Semua Bab Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket: Bab 171 - Bab 180

208 Bab

Bab 171 : Foto Prewed?

Rachel yang mendengar pertanyaan Alisha terlihat gugup. Memilih untuk diam, dan menunggu Jonathan yang menjawab pertanyaan Alisha. “Udah lama kali, Lis. Lu aja yang gak sadar,” jawab Jonathan dengan santai. “Eh, apa iya gue yang gak sadar ya. Lagian Rachel juga jarang cerita sih,” balas Alisha seraya melirik ke arah Rachel. “Hum, buruan fotoin gue!” Jonathan pun kembali menyodorkan ponselnya ke Alisha, lalu beralih menghampiri Rachel. “Bae, kita foto ya! Anggap aja salah satu foto prewed.” Astaga, kenapa mulut Jonathan tak bisa dikontrol? Rachel menatap tajam pada pemuda jangkung itu. Namun justru Jonathan mengerlingkan satu mata ke arahnya. Menarik tangan Rachel sebelum gadis itu protes. Berdiri berdampingan dengan latar belakang pemandangan pantai. “Merapat dikit dong!” seru Alisha memberi aba-aba dengan tangan kirinya. Rachel tak berpindah dari posisinya. Berdiri dengan gaya kaku, dengan posisi kedua tangan saling bertaut di depan. Sedangkan Jonathan yang memutuskan untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Bab 172 : Kabar Buruk

Kini Rachel, Mila dan Jonathan berada dalam satu mobil. Mila memutuskan untuk pulang setelah tadi melihat kehadiran Bella. Gadis gila yang tak tahu malu. Mila segera beranjak dan menghampiri Rachel dan Jonathan. Dia sudah tak peduli dengan tanggapan Ray nantinya. Apakah pemuda itu akan menuruti permintaan Bella atau menolak? Toh, itu bukan urusannya lagi karena mereka sudah putus, begitu pikir Mila. Jonathan sudah menghubungi supir sedari tadi, ketika mereka baru saja sampai di pantai. Meminta supir untuk menunggunya di parkiran. Kini dia meminta supirnya untuk membawa motor Mila, sementara sang pemilik motor berada di dalam mobil. Tanpa diminta, Rachel pun berinisiatif untuk mengambil alih kemudi dengan Jonathan yang duduk di sisinya. Sesekali melihat pada spion di atas kepalanya untuk memantau keadaan Mila setelah tadi sempat melihat sahabatnya menangis. “Udah jangan terlalu dipikirin, Mil! Masih banyak cowok baik di luaran sana. Tapi kalau lu nyari yang kayak gue, udah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 173 : Kondisi Jacob

Bola mata Rachel membola sempurna. Perasaan tak percaya dan terkejut setelah mendengar jawaban dari nenek Maria, bercampur aduk di hatinya. Seperti ada beban berat yang menekan dadanya, membuatnya sulit untuk bernafas. Mata Rachel mulai terlihat memerah dan berair, tanpa terasa bulir bening pun jatuh dari pelupuk mata. Ketiga wanita beda usia itu saling berpelukan, mencurahkan rasa takut dan kekhawatiran yang teramat sangat. Tanpa kata, hanya isak tangis yang terdengar memenuhi seluruh penjuru ruangan. Jonathan yang sedari tadi berdiri di ambang pintu, ikut mendengar berita buruk yang disampaikan nenek Maria. Diapun sama terkejutnya. “Papa dimana? Rachel mau temenin papa,” suara Rachel terdengar lirih dan serak. Namun keinginan untuk bertemu dengan papanya, tak bisa ditunda lagi. “Papamu masih ada di rumah sakit di Bali, Chel. Nenek sudah suruh asisten untuk memesankan tiket pesawat untuk hari ini, tapi sayangnya penerbangan untuk siang ini penuh. Nanti malam..” “Bolehkah Jo memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 174 : Garda Terdepan

“Mas, kami sudah di sini. Lekaslah bangun! Ayo kita pulang!” Nada suara Natasya terdengar pilu bercampur isak tangis, membuat batin Rachel semakin tersayat perih. Harusnya hari ini dia merayakan kebahagiaan atas kelulusannya mendapat nilai tertinggi. Namun justru keadaan berubah. Pria yang begitu disayanginya kini terbaring tak berdaya di ranjang, tengah berjuang antara hidup dan mati. Rachel melangkah mendekat, berdiri di samping mama Natasya. Dari jarak sedekat ini, dia bisa melihat ritme nafas papa Jacob yang tak normal. Dadanya naik turun seirama dengan bunyi monitor yang terdengar cepat. “Kami sudah melakukan CT scan pada kepala pasien. Akibat benturan keras terlebih di bagian kepala, membuat kondisi tulang tengkoraknya mengalami kerusakan,” jelas dokter yang menangani. “Lakukan apapun yang bisa menyelamatkan papa Jacob, dok!” jawab Jonathan penuh harap. Tak ada perbedaan antara Jacob dan Nicholas, baginya Jacob adalah orang penting yang sudah dianggap sebagai ayahnya sendiri.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Bab 175 : Sebuah Firasat?

“Bagaimana, dok? Bagaimana keadaan suami saya?” tanya Natasya mendahului. Dokter terlihat mengambil nafas panjang, sebelum menjawab, “operasi sudah kami lakukan. Dan berjalan dengan lancar. Namun ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada nyonya. Apa saya bisa minta waktunya?” Natasya beralih memandang pada ibu mertua, Rachel dan Jonathan secara bergantian. Meskipun operasi berjalan lancar, namun ucapan dokter masih menyisakan rasa takut. “Silahkan ikut saya!” ucap dokter setelah melihat anggukan Natasya, lalu melangkah menuju ruang di samping kamar operasi. Pintu kamar operasi kembali ditutup. Natasya dan nenek Maria berjalan mengikuti sang dokter. Rachel menelan ludah yang tercekat di tenggorokan. Meskipun tak melihat secara langsung karena sebagian wajah dokter yang tertutup masker. Namun Rachel bisa menangkap ekspresi dokter hanya dengan melihat sorot matanya. Kabar baik sudah dia dengar barusan, namun mengapa rasa takut masih saja bersarang dalam hatinya? Ada sesuatu y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Bab 176 : Sesuai Harapan

Sudah seminggu lamanya, Jacob dirawat secara intensif. Namun keadaannya masih belum sadarkan diri. Nicholas berinisiatif untuk membawa pulang calon besannya. Hendak memindahkan ke rumah sakit di Jakarta. Tentunya ke salah satu rumah sakit terbaik. Dokter mengevaluasi kondisi pasien secara menyeluruh, menstabilkan kondisi medisnya agar tidak memburuk selama di perjalanan. Menyiapkan peralatan medis serta tim medis berpengalaman untuk memantau kondisi Jacob. Penerbangan pun dilakukan menggunakan pesawat khusus. Membutuhkan waktu kira-kira dua jam, hingga sampai di rumah sakit Medika Utama. Rumah sakit yang sama, saat Jonathan dirawat dulu. Rumah sakit langganan keluarga Lesham. Nicholas sengaja menempatkan Jacob di ruangan VIP, untuk kenyamanan keluarga yang menunggu. “Pulanglah Chel, biar mama yang nungguin papa di sini!” ucap Natasya pada putrinya yang bersikeras ingin menunggu papanya. “Rachel mau nungguin papa sampai papa sadar, Ma!” tolak Rachel. “Lihatlah nenek! Kasihan nene
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Bab 177 : Hanya Sebuah Mimpi Buruk?

Rachel kembali menunggu di depan ruang operasi. Tangisnya mulai pecah tak tertahankan lagi. Setelah beberapa hari berharap akan kesembuhan papanya, justru sekarang kondisi papa kembali memburuk. Jonathan pun sama, tak menyangka jika keadaan calon mertuanya akan kembali memburuk. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali pasrah dan menghibur kekasihnya yang tengah bersedih meski dirinya sendiri dalam keadaan kalut. “Kita doakan yang terbaik untuk kesembuhan papa,” ucap Jonathan seraya memberikan bahunya sebagai sandaran. Tak ada yang bisa dilakukan selain hanya memohon pada yang Empunya Kehidupan. Dari ujung lorong yang sunyi, terlihat sosok Natasya yang berjalan setengah berlari ke arah mereka. Raut wajahnya tampak panik. Tadinya sesampai Natasya ke rumah sakit, dia segera menuju ke ruang rawat suaminya. Namun ruangan itu kosong. Natasya berlari keluar ruangan untuk menghubungi suster, mencari tahu keberadaan suami juga putrinya. Apa yang dia dengar dari penjelasan singkat sang suster,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 178 : Kepergian Jacob

“Papaaaa!!” Rachel terbangun dengan nafas terengah-engah. Peluh membanjiri dahi dan pelipisnya. Matanya menelusuri ke seluruh penjuru ruangan yang terlihat samar di penglihatannya. Hingga sebuah sosok tinggi tegap menghampirinya. Raut wajahnya tampak cemas. Pemuda itu menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi Rachel yang sudah basah karena air mata. Mimpi buruk yang membuatnya tanpa sadar menangis dalam tidur. “Bae, mimpi buruk?” Suara lembut Jonathan menyentak kesadaran Rachel. Kepala Rachel mendongak untuk membalas tatapan Jonathan yang terlihat cemas. “Mana papa, Jo?” Suara Rachel terdengar lirih dan serak. Padahal apa yang terlihat tadi hanyalah sebuah mimpi. Mimpi buruk yang belum tentu terjadi. Namun mengapa semua terasa sangat nyata? Kebahagian bisa melihat kondisi papanya yang sudah sehat, seketika dihempaskan begitu saja dengan kepergian papanya. Belum sempat Jonathan menjawab, terdengar teriakan Natasya, membuat atensi keduanya teralihkan. “Mas Jacob!! Bangun mas!
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 179 : Perhatian Jonathan

Satu Minggu berlalu semenjak kepergian papa Jacob, Rachel masih larut dalam kesedihan, hanya berdiam diri di dalam kamar.Kediaman keluarga Shaquille serasa tak lengkap tanpa kehadiran Jacob, sebagai kepala keluarga juga satu-satunya pria yang menjadi pelindung keluarga.Sudah satu Minggu lamanya Rachel ijin tidak ke sekolah. Meskipun Natasya selalu membujuknya, dan Jonathan pun setiap pagi selalu datang menjemput. Namun Rachel merasa belum siap. Setiap kali keluar rumah melihat mobil papa Jacob yang terparkir di halaman rumah, rasa sedih itu bertambah.Meski masih dalam suasana berkabung setelah kepergian suaminya, Natasya memutuskan untuk menggantikan Jacob memimpin perusahaan. Berbekal kemampuan karena sering mengikuti perjalanan kerja suaminya, Natasya mengerti pekerjaan yang biasa dilakukan mendiang Jacob.Perusahaan yang tak terlalu besar, namun bisa mencukupi kebutuhan rumah. Natasya tak ingin hanya berdiam diri di rumah, meskipun ada asisten Jacob yang menggantikan.Pagi ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 180 : Rachel Mau Nikah?

“Acara kelulusannya hari Jumat pagi, malamnya anak-anak mau ngadain prom night party. Kemarin Mila titipin sesuatu buat lu, katanya peralatan buat pentas seni nanti. Itu gue taruh di bangku belakang,” ujar Jonathan di tengah perjalanan menuju ke sekolah. Rachel hanya melirik sekilas ke bangku belakang. Lalu kembali menatap ke depan tanpa menjawab ucapan Jonathan. Suasana kembali hening. Hingga mobil berhenti di lampu merah. Jonathan menatap ke samping. Terlihat wajah Rachel yang murung, membuatnya merasa kasihan. “Eh Bae, gimana kalau hari ini kita jalan? Mau nonton gak? Gue kemarin lihat ada film horor terbaru. Pasti lu suka..” “Kita langsung ke sekolah, Jo. Gue lagi gak pengen nonton. Lagian hari ini, niatnya gue mau ngundurin diri dari acara pentas seni. Biar Rio segera nyari pengganti,” pungkas Rachel sebelum Jonathan menyelesaikan ucapannya. “Lakukan apa yang lu mau. Kita ke sekolah sekarang.” Jonathan kembali memacu mobilnya ketika lampu merah berganti hijau. Dua menit seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status