta. Baru saja masuk ke kamar perawatan, dia melihat Ivy melempar ponselnya ke dinding.Seiring dengan suara gebrakan, layar ponselnya hancur berkeping-keping.Ivy memegangi kepalanya sambil meringkuk di ranjang. Begitu mendengar ada suara, dia langsung mendongak dan menampakkan kedua matanya yang memerah. Jelas sekali, baru saja dia berpura-pura baik-baik saja saat melakukan panggilan video dengan Zachary, tetapi kemudian langsung diancam seseorang.Saat melihat Janice, air matanya langsung berderai dan merusak riasannya hingga berantakan. Hanya dalam tiga atau empat hari, Ivy telah menjadi begitu kurus dan lemah. Pipinya juga mulai cekung.Inikah yang disebut Jason dengan "Ibumu sudah nggak apa-apa"?Janice bergegas menghampirinya, lalu memeluknya erat. "Ibu, jangan takut. Aku nggak akan membiarkan semua ini sia-sia."Ivy hanya bisa mengeluarkan suara lirih dan tubuhnya gemetar dalam pelukan Janice. Butuh waktu hingga tengah ma

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status