Share

Bab 103

Author: Danira Widia
Janice langsung tahu bahwa Jason pasti sedang membalas dendam karena Janice pernah menggigitnya sebelumnya. Dia memilih untuk menutup mata, siap menerima rasa sakit dan kemungkinan darah yang akan mengalir.

Namun, rasa sakit itu hanya sesaat. Gigi Jason di lehernya memberi tekanan ringan dan berat secara bergantian, seperti sedang mempermainkannya. Tubuh Janice sedikit bergetar dan bibir Jason yang ada di lehernya pun berubah gerakan dan menggesek kulitnya perlahan.

Detik berikutnya, Janice mendapati dirinya diangkat dan didudukkan di atas meja kecil. Dia mencoba melarikan diri, tetapi Jason mengurungnya di antara lengannya. Jason bergerak mendekat. Saking dekatnya, hanya dengan sedikit gerakan dari bibirnya, mereka akan bersentuhan.

Janice mundur, tetapi Jason mengangkat tangannya untuk menahan kepala Janice dan menariknya kembali. Sentuhan samar yang nyaris tak terasa itu membuat atmosfer menjadi semakin panas.

"Ulangi," Jason berbisik rendah.

Janice tetap diam dan bibirnya terkatup
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
Sus Wati
ceritanya gak sesuai judul dimna letak balas dendamnya, sudah rengkarnasi tapi masih di bikin bodoh, lebih baik di rubah judulnya jd gak ngajak pembacanya keliatan bodoh
goodnovel comment avatar
Abdi Utie
cape deh...kapan pembalasan nya....terus kibulin Janice..terus aja sakit hati Janice
goodnovel comment avatar
LastutiA
jadi ujungnya sampai episode berapa kok masih tertindas
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 104

    Norman menyadari wajah Janice yang pucat pasi dan dengan cemas memanggil, "Bu Janice ...."Janice hanya tersenyum dingin, "Paman Jason benar-benar bekerja keras.""Bu Janice, sebenarnya ...." Norman mencoba menjelaskan, tetapi Janice sudah berjalan pergi meninggalkannya yang hanya bisa menghela napas sambil mengerutkan alis.Setelah kembali ke kamarnya, Janice langsung menuju kamar mandi. Begitu melihat bayangannya di cermin, dia terkejut melihat tanda merah yang jelas di lehernya. Tanda gigi itu sangat samar, tetapi area yang memerah itu tampak intim. Siapa pun yang melihatnya pasti akan tahu apa yang terjadi.Janice mencoba mencucinya berkali-kali. Namun, semakin lama dia mencuci, semakin merah pula area tersebut. Akhirnya, dia menyerah.Besok dia harus pergi ke studio Amanda untuk melapor. Tampaknya dia hanya bisa menutupi tanda itu dengan alas bedak. Saat sedang berpikir bagaimana cara meminjam alas bedak dari Ivy, tiba-tiba Ivy muncul di depan pintunya."Janice? Kamu sudah pulang?

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 105

    Mendengar suara itu, Janice berbalik dan melihat seorang wanita mengenakan setelan hitam yang rapi berhenti tepat di depannya."Masih ingat aku? Aku Herisa." Pemenang peringkat ketiga dalam lomba.Janice mengangguk sopan. "Ingat. Hai."Herisa merapikan setelannya sambil menyisir rambutnya dengan lembut. "Terima kasih atas pengorbananmu waktu itu.""Nggak masalah. Sebentar lagi telat, ayo kita naik dulu. Nanti kita bisa ngobrol lebih banyak," kata Janice sambil melirik jam tangannya. Dia tidak ingin datang terlambat. Ini adalah hari pertama magangnya, setidaknya dia harus tiba 10 menit lebih awal untuk membiasakan diri."Baik," jawab Herisa sambil mengikuti langkah Janice. Dengan antusias, dia berkata, "Janice, sebenarnya aku pikir karyamu lebih pantas dapatin juara pertama."Janice berhenti sejenak dan memotong pembicaraan dengan lembut, "Herisa, simpan pendapat itu untuk dirimu sendiri. Jangan pernah mengatakannya lagi."Vania bukanlah orang yang terlihat tenang seperti yang dia tunju

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 106

    Saat mereka masuk ke kantor, Bella bertepuk tangan untuk menarik perhatian semua orang dan berkata, "Ini adalah karyawan magang yang baru. Bu Vania yang sudah dinobatkan sama Bu Amanda sebagai juara pertama. Selebihnya, aku rasa nggak perlu diperkenalkan lagi."Nada bicara Bella yang penuh makna segera ditangkap oleh semua orang di ruangan itu. Mereka langsung berbaris untuk menyapa Vania dengan ramah. Sementara itu, Janice dan Herisa bahkan tidak ditanya namanya.Vania melirik sekilas ke arah Janice, lalu memulai aksinya.Dia melangkah ke tengah antara Janice dan Herisa sambil menggandeng lengan mereka berdua dengan senyuman lembut dan berkata, "Mereka berdua adalah teman-temanku, Janice dan Herisa. Mohon bimbingannya untuk mereka ke depannya."Janice sempat tertegun. Jelas sekali Vania mendengar percakapan mereka di depan lift dan sekarang mencari kesempatan untuk membalas.Vania sengaja menggunakan mereka berdua untuk memamerkan sikapnya yang murah hati, sekaligus merendahkan kebera

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 107

    Janice sudah pernah mengalami kekejaman Vania di kehidupan sebelumnya. Vania sangat ahli dalam memerankan dua kepribadian dengan sangat sempurna. Di masa lalu, Janice akan melakukan segalanya untuk menjelaskan diri. Namun sekarang, dia menyadari bahwa menghadapi Vania tidak perlu repot-repot.Gila-gilaan saja sudah cukup.Janice meletakkan ponselnya, lalu mengambil teko kopi yang masih panas, dan berbalik dengan cepat."Mulutmu busuk sekali, belum cukup kena air panas ya? Bu Vania mau coba gimana rasanya disiksa orang gila di sini?""Aku cuma kehilangan gaji. Tapi kamu? Kamu bakal kehilangan harga diri, kehormatan keluargamu, dan harga diri Jason. Kamu berani mengambil risiko itu?"Seperti yang diduga, begitu melihat teko kopi, otot di wajah Vania refleks menegang. Bahkan, riasannya yang tebal tampak hampir retak.Dia segera mundur dua langkah dan tatapannya berubah tajam. "Janice, jangan terlalu percaya diri! Kamu pikir kamu bisa menang? Pada akhirnya, Jason tetap berpihak padaku. Sem

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 108

    Herisa terlihat cemas, lalu berbisik, "Ini ... ini nggak apa-apa? Bukannya anggur Pak Jason sangat mahal?"Vania tersenyum santai, seolah tidak peduli. "Jason sering bawa aku ke sini. Dia selalu bilang aku boleh ambil apa saja yang aku suka. Aku juga nggak terlalu tahu harganya. Tapi aku pernah nggak sengaja menjatuhkan sebotol, katanya harganya ratusan juta. Jason juga nggak marah, dia malah khawatir aku terluka.""Wah, kenapa jadi malah pamer kemesraan?" Seorang rekan bercanda. "Ayo, semua, ucapkan terima kasih pada calon Nyonya besar!""Terima kasih, Nyonya Besar!""Ah, jangan begitu. Kalian buat aku malu," jawab Vania dengan pipi tersipu. Namun, sudut matanya tetap terpaku pada Janice, seolah-olah ingin menegaskan dirinya sebagai pemilik Jason di depan semua orang.Janice menatapnya dengan ekspresi tenang, mengikuti rekan-rekan kerja lainnya dan pura-pura tertawa sopan. Dia bahkan tidak peduli pada Jason, apalagi pada gelar "calon nyonya besar" ini.Herisa tiba-tiba mendekat dan te

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 109

    Ketika Jason membawa Vania pergi, Vania yang bersandar di bahunya sempat melirik tajam ke arah Janice dengan penuh kebencian. Janice hanya menghela napas, tahu bahwa Vania pasti menyimpan dendam lagi.Dia lalu menoleh dengan bingung ke arah Herisa. "Kamu ngomong apa tadi?"Herisa yang wajahnya sudah memerah karena mabuk, buru-buru menjawab, "Janice, maaf ya, aku mabuk dan cuma bercanda tadi. Jangan dimasukkan ke hati."Janice memandangnya sejenak, tetapi karena tahu Herisa benar-benar sudah minum banyak, dia hanya menekan perasaan tidak nyamannya dan tidak berkomentar lagi. Pesta makan malam terus berlanjut dan semakin banyak orang mulai bersikap lebih santai setelah menenggak beberapa gelas anggur.Herisa berdiri dengan langkah yang tidak stabil sambil mengangkat gelasnya. "Aku baru saja bergabung, jadi aku mau bersulang untuk semua senior di sini."Setelah itu, dia menenggak minumannya hingga habis dalam satu tegukan dan menunjukkan gelas kosongnya kepada semua orang.Semua mata kem

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 110

    Norman mengangguk. "Silakan," katanyaVania turun dari mobil dan berjalan menuju The Ivy Garden.....Janice keluar dari ruang makan dan berjalan di sepanjang lorong. Angin malam yang sejuk berembus, membuat kepalanya semakin pusing karena mabuk. Mabuknya semakin berat dan dia terpaksa berjalan dengan bertumpu pada tiang sambil mengandalkan naluri untuk menemukan jalan keluar.Saat berjalan, Janice teringat bahwa sepertinya dia harus berbelok di suatu tempat. Karena itu, dia pun langsung berputar. Namun, dia salah memperkirakan langkahnya dan terpeleset di tangga. Tubuhnya refleks terjatuh ke depan."Byur!" Dalam sekejap, tubuhnya basah kuyup. Air yang dingin mengguyurnya, sehingga membuatnya tersadar dari mabuk.Janice baru menyadari bahwa dirinya telah jatuh ke kolam. Airnya hanya setinggi dada, tetapi rasa malu membuat wajahnya terasa panas. Dia berusaha menuju tepi kolam dan menaiki anak tangga di sisi kolam dengan perlahan. Tepat di samping kolam itu, terdapat jendela kaca besar y

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 111

    Mata Janice membelalak ketika menatap pria di depannya. Dia menyaksikan pria itu mengangkat kedua tangannya, menarik kerah bagian belakang, dan melepas sweter yang dikenakannya dengan satu gerakan cepat. Tubuh kekarnya yang tersembunyi di balik pakaian pun terlihat jelas.Saat kedua lengannya terangkat, otot-otot di pinggang dan perutnya ikut tertarik, lalu menampilkan guratan yang tegas tanpa sedikit pun lemak berlebih. Melihat ini, Janice tertegun di tempat. Tiba-tiba, sebuah sweter dilemparkan ke arahnya.Jason bersandar santai di meja. Matanya yang penuh godaan menyapu wajah Janice, lalu dia bertanya, "Malam itu, kamu belum puas lihatnya? Kalau nggak mau sakit, cepat pakai ini di dalam."Wajah Janice memerah seketika. Dia meraih sweter itu dan buru-buru masuk ke bilik kecil, lalu menarik tirainya untuk menutup diri.Setelah itu, suasana menjadi sunyi. Tak ada suara percakapan, hanya terdengar desiran kecil dari Janice yang sedang melepas bajunya di dalam bilik.Sementara itu, Jason

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 536

    "Jason? Jason?" Rachel menarik lengan pria di sampingnya.Jason kembali sadar, ekspresinya tetap datar. "Ada apa?"Ekspresi Rachel sedikit kaku, lalu dia tersenyum. "Ayo pulang.""Kamu dan Bu Elaine pulang dulu. Aku harus ke kantor." Jason menarik tangannya sambil melirik Elaine dengan dingin.Seketika, Elaine merasa punggungnya menegang. Awalnya, dia ingin membujuk Rachel untuk ikut dengan Jason. Namun, di bawah tatapan Jason, dia hanya bisa berpura-pura tenang dan tersenyum."Rachel, aku akan menemanimu pulang. Jangan ganggu Jason bekerja.""Baiklah." Rachel mengangguk dan naik mobil bersama Elaine.Setelah mereka pergi, Norman menghentikan mobil di depan Jason dan membukakan pintu untuknya.Jason merapikan jasnya. Sebelum naik ke mobil, Jason berkata dengan suara rendah, "Kamu ikuti Janice."Norman bingung. "Dia sudah nggak punya apa-apa. Seharusnya dia nggak berani bertindak sembarangan.""Kamu nggak memahami dia.""Baik."....Dalam perjalanan ke rumah Keluarga Karim, Rachel menat

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 535

    "Menurutmu?" Jason menangkap tangan Janice dan menatapnya dengan dalam. "Jangan sentuh sembarangan.""Takut apa? Lagian nggak ada yang lihat," ucap Janice sambil menjinjitkan kakinya.Hampir pada saat bersamaan, Jason meraih dagunya dan menariknya lebih dekat. "Janice, aktingmu akhirnya ada kemajuan. Tapi, apa kamu pikir aku benar-benar peduli apakah ada orang lain yang melihatnya?"Usai bicara, Jason langsung menciumnya. Janice terkejut, lalu berkata, "Bu Rachel."Jason langsung berhenti dan melepaskannya.Janice merasa menyedihkan, sekaligus menggelikan. Kemudian, dia menepuk kerahnya sambil berkata, "Pak Jason, ada rambut yang nempel."Sambil menatap Jason, dia melanjutkan sambil tertawa, "Pak Jason, kalau kamu tidak bisa kasih apa pun, lebih baik jangan ikut campur urusan orang lain. Karena kalau seseorang sudah terdesak, mereka bisa melakukan apa saja."Saat Jason tertegun sesaat, Janice segera mendorongnya dan melangkah keluar dari tangga darurat.Begitu dia sampai di depan ruang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 534

    Janice tahu dia tidak akan bisa melawan kekuatan Jason. Selain itu, koridor di luar toilet bisa dilewati orang kapan saja. Dia tidak ingin menarik perhatian siapa pun.Jadi, dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk dengan tenang. "Baik, aku ikut denganmu." Pria itu menariknya ke dalam tangga darurat.Angin dingin bertiup kencang dari jendela yang terbuka, membuat Janice bergetar tanpa sadar.Tanpa banyak bicara, Jason menutup jendela, lalu bersandar di ambang jendela. Dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebungkus rokok.Janice sudah tahu kebiasaannya. Setiap kali ingin merokok, dia pasti seperti ini. Jadi, dia tidak berpikir berlebihan karena mengira Jason melakukannya karena khawatir dirinya kedinginan.Namun, detik berikutnya, Jason tidak menyalakan rokok. Dia hanya memutar-mutar batang rokok di tangannya, lalu mengangkat pandangannya dengan perlahan. Sepasang matanya yang gelap dan tajam menatap Janice."Aku sudah peringatkan kamu untuk jangan ikut campur dalam masalah in

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 533

    Penny meraih tasnya yang tergeletak di sofa, lalu berbalik menuju toilet. Janice menampilkan ekspresi bersalah dan menerima handuk yang diberikan oleh pegawai butik.Dia lalu menoleh ke arah Thiago dengan tulus dan berkata, "Pak Thiago, aku pergi lihat keadaan Bu Penny dulu. Kalian lanjutkan saja pembicaraan kalian."Thiago mengangguk dingin, tampak sama sekali tidak peduli dengan ibunya. Sementara itu, Janice berjalan menuju toilet.....Begitu melihat Janice masuk, Penny langsung menurunkan rok yang tadinya hendak dia angkat."Ngapain kamu ke sini? Dasar nggak berguna! Lihat saja gimana nanti setelah kamu nikah!"Janice memegang handuk, lalu berkata pelan, "Bu Penny, maafkan aku. Mungkin lebih baik Bu Penny masuk ke bilik untuk membersihkan diri?"Bagian yang terkena tumpahan teh cukup canggung. Jika tidak segera dikeringkan, pakaian dalamnya mungkin akan basah seluruhnya. Tadi Penny jelas sekali tidak ingin memperlihatkan tubuhnya. Jadi, tentu saja masuk ke bilik toilet adalah pilih

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 532

    Rachel berpegangan pada tangan pegawai butik dan melangkah dengan hati-hati ke depan. Pada saat itu, Janice terpaku. Berbagai kata muncul dalam pikirannya, tetapi akhirnya hanya satu kata yang tersisa .... Anggun.Mengingat Rachel menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa memakai gaun yang terlalu berat atau rumit. Jadi, desainer telah merancang gaun ini khusus untuknya.Bagian atasnya adalah korset berbahan renda dengan tulang, dihiasi dengan tumpukan kelopak tipis dari kain transparan, sehingga memberikan kesan ringan tetapi tetap kokoh.Bagian roknya terbuat dari tulle berlapis-lapis. Bagian bawahnya terdapat belahan kecil sehingga tidak mengganggu pergerakannya.Auranya yang lembut dipadukan dengan senyum bahagia Rachel, dia terlihat seolah memang pantas mendapatkan yang terbaik di dunia ini.Rachel mengenakan sepatu hak tinggi dan berjalan mendekat dengan hati-hati. Dia bahkan tersenyum cerah kepada Janice, seakan bertanya apakah gaunnya terlihat bagus atau tidak.Bagus.Sangat bagus

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 531

    Mendengar Rachel pernah menyebut namanya, Thiago langsung melepas genggamannya dan menjabat tangan Landon dengan kedua tangan. "Pak Landon, senang bertemu dengan Anda."Akhirnya, Janice terbebas dari cengkeraman Thiago. Dia melirik Landon dengan penuh rasa terima kasih. Landon tetap tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Ayo masuk. Tubuh Rachel lemah, jangan terlalu lama di luar kena angin."Thiago segera mengangguk. "Maaf, aku nggak memikirkan itu. Silakan masuk duluan."Mendengar ucapannya, semua orang langsung menyingkir dan memberi jalan bagi Jason dan Landon untuk masuk lebih dulu.Begitu semua orang berjalan ke dalam, Janice mengangkat lengan bajunya. Di bawah kulitnya yang pucat, terlihat jelas bekas memar berbentuk jari.Thiago terlalu menakutkan.Janice menggigit bibirnya sambil menahan rasa sakit, lalu mengikuti yang lainnya masuk.Begitu masuk ke butik, Janice menyadari bahwa Penny masih memakai kacamata hitamnya."Bu Penny nggak mau lepas kacamata?"Reaksi Penny sa

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 530

    Di studio.Hari pertama kembali bekerja, Amanda membagikan angpau kepada semua orang sebelum memulai rapat. Setelah itu, dia menjelaskan pekerjaan yang akan dikerjakan dalam satu bulan ke depan.Setelah kembali ke mejanya, Janice segera mengirim pesan kepada Ivy untuk mengingatkannya agar jangan lupa sarapan. Tidak lama kemudian, Ivy membalas pesannya.[ Hari ini aku dapat dokter wanita baru, dia baik sekali. Setelah mengobrol sama dia, rasanya aku nggak terlalu tertekan lagi. ][ Kamu jangan khawatir. Tapi sepertinya pamanmu sudah hampir tahu semuanya. Dia mulai curiga kenapa aku belum pulang dan bilang akan menjemputku langsung ke perbukitan. ]Janice mengetik balasan singkat.[ Sebentar lagi. ]Setelah mengirim pesan, Janice mengernyit sedikit. Bukankah teman Arya yang ditugaskan seharusnya seorang pria? Kenapa sekarang malah dokter wanita?Namun, selama Ivy baik-baik saja, itu sudah cukup. Dia berpikir untuk mentraktir Arya makan nanti sebagai ucapan terima kasih.Baru saja dia mel

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 529

    Jason menatap dingin ke dalam mobil tersebut. Dalam 90 detik waktu lampu merah, Janice mengatakan banyak hal kepada Landon. Terakhir kali Janice berbicara begitu banyak dengannya adalah saat dia menipu Jason di vila.Begitu lampu hijau menyala, mobil Janice berbelok dan menghilang dari pandangan. Jason mengerutkan kening, lalu mengangkat tangan untuk memijat pelipisnya.Melihat hal itu, Norman bertanya dengan khawatir, "Pak, Anda mau saya menepi untuk ambil obat?"Sejak kebakaran di vila, Jason sering mengalami sakit kepala, tetapi pemeriksaan medis tidak menemukan masalah apa pun. Arya pernah mengatakan bahwa itu bukan sakit fisik, melainkan tekanan batin yang terlalu besar.Jason terdiam sambil menatap ke luar jendela dan memainkan cincin nikahnya. Dulu, dia sering memutar cincin itu untuk mengingat tanggung jawabnya. Namun entah sejak kapan, dia justru sering terdiam sambil menyentuh cincin itu.Sesampainya di Keluarga Karim.Para pelayan sibuk memindahkan koper dan barang-barang. S

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 528

    Setelah keluar dari klub, Janice pergi ke rumah sakit swasta. Baru saja masuk ke kamar perawatan, dia melihat Ivy melempar ponselnya ke dinding.Seiring dengan suara gebrakan, layar ponselnya hancur berkeping-keping.Ivy memegangi kepalanya sambil meringkuk di ranjang. Begitu mendengar ada suara, dia langsung mendongak dan menampakkan kedua matanya yang memerah. Jelas sekali, baru saja dia berpura-pura baik-baik saja saat melakukan panggilan video dengan Zachary, tetapi kemudian langsung diancam seseorang.Saat melihat Janice, air matanya langsung berderai dan merusak riasannya hingga berantakan. Hanya dalam tiga atau empat hari, Ivy telah menjadi begitu kurus dan lemah. Pipinya juga mulai cekung.Inikah yang disebut Jason dengan "Ibumu sudah nggak apa-apa"?Janice bergegas menghampirinya, lalu memeluknya erat. "Ibu, jangan takut. Aku nggak akan membiarkan semua ini sia-sia."Ivy hanya bisa mengeluarkan suara lirih dan tubuhnya gemetar dalam pelukan Janice. Butuh waktu hingga tengah ma

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status