Share

Bab 109

Author: Danira Widia
Ketika Jason membawa Vania pergi, Vania yang bersandar di bahunya sempat melirik tajam ke arah Janice dengan penuh kebencian. Janice hanya menghela napas, tahu bahwa Vania pasti menyimpan dendam lagi.

Dia lalu menoleh dengan bingung ke arah Herisa. "Kamu ngomong apa tadi?"

Herisa yang wajahnya sudah memerah karena mabuk, buru-buru menjawab, "Janice, maaf ya, aku mabuk dan cuma bercanda tadi. Jangan dimasukkan ke hati."

Janice memandangnya sejenak, tetapi karena tahu Herisa benar-benar sudah minum banyak, dia hanya menekan perasaan tidak nyamannya dan tidak berkomentar lagi. Pesta makan malam terus berlanjut dan semakin banyak orang mulai bersikap lebih santai setelah menenggak beberapa gelas anggur.

Herisa berdiri dengan langkah yang tidak stabil sambil mengangkat gelasnya. "Aku baru saja bergabung, jadi aku mau bersulang untuk semua senior di sini."

Setelah itu, dia menenggak minumannya hingga habis dalam satu tegukan dan menunjukkan gelas kosongnya kepada semua orang.

Semua mata kem
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ida Wida
pasti si vania mau ngintip jason , nah terbukti si vania yang pengen banget meluk jason .....
goodnovel comment avatar
pooh the
ngakakkkk vania pg bgt meluk jason..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 110

    Norman mengangguk. "Silakan," katanyaVania turun dari mobil dan berjalan menuju The Ivy Garden.....Janice keluar dari ruang makan dan berjalan di sepanjang lorong. Angin malam yang sejuk berembus, membuat kepalanya semakin pusing karena mabuk. Mabuknya semakin berat dan dia terpaksa berjalan dengan bertumpu pada tiang sambil mengandalkan naluri untuk menemukan jalan keluar.Saat berjalan, Janice teringat bahwa sepertinya dia harus berbelok di suatu tempat. Karena itu, dia pun langsung berputar. Namun, dia salah memperkirakan langkahnya dan terpeleset di tangga. Tubuhnya refleks terjatuh ke depan."Byur!" Dalam sekejap, tubuhnya basah kuyup. Air yang dingin mengguyurnya, sehingga membuatnya tersadar dari mabuk.Janice baru menyadari bahwa dirinya telah jatuh ke kolam. Airnya hanya setinggi dada, tetapi rasa malu membuat wajahnya terasa panas. Dia berusaha menuju tepi kolam dan menaiki anak tangga di sisi kolam dengan perlahan. Tepat di samping kolam itu, terdapat jendela kaca besar y

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 111

    Mata Janice membelalak ketika menatap pria di depannya. Dia menyaksikan pria itu mengangkat kedua tangannya, menarik kerah bagian belakang, dan melepas sweter yang dikenakannya dengan satu gerakan cepat. Tubuh kekarnya yang tersembunyi di balik pakaian pun terlihat jelas.Saat kedua lengannya terangkat, otot-otot di pinggang dan perutnya ikut tertarik, lalu menampilkan guratan yang tegas tanpa sedikit pun lemak berlebih. Melihat ini, Janice tertegun di tempat. Tiba-tiba, sebuah sweter dilemparkan ke arahnya.Jason bersandar santai di meja. Matanya yang penuh godaan menyapu wajah Janice, lalu dia bertanya, "Malam itu, kamu belum puas lihatnya? Kalau nggak mau sakit, cepat pakai ini di dalam."Wajah Janice memerah seketika. Dia meraih sweter itu dan buru-buru masuk ke bilik kecil, lalu menarik tirainya untuk menutup diri.Setelah itu, suasana menjadi sunyi. Tak ada suara percakapan, hanya terdengar desiran kecil dari Janice yang sedang melepas bajunya di dalam bilik.Sementara itu, Jason

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 112

    Ciuman yang mendominasi terjadi begitu saja, tanpa memberi Janice kesempatan untuk melawan. Bibir mereka saling menempel erat. Jason menyapu habis aroma anggur yang masih tersisa di setiap sudut bibir Janice.Janice mengangkat tangan dan berusaha mendorong dadanya. Begitu telapak tangannya menyentuh kulit pria itu, dia bisa merasakan napasnya terhenti sejenak, lalu ciumannya menjadi makin dalam dan agresif.Namun, itu masih belum cukup. Setelah merasakan kenikmatannya, siapa yang rela menahan diri? Jason juga hanyalah seorang pria.Janice tiba-tiba diangkat dan didudukkan di atas meja anggur. Sweter yang dikenakannya terangkat dan memperlihatkan kulit kakinya yang putih dan halus. Tangan Jason mulai menyentuh kulitnya.Janice sedang berpikir keras cara untuk mendorongnya, lalu ponsel pria itu tiba-tiba berdering. Jason menopang tubuhnya dengan kesal dan menatap sekilas layar ponsel, lalu mengangkatnya. Dia bertanya, "Kenapa, Norman?"Norman memberi tahu, "Pak Jason, Nona Vania terpeles

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 113

    Janice memandang Vania yang mendekat tanpa ekspresi apa pun di wajahnya. Dia duduk lebih tegak dan melirik tangan Vania yang terluka, lalu mencibir dingin.Janice bertanya, "Sudah selesai bicara? Aku sampai heran. Padahal kamu sudah terluka begini, tapi masih sempat-sempatnya datang ke sini untuk ngobrol denganku.""Bukannya ini sama sekali nggak cocok dengan citra lemah lembut yang kamu ciptakan? Di saat seperti ini, kamu harusnya terbaring di ranjang sambil menangis," sindir Janice. Dia mengejek kepalsuan yang dipertontonkan Vania.Wajah Vania menegang. Bibirnya bergetar saat dia menggertakkan gigi. Dia akhirnya membalas, "Aku nggak sepandai kamu dalam berpura-pura."Vania menambahkan, "Di depan orang lain, kamu berpura-pura mau jaga jarak sama Jason, tapi di belakang kamu malah terus menggodanya. Trik jual mahal ini benar-benar sudah kamu mainkan dengan sempurna.""Kenapa? Mau belajar dariku?" jawab Janice sambil tersenyum.Wajah Vania memerah karena amarah yang ditahan. Di pikirann

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 114

    Vania memang orang seperti itu. Dia selalu mencampurkan kebohongan dengan kebenaran dan memerankannya dengan penuh emosi sehingga terkesan begitu nyata.Vania sengaja menyebut bahwa Janice memiliki rencana sehingga Jason secara alami akan mengaitkannya dengan kejadian di gudang anggur.Janice pernah memiliki reputasi buruk karena insiden memasukkan obat tidur ke minuman untuk mencoba mendekati Jason. Itu sebabnya, pria itu akan dengan mudah mencurigai bahwa mabuk dan tercebur ke kolam pun hanyalah akting Janice.Jason adalah orang yang sangat mudah curiga dan berbahaya. Begitu keraguan muncul, dia cenderung langsung menolak seseorang sepenuhnya. Di kehidupan sebelumnya, Janice dipojokkan oleh Vania dengan cara seperti ini selangkah demi selangkah.Setelah mendengar cerita Vania, Jason yang sedang melindunginya pun menunjukkan ekspresi dingin yang menakutkan.Saat itu di belakang Jason, ada dua orang lainnya, yaitu Anwar dan Amanda yang baru saja kembali dari perjalanan dinas. Keduanya

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 115

    Beranikah Vania menyerahkan ponselnya? Tentu saja tidak. Dia sendiri yang mengatakan bahwa ponselnya penuh dengan foto-foto yang diambil saat dia mempermalukan Ivy dan Zachary. Namun sayangnya, kini keputusan bukan lagi di tangannya.Anwar melirik para pengawalnya. Tanpa basa-basi, salah satu dari mereka maju dan merampas ponsel dari tangan Vania, lalu memecahkan kode kunci layarnya dan menyerahkannya pada Anwar.Galeri ponsel itu dipenuhi ratusan foto. Anwar hampir saja meremas layar ponsel tersebut saking emosinya. Dia berseru, "Vania, berani sekali kamu! Sepertinya peringatanku selama ini belum cukup!"Vania membalas, "Pak ... Pak Anwar, aku nggak ...." Tubuh wanita itu melemas. Dia hampir berlutut untuk memohon pengampunan.Namun, Anwar tidak memedulikannya sama sekali. Dia melempar ponsel itu ke arah Jason, lalu memberi tahu dengan nada dingin, "Urus hal ini dengan baik.""Oke," jawab Jason dengan datar.Saat itu, Arya masuk ke ruangan. Begitu melihat kondisi Janice, dia langsung

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 116

    "Ada apa? Kenapa marah-marah begini?" Risma maju untuk merangkul Vania. Ketika melihat wajahnya, dia sontak terperanjat. "Apa yang terjadi? Siapa yang berani memukulmu sampai begini?""Janice!" Vania memberi tahu Risma semuanya.Risma pun murka. Dia menggebrak meja dan memaki, "Kurang ajar! Sebelumya dia buat kita malu, sampai kita harus minta maaf pada Ivy si jalang! Sekarang dia masih berani macam-macam? Benar-benar nggak tahu diri!""Ibu, Paman Anwar dan Bu Amanda lihat semuanya. Aku harus gimana?" tanya Vania yang menggigit bibirnya.Risma bangkit dan berjalan dengan perlahan. Sikapnya elegan, tetapi ekspresinya terlihat licik. Tiba-tiba, dia berhenti dan mengangkat alisnya."Sekarang Janice nggak punya apa-apa lagi. Saatnya kita membalikkan situasi," timpal Risma."Tapi, ponselku kosong sekarang," ujar Vania dengan kesal."Nggak masalah. Jangan lupa, kamu adalah kartu truf kita. Membuat netizen berpihak padamu. Dia nggak mungkin punya kemampuan seperti ini." Risma mengangkat dagu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 162

    Di rumah sakit, Janice baru selesai diinfus. Demamnya sudah reda. Meskipun masih lemas, dia tidak terlihat lesu."Kamu yakin mau pulang? Kamu minum banyak dan jatuh ke air. Wajar kalau diopname sehari kok," bujuk Arya sambil menulis rekam medis.Janice tidak menghiraukannya dan hanya menyibakkan selimut untuk turun dari ranjang. Setiap kali melihat Arya, perasaannya akan menjadi kacau.Janice pernah bertanya kepada suster. Arya punya reputasi bagus di rumah sakit ini. Semua pasien memuji kemampuannya. Jadi, dia tidak mungkin melakukan transplantasi ginjal pada anak kecil tanpa persetujuan orang tua.Namun, ini tidak menutup kemungkinan bahwa Arya melakukannya jika Jason yang memintanya. Intinya, Jason adalah penyebab segala masalah.Ketika melihat Janice telah bertekad, Arya hanya bisa menghela napas. Saat matanya tidak sengaja melirik pakaian yang dipakai Janice, dia sontak termangu. Itu adalah pakaian Jason ....Janice tidak memperhatikan ekspresi Arya. Dia mengambil tasnya , lalu he

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 717

    Janice terus memanggil nama Yuri berulang kali.Yuri menutup telinganya dengan frustrasi, nyaris meledak, "Berhenti! Jangan panggil lagi! Aku paling benci namaku!"Setelah masuk sekolah, dia baru menyadari bahwa sejak lahir dia sudah punya seorang adik laki-laki yang tidak terlihat.Janice menatap gadis kecil yang menangis tersedu-sedu itu dan menyerahkan selembar tisu. "Nggak ada yang salah dengan namamu. Kamu adalah kamu. Aku tahu kamu punya banyak impian, jadi jangan biarkan siapamu mengekangmu."Yuri menutupi matanya dengan tisu dan akhirnya menangis keras. Setelah lelah, dia menatap Janice dengan mata yang bengkak dan merah. "Kak, maaf."Janice tersenyum lembut, mengelus kepalanya. Ternyata Yuri masih mengingatnya.Segalanya seperti kembali ke masa lalu. Mereka duduk di bangku taman sambil makan es krim. Saat itu Yuri masih kecil, duduk di samping Janice sambil memanggilnya "kakak".Di kehidupan sebelumnya, setelah Ivy meninggal, Janice benar-benar putus kontak dengan para bibi it

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 716

    Wajah Jason hanya sejengkal dari wajahnya. Janice menahan napas, tanpa sadar menarik erat syalnya.Agar Jason tidak menyadarinya, Janice mengalihkan pandangan, lalu melilitkan syal itu ke leher Jason dan menunjuk ke kerah bajunya."Masukkan, biar nutupin bagian bajumu yang basah."Jason menunduk, matanya tampak sedikit kecewa. Namun, dia tidak memaksa, hanya memperbaiki penampilannya sendiri.Sesaat kemudian, mereka berdua masuk ke Gedung 2 dan menemukan kelas SMA 3-3. Saat berdiri di dekat jendela, mereka bisa melihat isi kelas dengan jelas.Ada lima enam siswi yang duduk, mengobrol santai dalam kelompok kecil. Hanya satu siswi yang sedang serius mengerjakan lembar soal. Saat menyadari ada orang di luar jendela, dia mendongak melirik sekilas.Tatapan siswi itu bertemu dengan Janice selama dua detik, lalu dia cepat-cepat menunduk lagi, bahkan tangan yang memegang pena tampak bergetar.Saat Janice mengalihkan pandangan ke murid lain, gadis itu menarik dua lembar tisu dan pura-pura pergi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 715

    Setelah mengatakan itu, wanita itu mengeluarkan saputangan dari tasnya dan hendak menyeka dada Jason.Namun, Jason langsung menangkis tangan wanita itu, lalu berkata dengan dingin, "Nggak perlu."Setelah tertegun sejenak, wanita itu menggigit bibir dan merapikan rambutnya. "Pak Jason, aku pasti akan ganti rugi. Tapi, bajumu pasti sangat mahal, aku mungkin nggak bisa langsung membayarmu sekarang. Bagaimana kalau kamu berikan aku kontakmu ....""158 ribu." Jason langsung menyela perkataan wanita itu."Hah?" seru wanita itu yang langsung terkejut."Ada obral cuci gudang di ujung jalan, tunai atau transfer?" kata Jason dengan dingin.Saat itu, wanita itu baru mengerti maksud dari perkataan Jason. Ternyata, Jason sudah menyadari niatnya dan sedang menolaknya. Namun, pria di depannya ini adalah Jason. Meskipun hanya pakaian yang dijual di kaki lima, pakaian itu tetap akan terlihat seperti setelah bermerek di tubuh Jason. Dia segera mencari cara lain sambil tetap tersenyum. "Transfer saja, bo

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 714

    Mendengar suara itu, Janice langsung tersadar kembali dan mendorong pria di depannya. Namun, sebelum dia bisa berdiri dengan tegak, sekelompok siswa kembali mendorongnya sampai dia jatuh ke pelukan Jason.Jason langsung menopang Janice dan berkata dengan pelan, "Kamu yang mulai dulu."Janice menggigit bibirnya dan mencoba melepaskan genggaman Jason, tetapi Jason malah memeluk pinggangnya dengan erat. "Jangan bergerak. Orangnya terlalu banyak di sini, kita keluar dari sini dulu baru bicara lagi."Setelah mengatakan itu, Jason merangkul Janice dan berjalan ke depan.Janice berusaha melepaskan tangan Jason. "Lepaskan aku. Nanti kita akan ketahuan."Namun, Jason tetap tidak melepaskan genggamannya, melainkan menurunkan topi Janice dan menekan kepala Janice ke dadanya. "Ayo pergi."Setelah berusaha melawan sejenak, Janice yang benar-benar tidak bisa melepaskan diri pun akhirnya hanya bisa ikut pergi bersama Jason.Penampilan Jason terlihat sangat tidak ramah, sehingga tidak ada yang berani

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 713

    Janice berpikir Fenny yang sudah sekarat karena menderita kanker pasti akan berusaha memastikan kehidupan anaknya terjamin.Setelah terdiam cukup lama, Arya yang berada di seberang telepon perlahan-lahan berkata, "Apa yang ingin kamu lakukan?"Janice menjawab dengan jujur, "Ibuku dalam masalah. Anak laki-laki yang terkena leukemia itu adalah putra dari teman ibuku, dia pasti mengetahui sesuatu.""Baiklah, aku akan membantumu mencarinya," balas Arya."Terima kasih," kata Janice, lalu menutup teleponnya.Saat keluar dari apartemen, sebuah taksi kebetulan berhenti tepat di hadapan Janice. Setelah masuk ke dalam taksi, dia berkata pada sopir, "Ke SMA Chendana."Setelah taksi melaju, Janice memandang pemandangan di luar dari jendela. Dia sengaja menelepon Arya untuk mencari putra Fenny karena semua masalah ini terjadi untuk menjebaknya dan Ivy. Sebelum dia terperangkap, semuanya masih belum berakhir.Fenny adalah saksi dalam kasus ini, semua orang pasti akan mencari kelemahannya. Putranya y

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 712

    Landon bisa melihat perubahan suasana hati Janice. Kebetulan saat itu dia melihat Naura keluar dari dapur sambil membawa segelas air, dia pun berkata, "Kalau begitu, kamu tinggal di rumah Kak Naura dulu untuk sementara ini. Para pengawal akan tetap melindungi kalian di sini.""Ya," jawab Janice sambil menghela napas lega.Setelah menyerahkan air itu ke tangan Janice, Naura berkata sebagai jaminan, "Pak Landon, tenang saja, aku pasti akan menjaga Janice dengan baik.""Maaf merepotkanmu," kata Landon dengan sopan.Setelah mengatakan itu, Landon menerima pesan dari Zion. Setelah membaca pesan itu, dia berkata dengan tenang, "Janice, kamu istirahat dulu. Aku ada urusan lain yang harus segera ditangani."Janice langsung merespons perkataan Landon.Setelah mengantar Landon pergi, Naura langsung membawa Janice ke rumahnya.Beberapa menit kemudian, pengawal yang dikirim Landon mengetuk pintu. "Nona Janice, kalau ada apa-apa, langsung panggil kami saja. Nanti petugas kebersihan juga akan datang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 711

    Janice yang dalam keadaan putus asa ditemani Landon untuk kembali ke apartemen. Saat pintu lift terbuka, bau yang menyengat membuatnya yang sensitif terhadap bau karena hamil langsung terbatuk-batuk.Landon segera berdiri di depan Janice untuk melindunginya dari bau, lalu keluar dari lift terlebih dahulu.Namun, pada detik berikutnya, terdengar suara dari Naura. "Pak Landon? Mana Janice?"Janice segera menutupi hidung dan mulutnya dengan lengan bajunya, lalu keluar dari lift. Namun, sebelum sempat berbicara dengan Naura, dia tertegun karena melihat pemandangan di depan matanya. Pintu rumahnya disiram cat merah dan tertulis kata untuk membayar utang di dindingnya. Cat di tulisannya menetes seperti darah karena masih belum kering, terlihat sangat mengerikan.Naura yang apartemennya juga terkena imbasnya pun menggulung lengan bajunya dan memakai masker, lalu membersihkan cat dari dinding dengan alkohol seperti yang dipelajarinya dari internet. Bau cat bercampur dengan alkohol membuat loro

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 710

    Janice menyadari orang di dalam ruangan itu adalah Fenny yang duduk dengan tenang dan riasannya tetap terlihat muda serta anggun seperti saat meninggalkan Kota Pakisa. Namun, entah mengapa dia merasa orang ini terkesan berbeda dengan Fenny di ingatannya yang sangat pandai berbicara.Mungkin karena menyadari ada yang sedang memperhatikannya, Janice melihat Fenny mengangkat kepala dan menatapnya yang berada di luar pintu. Tatapan Fenny terlihat sangat kelelahan dan tidak bersemangat untuk mencari banyak uang seperti yang pernah diceritakan Ivy. Padahal Ivy pernah bergaul dengan banyak ibu-ibu kaya, tidak mungkin mudah ditipu ekspresi Fenny yang seperti ini.Saat Janice hendak memperhatikan Fenny dengan lebih jelas, polisi itu langsung menutup pintu. Dia pun hanya bisa segera menyusul Zachary. "Paman, tunggu sebentar.""Kenapa?" tanya Zachary yang agak tergesa-gesa."Paman, bisakah kamu menyelidiki Bibi Fenny ini? Maksudku, kehidupannya sebelum dia kembali ke Kota Pakisa," kata Janice. Di

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 709

    Ivy merasa agak emosional, sedangkan ekspresi Janice dan Zachary menjadi jauh lebih muram.Saat itu, Janice akhirnya mengerti mengapa Kristin berani menuduh Ivy menipu uang mereka di hadapan polisi karena tidak ada bukti yang jelas apakah yang itu diminta atau diberi. Selain itu, Fenny sudah menyerahkan diri dan mengakui kesalahan, sehingga Ivy terkesan seperti dalangnya. Sementara itu, bukan hanya tidak menyadari hal itu, Ivy juga tidak mampu membantah.Namun, Janice bertanya-tanya mengapa Kristin dan Fenny harus melakukan ini? Dia pun melirik Zachary dan terlihat jelas Zachary juga memiliki pemikiran yang sama dengannya.Setelah menenangkan Ivy terlebih dahulu, Zachary baru bertanya dengan nada lembut, "Kenapa Fenny bisa menghubungimu?"Ivy perlahan-lahan merasa tenang setelah mendengar nada bicara Zachary, lalu mencoba mengingat kembali saat pertama kalinya dia bertemu dengan Fenny. "Saat itu aku ikut acara minum teh sore yang diadakan Nyonya Linda, kebetulan dia ada janji dengan pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status