Semua Bab Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket: Bab 181 - Bab 190

208 Bab

Bab 181 : Pentas Seni

“Gawat gue salah ngomong. Apaan sih Rio, mau tahu aja urusan cewek! Sana-sana pergi!” Mila berusaha mengusir Rio agar menjauh dari mereka, dengan mendorong tubuh Rio. “Bae, udah selesai? Ayo pulang!” seru Jonathan yang sudah berdiri di ambang pintu kelas. Bukan hanya Rachel yang menoleh ke arah Jonathan, melainkan Rio pun ikut menoleh dengan kedua alis saling bertaut. “Bae? Jangan-jangan lu yang mau nikahin Rachel ya, Jo? Serius?” sahut Rio dengan suara yang menggelegar. “Astaga, Rio!! Bisa gak sih jangan keras-keras ngomongnya!!” bentak Mila merasa geregetan dengan mulut ember Rio. Masih ada beberapa teman di kelasnya. Meskipun Mila sadar jika dia yang memulai, namun kehadiran Rio semakin memperkeruh keadaan. “Apaan sih, Mil. Gue kan cuma lanjutin omongan elu. Lu sendiri kan yang bilang Rachel mau nikah setelah lulus?” sahut Rio yang tak mau disalahkan. Dia hanya penasaran. “Memangnya ada yang salah kalau gue mau nikah sama Rachel?” Kini Jonathan ikut bersuara. Berdiri di tengah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 182 : Pentas Seni (2)

Semenjak kecelakaan yang merenggut nyawa Jacob, membuat Rachel trauma. Dia juga mengingat akan kejadian yang pernah membuat tangan Jonathan patah. Berharap dalam hati hal buruk tak lagi menimpa keluarganya. Dengan perasaan tak menentu, Rachel meraih ponsel dari tas selempang. Berusaha menghubungi Jonathan hingga beberapa kali. Namun pemuda itu sama sekali tak menjawab. Bahkan pesan singkat yang Rachel kirim pun belum terbaca. Acara dimulai, pembawa acara memimpin para peserta untuk menyanyikan lagu kebangsaan, dilanjutkan dengan doa pembukaan. Berulang kali Rachel mengalihkan pandangannya ke belakang, tepatnya di pintu masuk aula. Berharap Jonathan muncul dari sana. Namun hingga pidato sambutan dari ketua panitia usai, pemuda itu tak kunjung datang. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari kepala sekolah yang diwakilkan oleh pak Supri selaku wakil kepala sekolah. Rachel kembali teringat akan Jessi. Bagaimana kabar gadis itu dengan kasus yang tengah dihadapinya? Mungkin saja Jer
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 183 : Pasangan Serasi

Lamunan Rachel buyar setelah mendengar sapaan Jonathan.“Kok seenaknya gitu sih ngambil kursi orang?” tanya Rachel seraya memutuskan kontak mata.“Bukan gitu, Bae. Cuma gue bantuin Theo aja biar bisa deket sama ceweknya.”Rachel perlahan menoleh ke belakang, melihat ke arah siswi yang tadi duduk di sebelahnya. Rachel tak terlalu mengenal murid dari kelas sebelah. Namun ketika melihat Theo bersikap hangat pada gadis itu, Rachel bisa memastikan jika ucapan Jonathan ada benarnya.Rachel kembali terdiam dengan pandangan yang tertuju di depan. Acara pun dilanjutkan dengan pemberian penghargaan pada murid berprestasi.Berkali-kali nama Rachel disebutkan sebagai salah satu penyumbang piala terbanyak dalam lomba akademis. Sementara Jonathan pun ikut menyumbang beberapa piala atas kejuaraan lomba pertandingan basket. Predikatnya menjadi kapten basket mewakili tim untuk maju menerima hadiah penghargaan dari sekolah.Hal itu tentu membanggakan hati Natasya dan Debora yang begitu antusias melihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 184 : Guru Pengganti

Setelah menyelesaikan sambutan, Nicholas melangkah menuruni panggung, sengaja memilih jalan yang bisa berpapasan dengan Jonathan dan calon menantu pintarnya itu.“Selamat, nak Rachel. Papi bangga sama kamu!” ucap Nicholas saat langkahnya tiba di depan Rachel. Tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala Rachel. Membuat hati Rachel merasa hangat. Setelah hampir dua Minggu tak merasakan perhatian dari seorang ayah, kini dia kembali merasakan hangatnya sentuhan pria yang sangat mengayominya layaknya anak sendiri.“Terima kasih, om Nicho.” Rachel mengulas senyum manis membalas tatapan Nicholas dengan raut wajahnya yang bahagia.Nicholas kembali melanjutkan langkahnya, tanpa memperdulikan tatapan Jonathan yang merasa tak terima dirinya tak mendapatkan perlakuan yang sama. Bukankah dia juga berhasil mendapat nilai yang bagus? Bahkan Jonathan juga membawa beberapa piala hasil dari kerja keras mengikuti turnamen basket. Mengapa papinya tak mengucapkan selamat padanya?“Ah, papi gak adil! G
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 185 : Menerima Tantangan

“Bae, udah selesai? Mau pulang sekarang?” tanya Jonathan dengan nafas yang tersengal. Keringat membasahi dahi dan pelipis. Kemejanya pun ikut terlihat basah. “Tangan lu udah baikan? Memangnya udah bisa ya buat main basket?” Bukannya menjawab, Rachel justru tampak cemas dengan kondisi tangan Jonathan. Terakhir kali mengikuti terapi, Rachel mendengar nasihat dokter agar Jonathan tidak terlalu melakukan pekerjaan berat. “Udah gak sakit kok, lagian cuma megang bola aja. Gue gendong lu juga masih sanggup!” jawab Jonathan berkelakar seraya mengerlingkan satu matanya. Membuat mata Rachel melotot. “Aduh, gak enak juga ya jadi obat nyamuk. Huh!” cetus Mila yang seperti tak dianggap keberadaannya. Jonathan beralih menatap Mila, “makanya buruan cari cowok! Biar gak jadi obat nyamuk! Tuh Rio masih jomblo, deketin aja!” “Daripada sama si mulut ember, mending gue jomblo seumur hidup!” balas Mila dengan ketus. “Hay, jangan hina temen gue! Belum juga lu mengenal Rio. Dia baik kok, setidaknya l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 186 : Hadiah Dari Papi

Meski enggan mengenakan gaun putih yang terbuka di bagian punggung, Rachel terpaksa memakainya untuk menghargai pemberian Jonathan. Rachel sengaja menggerai rambut panjangnya untuk menutupi bagian terbuka di punggungnya. Mengenakan stiletto yang terlihat glamour namun ternyata nyaman dikenakan di kakinya. Tubuh Rachel yang pendek, kini tampak lebih tinggi. “Chel, Jonathan sudah menunggu di depan!” Suara Natasya terdengar dari balik pintu. “Ya ma, sebentar lagi Rachel keluar.” Rachel bergegas menyemprotkan parfum dengan aroma vanila itu di beberapa bagian tubuhnya. Meraih tas putih berlogo Polma pemberian Debora, lalu melangkah keluar kamar. Dari kejauhan, terlihat Jonathan tengah bercengkerama dengan nenek Maria di ruang tamu. Setelan semi formal, atasan dan bawahan yang warnanya senada dengan gaun Rachel, membuat penampilan Jonathan terlihat lebih tampan dan bercahaya. Langkah Rachel terhenti, kala nenek Maria melihatnya. “Wah, cucu kesayangan nenek sangat cantik!” Atensi Jona
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 187 : Sebuah Tamparan

Jo merasakan salivanya terasa tercekat di tenggorokan, berusaha menelannya dengan susah payah. Detak jantungnya terus bertalu, mencoba fokus pada pengait kalung namun rasanya sulit. “Udah, Jo?” Suara Rachel menyentak kesadaran Jonathan. “Ya, ya udah-udah!” jawab Jo salah tingkah. Rachel kembali ke posisi semula, ibu jarinya mengusap liontin yang tampak berkilau itu dengan wajah menunduk. Rachel kembali teringat akan masa lalu saat mendiang papa Jacob masih hidup. Beliau selalu memberikan barang-barang di momen spesial. Andai saja papanya masih hidup, pasti beliau juga akan memberikan hadiah spesial untuknya. Banyak barang-barang pemberian papa Jacob yang masih tersimpan rapi di kamarnya. Sebagian besar Rachel tak memakainya sampai sekarang. Bukan karena dia tidak menghargai pemberian papa, melainkan hampir semua barang pemberian Jacob berupa baju dan aksesoris wanita yang feminim. Rachel menarik nafas dalam-dalam seraya memejamkan mata. Berjanji dalam hati, setelah ini akan men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 188 : Cemburu Itu Wajar

Dengan langkah tegap, Jonathan berjalan menghampiri Mila. “Mil, mana Rachel? Gue suruh lu jagain Rachel ngapain lu malah mojok?!” “Rachel tadi bilang gak suka tempat rame, Jo. Makanya gue ijinin pas dia pergi. Katanya mau nyari tempat sepi. Tapi tenang aja, udah ada Alisha yang jagain,” jelas Mila. Jonathan bergegas menyelusuri ruangan yang cukup luas itu. Meskipun jawaban Mila masuk akal, namun dia tidak akan tenang jika belum melihat langsung keberadaan kekasihnya. Saat dia berpapasan dengan beberapa teman dekat Alisha, Jo langsung bertanya. “Alisha sama Rachel tadi ke teras balkon sih. Katanya mau nyari udara segar," ujar salah satu teman Alisha. Jonathan segera memacu langkahnya dengan tidak sabar menuju tempat yang ditunjuk oleh teman Alisha tadi. Tangannya sudah mencengkeram handle pintu kaca bersiap untuk membuka. Namun saat pandangannya menangkap sosok lelaki yang tengah berbicara dengan kekasihnya, hati Jonathan kembali memanas. Bukan Alisha yang dia lihat, melainkan pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 189 : Kamera, Hati, dan Kompas

“Bae, mau pulang sekarang?” Jonathan balik bertanya. “Jangan dulu pulang, Chel. Lagian acara belum selesai. Tunggulah dulu, sampai kita puas kumpulnya,” celetuk Rio disambut lirikan tajam Mila, mengisyaratkan Rio agar diam, tidak ikut campur. “Kalau lu pengen pulang sekarang gak masalah sih, Chel. Kalian bicara baik-baik ya,” timpal Mila seraya menepuk pundak Rachel dan bergerak menjauh. Menghampiri Rio dan menariknya keluar dari kerumunan. Sebenarnya Rachel ingin segera pergi dari tempat itu. Namun melihat tatapan Alisha dan teman sekelasnya yang lain, seakan menahannya untuk tetap di sini. “Pulangnya nanti aja, bareng sama lain.” Entah sadar atau tidak, saat Rachel menjawab itu. Dengan keberanian yang entah datang dari mana, Rachel meraih tangan Jonathan. “Terus di sisi gue, biar lu gak salah paham lagi!” tegas Rachel seraya mengulas senyum tipis. Bak mendapat angin segar, keresahan Jonathan pun mendadak hilang. Berganti dengan rasa bahagia melihat perubahan sikap Rachel yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 190 : Rachel Mabuk

Jonathan hendak melangkah ke bar minuman, untuk mengatakan pada waiters jika minuman yang datang tidak sesuai dengan apa yang dipesan. Namun langkahnya tertahan, kala tangan Rachel mencengkeram erat pergelangan tangannya. “Mau kemana, Bae? Jangan tinggalin gue!” ucap Rachel dengan suara lirih. Sorot matanya menatap pada Jonathan penuh harap agar pemuda itu tidak pergi meninggalkannya barang sekejap pun. Jonathan urung pergi, memutuskan untuk kembali duduk. Kini dirinya tahu apa yang membuat Rachel mendadak berubah. Minuman yang dia pesan adalah minuman soda. Namun yang datang justru long island yang mengandung alkohol. Bagaimana tidak membuat kekasihnya mabuk? “Chel, kita pulang?” “Idih, ngapain sih buru-buru. Masih asyik juga di sini, Bae!” Rachel kembali bergerak mengikuti alunan musik. “Lu mabuk, kita harus pulang!” tegas Jonathan. Dari jarak pandangnya, dia bisa melihat wajah Rachel yang sudah memerah. Rachel tak menyahut, justru bergelayut manja di lengan kekar Jonathan sem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status