Share

Bab 122

Author: Danira Widia
"Kak, kenapa kamu kemari?" tanya Janice sambil maju dan menyeka tangannya.

"Aku ingin mengantarmu ke studio pagi ini. Soalnya kamu terluka. Lebih baik jangan naik MRT." Yoshua menatap celemek yang dipakai Janice, lalu bertanya dengan ragu, "Kamu ngapain?"

Janice mengangkat tangannya yang masih terdapat noda tepung dengan malu. "Sebenarnya aku mau buat panekuk untukmu dan Bibi Tracy. Kamu malah melihatku di dapur."

"Kalau begitu, aku pergi dulu?" tanya Yoshua dengan bercanda.

Janice pun tertawa. "Kak, duduk saja sebentar. Sebentar lagi siap kok."

Yoshua mengiakan. Janice menyiapkan sarapan dengan cepat. Ketika melihat Yoshua sesekali memeriksa jam tangannya, dia bergegas memasukkan makanan ke kotak makan yang baru dibelinya.

Kemudian, Janice berpesan kepada pelayan, "Punya Bibi Tracy lebih lembut dan mudah dicerna. Suruh dia makan selagi panas."

"Baik."

Janice menyerahkan tas bekal kotak-kotak berwarna biru kepada Yoshua. "Kak, ini kotak makan baru. Aku awalnya berniat masak sendiri set
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdi Utie
cemburu ya paman?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 123

    Sekretaris Yoshua merasa ada sesuatu yang memukul kakinya. Seketika, dia kehilangan keseimbangannya. Teh tidak sengaja mengenai tubuh dan kotak makan Yoshua.Yoshua pun mengernyit. Sekretaris buru-buru berkata, "Maafkan aku, Pak. Aku nggak sengaja."Sementara itu, Jason mematikan rokoknya dan berujar, "Aku kemari karena mau menyuruhmu dinas ke Kota Heco. Ini dokumennya. Jangan lupa dibaca."Yoshua melirik dokumen itu. "Oke.""Dah!" Jason pergi tanpa menoleh sedetik pun.Di dalam ruangan, Yoshua menerima saputangan pemberian sekretarisnya. Wajahnya tetap tenang seperti biasa."Urus keperluan untuk dinas.""Baik."Sekretaris bangkit dan buru-buru meninggalkan ruang kantor. Yoshua menatap kotak makan di atas meja dengan tatapan suram.Di dalam lift, Norman memainkan batu kecil di tangannya. "Pak Jason, kamu menyuruhku kemari ....""Hm?""Oh, nggak apa-apa."....Berkat Yoshua, Janice tidak terlambat hari ini. Setelah check-in dan sebelum sempat merasa senang, terdengar suara yang merusak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 124

    Setelah merenung sejenak, Amanda berkata dengan hati-hati, "Kalau begitu, kalian para pekerja magang masing-masing buat desain sendiri. Nanti kalian ikut aku bertemu Bu Sera.""Baik," sahut Janice dan Herisa secara serempak.Hanya Vania yang dipenuhi kepercayaan diri. "Bu Amanda, nggak perlu repot-repot begini. Aku bisa buat janji sendiri dengan Bu Sera. Nanti aku bawa Janice dan Herisa bersamaku."Amanda memang sibuk, jadi dia menyetujui perkataan Vania.Rapat berakhir. Banyak orang yang mengelilingi Vania. "Vania, kamu hebat sekali. Nggak sia-sia kamu pacaran sama Jason. Koneksimu jadi luas.""Nggak kok." Vania mendongak menatap Janice sambil tersenyum.Janice tidak meladeninya. Setelah mengambil barangnya, dia meninggalkan ruang rapat bersama Herisa.Herisa berbisik, "Janice, kalau kamu punya koneksi sehebat Vania, prestasimu pasti jauh lebih baik dari dia.""Herisa, jangan bicara begitu," sela Janice. Kadang, dia merasa nada bicara Herisa agak aneh.Setelah kembali ke tempatnya, Ja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 125

    Vania mengira Jason akan membenci Janice setelah melihat sifatnya yang begitu murahan. Tanpa diduga, Jason hanya menopang dagunya sambil membalikkan dokumen di pangkuannya dengan ekspresi datar."Kamu menyuruhku kemari cuma untuk melihat ini?" Terdengar suara dingin dan rendah Jason, seolah-olah yang berada di hadapannya bukan calon istrinya, melainkan hanya bawahan yang kinerjanya buruk.Vania mengepalkan tangannya. Dia menggigit bibirnya dan tidak berani membantah. Saat ini, melalui kaca spion tengah, Vania melirik ke arah Janice. Dia terkejut. Ternyata Janice ....Saat Jason hendak mengangkat kepala, Vania buru-buru menjulurkan tangan untuk menahannya. "Jason, aku mencarimu untuk membahas tentang Bu Sera dari Vila Krisan. Aku tahu kamu sedang bernegosiasi dengannya. Kebetulan, studio kami juga.""Kalau kamu membawaku menemuinya, aku pasti bisa memberikan hasil desain yang memuaskan untuknya. Kujamin kerja sama ini akan sukses. Bu Sera sangat susah dihadapi. Bu Amanda sudah menemuin

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 126

    Atas dasar apa Janice bisa menarik perhatian Jason?Malia mengangkat kepalanya sedikit. Dengan mata yang berkaca-kaca, dia menatap pria di sampingnya dan berpura-pura tidak sengaja membentur dada pria itu. "Maaf, kepalaku bisa pusing kalau duduk di belakang."Pria itu tidak menolak Malia yang berinisiatif memeluknya. Dia justru tersenyum sambil merangkul Malia. "Nggak apa-apa, kamu boleh bersandar di bahuku.""Terima kasih. Kamu baik sekali." Malia menahan rasa jijiknya. Semua ini untuk merusak citra Janice di hati Jason.....Di taksi, Janice merasa lega. "Terima kasih, Herisa."Herisa menepuk dadanya dan menjelaskan, "Sama-sama. Tapi, kamu harus hati-hati sama temanmu itu. Begitu dia datang pagi tadi, dia terus menekankan kalau kalian ini sahabat. Banyak staf pria yang ingin mendekatimu melalui dia.""Aku tahu." Ekspresi Janice terlihat datar. Dia sama sekali tidak terkejut dengan tindakan Malia."Oh ya, waktu Malia bicara dengan staf pria, aku lihat Vania juga ada di sana. Setelah i

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 127

    Yoshua segera membantah, "Jangan dibahas lagi, Janice. Paman Jason punya alasan tersendiri. Selama aku pergi, jaga dirimu baik-baik."Ucapan Yoshua jelas menunjukkan bahwa spekulasi Janice benar. Tangan Janice yang menggenggam ponsel sontak terkepal erat. Kebencian membara di hatinya. Demi Vania, Jason bahkan tidak mengampuni orang-orang yang membantunya.Karena terus menerus dinas, Yoshua makin jauh dengan pusat kekuasaan Grup Karim. Pada akhirnya, dia bahkan dikirim ke luar negeri. Jason memang kejam.Janice menunduk dan berucap, "Kak, aku minta maaf. Aku yang mencelakaimu.""Dasar bodoh. Jangan berpikir sembarangan. Mungkin Paman Jason sedang sibuk bernegosiasi dengan Bu Sera dari Vila Krisan, makanya aku yang diutus," sahut Yoshua.Janice tidak menyangka Yoshua masih membela Jason di saat seperti ini. Namun, dia mendengar nama yang familier. "Bu Sera dari Vila Krisan?"Yoshua ragu-ragu sejenak sebelum menyahut, "Ya, kamu kenal?""Studio kami sedang membuat desain untuk Bu Sera.""B

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 128

    Orang yang mengejar Janice jatuh begitu saja. Dia sangat terkejut sehingga langsung mendongak. Kini, dia mendapati seorang pria mendekat perlahan sambil menatapnya dengan penuh makna. Aura dingin pria itu seolah-olah menekan seluruh napasnya."Kamu ternyata cukup laku." Suara berat pria itu samar-samar mengandung ejekan yang tidak mudah disadari. Orang yang menolong Janice adalah Jason.Janice coba menggerakkan pergelangan tangannya, tetapi dia tahu bahwa dirinya tidak akan mampu melawan. Kali ini, dia sudah belajar dari pengalaman. Daripada menggunakan tangan, dia memutuskan untuk menggunakan kakinya.Janice langsung menendang ke arah Jason. Tidak disangka, pria itu seolah sudah membaca niatnya. Dengan mudah, dia menangkap kaki Janice dan menarik tubuhnya lebih dekat ke arahnya.Tubuh Janice yang mengenakan pakaian tipis langsung bergesekan dengan ikat pinggang Jason. Itu membuatnya malu sekaligus marah."Lepaskan aku!" seru Janice."Dasar nggak tahu terima kasih," balas Jason dengan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 129

    Setelah berhasil melarikan diri, Janice tidak berani menginap di hotel dekat kampus. Dia memutuskan langsung pergi ke hotel yang dekat dengan studionya. Sebelum naik ke mobil, dia sempat berbalik dan melihat ke arah ujung jalan.Sebuah mobil mewah berhenti di sana. Dari sisi jalan, Jason muncul dengan pakaian serba hitam dan segera masuk ke dalam mobil.Tak lama kemudian, jendela mobil sedikit terbuka dan menampakkan sepasang mata gelap yang menatap Janice tajam. Di tengah kegelapan malam, tatapan itu terlihat berbahaya dan penuh ancaman, seolah-olah mengatakan bahwa dia tidak akan bisa melarikan diri.Janice merasakan punggungnya dingin karena ketakutan. Tanpa berani menoleh lagi, dia langsung naik ke mobil dan pergi.Di sisi lain, Norman juga masuk ke dalam mobil. Dia segera melaporkan, "Pak Jason, Nona Janice melaporkan orang-orang itu karena mengemudi dalam keadaan mabuk. Dia juga mengaku sebagai Malia."Jason duduk tegak di kursi belakang. Jari-jarinya perlahan memutar cincin yang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 130

    Pada saat itu, Vania datang. Setelah bertanya sebentar tentang apa yang terjadi, ekspresi wajahnya menjadi tidak senang. Dia melirik Malia dengan tatapan tajam. Wanita ini sungguh bodoh. Bisa-bisanya dia terlibat dalam masalah sepele seperti ini.Janice yang melihat semua orang sudah berkumpul, merasa bahwa ini saatnya untuk menutup pertunjukan. Dengan nada seolah-olah peduli dan meniru gaya bicara Malia sebelumnya, dia berucap dengan penuh perhatian, "Malia, kamu cepat-cepat minta maaf deh.""Kalau masalah ini membesar, itu nggak bagus untuk kamu maupun studio. Lagian, kamu memang keluar makan sama mereka, 'kan? Vania, aku benar, 'kan?" tanya Janice.Janice langsung melemparkan pertanyaan kepada Vania. Di kehidupan sebelumnya, Vania dan Malia sering bekerja sama untuk menjatuhkannya. Namun kali ini, dia ingin mereka berdua merasakan bagaimana rasanya berada di posisi itu.Semua orang memandang ke arah Vania. Sebagai tunangan Jason, ucapannya tentu memiliki bobot yang besar. Vania yang

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 320

    Sebagian besar orang yang hadir di jamuan tersebut baru pertama kali melihat tes narkoba seperti ini, sehingga mereka memandang dengan rasa penasaran. Namun, hanya Vania yang tampak berbeda. Matanya memerah dan dia mulai menangis pelan."Pak, bisa nggak Anda kasih toleransi? Janice masih muda. Kalau masalah ini tersebar, reputasinya akan hancur," ujarnya dengan nada penuh belas kasihan.Polisi tetap menjaga ekspresi tegasnya. "Hukum adalah hukum, tidak seorang pun diizinkan untuk melanggarnya."Begitu mendengar hal itu, beberapa desainer yang sebelumnya berdiri di dekat Janice segera mundur karena takut ikut terseret.Janice mengangkat kepalanya memandang Vania dengan tenang, lalu berkata, "Bu Vania, hasilnya bahkan belum keluar. Kenapa kamu bisa yakin aku pasti bersalah? Kamu punya kemampuan meramal?"Vania sedikit terpaku, lalu buru-buru menghapus air matanya. "Aku cuma khawatir. Aku takut sesuatu terjadi padamu. Maafkan aku kalau aku terlalu ikut campur."Kerumunan mulai memandang J

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 319

    Tak ingin memprovokasi pelaku, polisi tidak menyebutkan langsung soal narkoba. Namun, semua orang di ruangan itu mengerti maksudnya.Mendengar itu, Amanda terkejut dan langsung menggeleng keras. "Nggak mungkin! Pasti ada kesalahan."Sebelum polisi sempat menjelaskan lebih jauh, sebuah suara tiba-tiba menyela, "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?"Itu suara Vania.Begitu masuk, dia tampak terkejut melihat Amanda. "Bu Amanda, ternyata Anda juga di restoran ini. Eh? Di mana Janice? Ke mana dia?"Polisi yang mendengar bahwa ada orang yang tidak hadir langsung merasa khawatir. Mereka tahu bahwa pengguna barang terlarang sering bertindak di luar kendali, dan jika orang tersebut pergi, itu bisa membahayakan orang lain.Salah satu polisi segera bertanya dengan tegas, "Siapa lagi yang nggak ada di sini? Sekarang dia ada di mana? Kalau kalian nggak jujur, kalian akan dianggap melindungi pelaku dan itu adalah tindak pidana."Amanda mengerutkan alisnya dengan kesal dan melirik ke arah Vania.Vania b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 318

    Janice terdiam, bingung dengan maksud Jason. Kata-katanya terdengar seperti sedang meminta pengakuan atau status hubungan. Namun, mana mungkin ada status seperti itu di antara mereka?Orang yang paling dicintai Jason adalah Vania, sedangkan Janice hanyalah alat yang dia gunakan. Bagi Jason, Janice adalah seseorang yang bisa dia korbankan kapan saja.Hati Janice terasa sesak. Dengan suara dingin, dia berkata, "Aku lupa, kamu adalah pamanku."Mendengar itu, mata Jason menyipit, emosinya bergolak seperti gelombang yang dalam. Akhirnya, dia kehilangan kesabaran. Dia menekan belakang kepala Janice dan kembali mencium bibirnya dengan kasar.Napas mereka bertaut dan dia sepenuhnya kehilangan kendali. Dia tidak memberi Janice sedikit pun ruang untuk melawan. Sampai Ketika Janice kehilangan seluruh tenaganya dan hanya bisa pasrah membiarkan Jason mengambil alih, suara lirih keluar dari tenggorokannya."Mm ...."Jason terengah-engah memeluk pinggang Janice erat-erat. Dengan suara serak, dia berk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 317

    Melalui jaket yang menutupi tubuhnya, Janice mendengar suara pukulan yang menghantam tubuh, diikuti oleh suara tulang yang patah atau terpelintir.Klang! Pisau bedah jatuh ke lantai.Marco bahkan tidak sempat mengeluarkan suara sebelum tubuhnya ambruk ke lantai. Tali yang mengikat keempat anggota tubuh Janice segera dilepaskan. Tubuhnya yang lemas diangkat dalam pelukan seseorang.Saat tubuhnya digerakkan, jaket yang menutupi wajahnya melorot. Akhirnya, Janice melihat wajah pria yang memeluknya.Jason.Wajahnya sama seperti bayangan di pikirannya ... dingin tanpa ekspresi, tetapi mata itu penuh dengan amarah yang membara dan menyiratkan aura membunuh yang pekat.Dengan sisa kekuatannya, Janice perlahan mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Jason. Dia berkata dengan suara lemah, "Kamu datang menyelamatkanku ...."Sebelum kata-katanya selesai, tangannya jatuh lemas, dan dia pingsan.Jason merasakan sesuatu menyusup ke hatinya, tetapi auranya tetap dingin dan tajam. Dia menatap Marco

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 315

    Perasaan di dalam tubuh Janice seperti roller coaster. Dia tahu perumpamaan itu tidak masuk akal, tetapi pikirannya terus berpikir seperti itu. Sensasi itu terasa nyaman sekaligus aneh.Marco menatap Janice dengan saksama, lalu berkata, "Apakah rasanya menyenangkan? Nyaman, bukan? Kamu jauh lebih sesuai dengan kriteriaku dibandingkan yang ada di foto."Foto?Kriteria?Apa maksudnya?Janice tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh. Dia hanya melihat Marco membuka tas yang sudah diletakkan sebelumnya di ruangan itu dengan puas.Ketika Janice melihat isi tas tersebut, rasa takut menyelimutinya. Dia berusaha keras untuk melawan, tetapi tubuhnya tetap sulit dikendalikan. Sementara itu, Marco mendekatinya dengan senyum lebar dan membawa barang-barang dari dalam tasnya.....Di ruang jamuanAcara penyambutan Jason diatur oleh saudara sepupu Anwar yang juga merupakan penanggung jawab tambang saat ini. Menurut urutan keluarga, Jason harus memanggil mereka sebagai paman kelima dan keenam.Beg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 314

    Tempat jamuan makan dipindahkan ke sebuah restoran yang lebih mewah, dengan tingkat privasi yang jauh lebih baik. Begitu memasuki ruangan, suasana mewah tersebut langsung terasa.Di dalam ruang privat, sebuah meja panjang dihias dengan sangat elegan dan berkelas.Amanda masuk terlebih dulu untuk menyapa beberapa tamu asing dengan mencium pipi, lalu duduk dengan sopan dan ramah.Janice mengikutinya dengan tenang dari belakang. Namun, baru berjalan beberapa langkah, seorang pria tinggi tiba-tiba muncul dan mengadang jalannya."Hai, Nona," sapa pria itu.Mendengar suara itu, Janice mengangkat pandangannya dan terkejut melihat salah satu desainer favoritnya.Marco.Namanya sangat tradisional dan umum di Idali. Namun, desain-desainnya terkenal karena inovasi dan daya tariknya yang kuat. Kabarnya, semua karya Marco terinspirasi oleh "dewi inspirasi"-nya, yang menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang setia dalam masalah perasaan.Janice merasa terhormat disapa oleh Marco. Saat dia bersiap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 313

    Anwar mengangkat pandangannya, dan tatapannya sudah mengatakan segalanya. Pelayan itu tertegun sejenak, lalu segera menunduk dan menyanggupi perintahnya.....Sore hariJanice mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih sederhana dan sopan, riasannya juga sangat tipis, membuat penampilannya tampak rendah hati dan bersih.Bagaimanapun, dia hanya karyawan Amanda. Janice tidak ingin mencuri perhatian. Saat hendak berangkat, notifikasi di ponselnya menunjukkan sebuah topik yang sedang trending.[ Jason dan Vania menghabiskan sore yang penuh cinta.]Hanya dari judulnya, Janice sudah tahu isi beritanya. Dia memilih untuk mengabaikan notifikasi itu, lalu mengenakan sepatu hak tinggi dengan tenang dan keluar dari kamar.Baru saja masuk ke dalam lift, dia bertemu dengan Amanda. Amanda mengenakan jumpsuit elegan dengan potongan V-neck yang dihiasi kalung Mutiara. Penampilannya tampak Anggun, tetapi tetap profesional.Dia melirik Janice dan berkata, "Kamu nggak usah berpakaian terlalu sederhan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 312

    Norman kembali ke sisi Jason dan berbicara pelan, "Pak Jason, Bu Janice sudah pergi sendiri."Jason terdiam beberapa detik sebelum berkata, "Suruh seseorang mengawasinya.""Baik. Selain itu ...." Norman mendekat dan berbisik beberapa patah kata di telinganya. Jason hanya mengangguk tanpa ekspresi.Dia kemudian berjalan ke arah Vania, mengulurkan tangan untuk mengambilkan tasnya dari bagasi kabin dan menyampirkan jaketnya di Pundak Vania dengan santai."Kota Gunang lebih dingin dibandingkan Kota Pakisa," katanya."Hmm." Vania tersenyum malu-malu, dengan tatapan penuh semangat melihat Jason. Para tamu di sekitar mereka memandangnya dengan iri.....Setelah mengambil barang bawaannya, Janice menemukan Amanda. Amanda terlihat sendirian. "Vania nggak pergi sama kita?""Hmm."Janice sudah menduganya. Ketika dia sedang berpikir, sebuah keributan terjadi tidak jauh darinya.Jason keluar dari bandara sambil menggandeng Vania, menciptakan pemandangan yang heboh. Vania mengangkat pandangannya dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status