Semua Bab COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi : Bab 31 - Bab 40

70 Bab

CHAPTER 31 HADIAH PENUH MAKNA

Beriringan tergelincirnya mentari ke arah barat, rangkaian wisuda UNICILA telah selesai. Secara bergiliran, gerombolan mahasiswa meninggalkan auditorium. Mereka berpencar menuju tujuan masing-masing—berselebrasi, mengabadikan kebahagiaan dengan orang-orang terkasih, atau menyegerakan badan tuk istirahat ke rumah.Di sudut timur halaman kampus, Syila menemui kakak dan ibunya yang sudah keluar mendahuluinya. Dijabat dan diciumnya tangan mereka tanpa bisa menyembunyikan semburat haru. Ia berterima kasih atas dukungan dari keluarga selama ia kuliah di universitas pilihannya. Hatinya cukup puas karena berhasil membuat bangga dengan menjunjung nama keluarga di panggung wisuda. "Ini juga karena usaha kamu, Syil. Kamu selalu tekun belajar. Kamu pantas mendapatkan prestasi ini,” puji Bu Sukma merangkul putrinya."Terima kasih ya, Bu," balas Syila seraya menitikkan air mata. “Kakak bangga sama kamu, Syil!” Hanif turut mengusap bahu adiknya. Gadis itu melepas rangkulan ibunya. Ia beralih memel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

CHAPTER 32 LEDAKAN KABAR

Siang ini, Rendi sedang bercermin di kamarnya, merapikan tatanan rambutnya ke samping kanan, sedikit naik. Sabtu ini ia izin cuti dari kantor. Sudah lama ia menunggu tanggal ini untuk libur mengantor. Dalam beberapa pekan terakhir, kehidupan kantor Rendi terasa lebih ringan. Ia tak lagi didera oleh sederet masalah seperti sebelumnya. Di kantor, ia sudah banyak berubah dan benar-benar menunjukkan kinerja terbaiknya untuk perusahaan. Pernah suatu waktu kepala divisinya memberikan pujian padanya. Dia bangga lantaran Rendi telah membuktikan progress yang apik. Produktivitas perusahaan melesat tajam bulan lalu. Semua itu berkat kecermatan Rendi melihat dan mengatur peluang bisnis."Kalau saja performamu di hari-hari awal bekerja seperti sekarang, saya pasti akan lebih bangga," ujar kepala divisi itu minggu lalu saat Rendi menyerahkan laporan bulanan divisinya. Di momen yang sama, Rendi memohon izin untuk cuti hari ini. Sebagai bentuk tanggung jawab, ia berjanji membawa pekerjaan kantor ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

CHAPTER 33 KECAMUK RASA

Tepat setengah jam setelah mereka meluncur dari kampus, rombongan Syila telah duduk manis di meja bundar restoran "SERBA ADA." Restoran itu berlokasi strategis, tak jauh dari kantor Rendi. Suasana mulai terasa hidup sejak mereka mengambil tempat duduk. Syila berada di antara Rendi dan Arfan—posisi yang sebenarnya tak pernah ia bayangkan. Di sisi kiri Rendi duduk Alyaa, sementara di kanan Arfan ada Marsya.Awalnya, Syila mengira Alyaa atau Marsya yang akan mengambil kursi di sebelah Rendi. Tapi lelaki itu dengan santainya justru menyerobot kursi kosong di dekatnya, tanpa banyak basa-basi. Gerakannya yang spontan membuat Syila sedikit canggung, tapi ia mencoba menahan ekspresi.Acara makan siang bersama ini berjalan lancar pada mulanya. Setiap orang memesan menu sesuai selera. Sembari menunggu pesanan masing-masing tiba, mereka berlima bercakap-cakap tentang hal umum. Rendi dan Arfan bertukar cerita tentang jenjang karier mereka. Di sini Rendi menaruh kagum pada sosok Arfan yang telah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

CHAPTER 34 JEJAK CEMBURU

“Kak? Kak Hanif? Ck!” Syila berdecak kesal usai teleponnya diputus sepihak oleh kakaknya. Ia tak bisa menahan diri. Sikap kakaknya telah menambah kecamuk pikiran dan perasaannya. Pikirannya menerawang pada kondisi ayah, khawatir terjadi hal buruk pada beliau. Bergegas pulang adalah cara terbaik untuk meredakan kecemasannya.Syila hendak kembali ke meja perjamuan sebelum akhirnya sebuah insiden menghadang langkahnya.Bruk!Tubuh tegap dengan dada bidangnya mendadak menghalangi jalannya. Syila menabrak seseorang yang menjadi alasan ketidaknyamanannya. Rendi, lelaki itu baru saja keluar dari toilet dan tiba-tiba bertabrakan dengan Syila yang tengah berbalik badan. Gadis itu nyaris terhuyung jika saja lelaki itu tak sigap menarik tangannya.Lagi-lagi alam mendekatkan tubuh keduanya. Kedua tangan Syila menahan tubuhnya yang hampir menempel ke tubuh Rendi. Manik mata mereka saling beradu. Rendi menautkan kedua alisnya, sedangkan Syila melemparkan tatapan jengah ditambah wajah yang kusut.“I
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

CHAPTER 35 MEMECAH LAMUNAN

Perjalanan di dalam mobil terasa sunyi. Tidak ada percakapan antara Alyaa, Syila, ataupun Rendi. Semua tampak kaku untuk memulai percakapan. Rendi fokus pada jalanan yang cukup ramai sore ini. Sedangkan, Syila yang duduk di belakang terus melamun. Ia masih belum bisa melupakan kejadian tadi. Baginya, pekan ini dirinya diterpa berbagai situasi yang sangat tak serasi. Bahkan hari ini pun banyak kejadian tak terduga yang mengguncang hatinya. Pagi tadi ia begitu terharu setelah namanya terdaftar sebagai salah satu wisudawan terbaik tahun ini. Kebahagiaannya bertambah ketika sahabat lelakinya menghadiahkannya kalung cantik. Hadiah yang menurutnya tak sekadar ungkapan selamat. Akan tetapi, semua binar cerianya berubah drastis di acara makan bersama siang ini. Ia harus menerima fakta bahwa Arfan telah begitu akrab dengan Marsya, sahabatnya sendiri. Pikirannya menerawang kemungkinan rasa cemburu yang telah memenuhi hatinya. Hingga ia seolah hilang respek pada Marsya, meski ia tak menunju
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

CHAPTER 36 SAPU TANGAN AJAIB

Sepanjang perjalanan dari rumah Alyaa, suasana di mobil benar-benar sangat sunyi. Rendi bingung harus memulai percakapan. Syila sedang tak baik-baik saja, itu yang diketahuinya. Namun, ia tak mau terkekang oleh situasi canggung ini. Akhirnya, Rendi memecah keheningan. “Boleh saya bicara jujur?” tanyanya dengan nada hati-hati.Syila melirik sekilas, kemudian menjawab dengan suara datar, “Apa lagi sekarang, Mas?” Jelas sekali, ia sedang tidak ingin diganggu.“Jadi, ada apa sebenarnya?” Rendi malah balik bertanya. Syila memandangnya dengan alis terangkat, sedikit heran. Bukankah tadi dia yang ingin mengatakan sesuatu? Kenapa malah berubah menjadi pertanyaan? Apa yang sebenarnya ingin dia sampaikan?“Saya serius, kamu lebih cantik hari ini,” ucap Rendi, memuji dengan nada lembut.“Apa sih, Mas? Nggak jelas banget!” ketus Syila karena merasa Rendi terdengar aneh.“Kenapa nggak dari dulu aja kamu berkerudung?” Rendi tak bisa berhenti melirik Syila sambil terus fokus berkendara.“Nggak usah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

CHAPTER 37 PETAKA DI ATAS LARA

Langit sore di Cilacap memancarkan warna keemasan yang memudar, seiring suara riuh kendaraan di kejauhan yang terdengar samar di tepi taman kota. Di bangku kayu yang sedikit usang, Rendi dan Syila duduk bersebelahan, namun seolah ada jarak tak kasatmata yang memisahkan mereka. Daun-daun berguguran, sesekali terbawa angin kecil yang terasa lembut tetapi menggigit di kulit.Sunyi mengisi celah di antara mereka. Rendi sesekali memandangi taman yang dipenuhi keluarga, pasangan muda, dan anak-anak bermain. Namun, matanya terus melirik Syila di sudut pandangnya. Botol minum di tangan Syila—pemberian Rendi siang tadi—sudah kosong setengah. Gadis itu tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, matanya menerawang jauh seakan mencari jawaban yang tak kunjung ia temukan.Rendi menghela napas, memecah kesunyian. “Udah berapa lama kamu simpan rasa cemburu itu?” tanyanya pelan, namun nadanya menusuk seperti belati.Syila tersentak, tapi ia segera menyembunyikan kegelisahannya. Dengan pandangan koson
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

CHAPTER 38 SATU JAM, DUA LUKA

Langit sore samar-samar mulai menampakkan semburat jingganya. Jarum pendek jam menunjuk angka empat. Artinya, sudah satu jam Rendi dan Syila duduk bersampingan di taman kota. Satu jam pula mereka telah saling meluapkan emosi. Meskipun keduanya sempat bergelut dalam perdebatan menyesakkan. Kini mereka telah tenggelam dalam cerita masing-masing.Akan tetapi, situasi mencekam mendadak dirasakan oleh keduanya, terutama Rendi. Shinta, kekasih Rendi, muncul tanpa aba-aba di hadapan mereka. Sorot matanya mengandung badai—amarah yang tak mungkin disembunyikan.“Rendi!” gertaknya, suaranya memotong udara sore seperti pisau tajam.Rendi terlonjak. Ia berdiri spontan, seolah punggungnya ditarik oleh kawat tak terlihat. “Shinta?!”“Jadi, ini alasan kamu selalu menghindar dariku?” Shinta melontarkan tuduhan, nadanya dingin namun tajam.Syila, yang hingga detik itu hanya menjadi pendengar cerita Rendi, ikut bangkit dengan raut bingung. Tatapannya bergantian antara Shinta dan Rendi, seolah mencari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

CHAPTER 39 CINTA TAK BERLABUH

Di sore yang kian menampakkan sinar jingganya, Rendi masih berupaya menahan risih terus-menerus berada di sisi Shinta. Kekasihnya tak memberi ruang sekecil apa pun untuknya menjauh. Kepulan sesak telah memenuhi rongga dadanya—hampir meledak. Deru napas berangsur diembuskannya secara tak beraturan.Rendi tak tahu, apakah niat dalam hatinya dapat dibenarkan atau tidak? Akan tetapi, ia tak bisa menahan pertanyaan di benaknya lebih lama lagi. “Shin,” Rendi akhirnya memanggil, suaranya terdengar lebih berat dari biasanya.Shinta menoleh cepat, matanya berbinar meski Rendi tak dapat menangkap ketulusannya. “Iya, sayang?” sahutnya lembut, namun sikap manjanya tak mampu menyembunyikan rasa ingin tahu.Rendi menggigit bibirnya sejenak, mencari keberanian untuk mengucapkan apa yang selama ini menyesakkan pikirannya. “Apa kamu benar-benar mencintai aku? Atau... kamu cuma ingin memuaskan ego kamu?”Shinta terdiam. Jemarinya perlahan melonggar dari lengan Rendi, seperti tersengat oleh pertanyaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

CHAPTER 40 BISIKAN MALAM TENANG

Sementara itu, Syila telah meninggalkan taman kota sejak lima belas menit yang lalu. Kini ia sudah berada di kompleks perumahannya dan baru saja menyelesaikan transaksi dengan ojek online. Saat motor ojol menjauh, ia menarik napas panjang, lalu mengusap wajah—memastikan tak ada jejak sembab di sekitar matanya. Di teras kecil rumahnya, Syila berhenti sejenak. Ia mengatur napas, mencoba menghapus segala jejak kekesalan dari wajahnya. Ia tidak ingin menimbulkan pertanyaan dari keluarganya. Setelah merasa cukup tenang, ia mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.“Assalamualaikum,” suaranya bergetar sedikit.“Waalaikumsalam, masuk, Sayang!” terdengar suara lembut ibunya dari dalam.Syila membuka pintu dengan hati-hati. Namun, begitu pintu terbuka lebar, langkahnya terhenti. Matanya membelalak, terkejut melihat meja tamu yang dihiasi tumpeng nasi kuning mungil dengan lauk-pauk tersusun rapi di sekitarnya. Lilin kecil menyala di tengahnya, menciptakan suasana hangat di ruang tamu."Happy gr
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status