All Chapters of COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi : Chapter 11 - Chapter 20

30 Chapters

CHAPTER 11 HAI, KITA BERTEMU LAGI!

Rendi masuk mobil dengan wajah yang semringah. Hatinya amat lega bisa mengungkapkan semua yang ia rasakan kepada Shinta. Ia berharap semoga Shinta bisa mencerna baik-baik kalimatnya. Bahkan jika perlu, Shinta benar-benar sadar kesalahannya dan mau diajak mengakhiri hubungan. "Huffft! Untuk sementara gue bisa bebas dari Shinta." Rendi mengembuskan napas lega. Sejujurnya, terbersit rasa bersalah dalam benaknya terhadap Shinta. Ia mengakui dalam hati apa yang dilakukannya boleh dibilang keterlaluan. Sejak awal berpacaran, Rendi tak berkenan menerima perasaan Shinta. Namun, berbekal rasa simpati dan kekhawatiran memaksanya menerima Shinta sebagai kekasihnya. Ia berpikir barangkali ia bisa perlahan menumbuhkan cinta untuk perempuan yang gemar menggerai rambut blondenya yang panjang. Akan tetapi, ada banyak sifat Shinta yang tak disenanginya sehingga tak mampu memantik cinta di hati Rendi.Rendi mengusap wajah lelahnya lalu menyalakan mesin mobilnya. Ia bergegas pergi dari tempat itu, taku
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

CHAPTER 12 TERIMA KASIH

Syila menderapkan langkah cepat di tepi jalan menuju rumahnya. Tak sampai satu menit, kakinya sudah berjejeran dengan bumper mobil Avanza yang terparkir di halaman rumahnya. Ia amat mengenali pemilik mobil berwarna hitam itu. Stiker beruang coklat masih menempel erat di pinggir atas kiri kaca depan mobil itu.Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum." Syila masuk ke rumah. "Wa'alaikumsalam." Dua orang yang ada ruang tamu menjawab serempak. Mereka adalah ayah Syila dan seorang tamu.Persis seperti dugaan Syila. Arfan datang ke rumahnya. Ia tengah duduk santai di kursi ruang tamu bersama ayahnya. Syila pun segera duduk di kursi yang berseberangan."Kak Arfan kok ada di sini?" tanya Syila sambil meletakkan tas kuliahnya. "Hush! Nggak sopan," tegur ayah. Syila menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal sambil nyengir. "Kak Arfan sudah lama di sini?" Syila mengganti pertanyaannya. "Nah, itu lebih baik," puji ayah. Syila tersenyum kaku. Arfan ikut terkekeh pelan. Arfan menjawab jika ia sudah set
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

CHAPTER 13 KENANGAN DIBALIK SYAL MERAH

Usai melepas kepergian Arfan, gadis yang rambutnya tergerai anggun itu masuk ke rumah. Syila langsung menuju kamar. Ia merenung di dalam kamarnya. Matanya tertuju pada figura berisi foto masa kecilnya bersama Arfan. Tepatnya saat mereka masih menjabat pengurus OSIS di SMP. Ia kemudian membuka laci yang ada di bawah lemari pakaiannya. Ia mengambil sebuah barang dari sana. Ada sebuah syal di dalam sana. Syal yang pernah dijahit oleh tangan Arfan sendiri dan diberikan kepada Syila tepat saat kelulusan SMA Syila. Dulu Syila pernah bermimpi bisa datang ke negara bermusim salju. Namun, sekarang mimpi itu masih sebatas angan. Tekadnya masih terjaga, tetapi ia menggenggam prioritas lain. "Kak Arfan. Kakak selalu baik ke aku. Meskipun aku tahu kebaikan Kakak cuma untuk persahabatan. Tapi aku nggak bisa mengelak lagi. Aku menganggap perhatian Kakak ke aku lebih dari sekedar sahabat," kata Syila menatap sayu syal di tangannya. **Flashback on**Pada suatu Sabtu di tahun 2018, gerombolan siswa
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

CHAPTER 14 PERASAAN YANG TAK TERUNGKAP

Sore itu, Rendi bersandar di tembok teras rumahnya, menyesap udara senja yang terasa lembut. Ia menunggu kedatangan Alyaa, pengajar les adiknya. Pandangannya terarah ke langit, pikirannya terbang kembali pada peristiwa siang tadi. Peristiwa yang mengobrak-abrik separuh prinsip awalnya yang tak berniat menyukai gadis itu.Sebuah senyum tipis terlukis di wajah maskulin Rendi, namun segera diiringi helaan napas panjang. Meski masih kesal dengan insiden di kantor yang mencoreng namanya, ia tak mengerti mengapa pertemuannya dengan gadis bernama Syila justru menghadirkan perasaan senang."Syila... Nama yang cantik, persis seperti pemiliknya," gumam Rendi pelan. Bayangan Syila kembali hadir, mengingatkannya pada pertemuan pertama mereka yang penuh adu mulut. Gadis keras kepala itu, entah bagaimana, berhasil menarik perhatian Rendi. "Coba saja aku belum punya Shinta, pasti aku bisa lebih bebas membiarkan kepalaku memikirkan Syila. Kasihan juga Shinta karena harus jadi korban rasa nggak enakk
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

CHAPTER 15 PERCIK API CEMBURU

Keesokan harinya, Syila meminta bertemu dengan kedua sahabat perempuannya. Ia harus mencurahkan kebimbangannya atas keinginan ibu. Ia ingin meminta pendapat kedua sahabatnya yang barangkali bisa memberi solusi. Mereka bertemu di kafe langganan mereka. Kebetulan mereka sedang tak punya jadwal ke kampus. "Aku lagi bingung. Ibu minta sesuatu ke aku yang mana aku belum siap buat memenuhi keinginan itu." Syila memperlihatkan raut bimbangnya. Dagunya menempel pada meja kafe."Memang apa yang diminta sama ibumu?" tanya Alyaa berpangku sebelah tangan. Syila menarik napas sebentar dan mengangkat wajahnya. Kemudian ia mulai bercerita kejadian sore kemarin saat ibunya menunjukan dua helai kerudung. Ibunya ingin setelah lulus, ia bisa mantap menggunakan kerudung. Ibu menuturkan kepadanya bahwa menutup seluruh aurat adalah kewajiban seorang muslimah. Sementara selama ini Syila tidak pernah menggunakan kerudung di kesehariannya kecuali ketika datang ke pengajian atau ketika hari raya tiba. "Aku
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

CHAPTER 16 HAI, PEREMPUAN PEMARAH

Sore hari Syila berpamitan kepada ibu, ayah, dan kakaknya—hendak menemani temannya pergi. Ibu menatap Syila sedikit kecewa karena putrinya masih belum menggunakan kerudung. Syila yang memahami arti tatapan ibunya segera keluar dari rumah sambil memberi salam. Syila berjalan sebentar hingga pertigaan di mana di sana sudah ada Alyaa yang menunggunya di dalam sebuah taksi. Syila masuk ke taksi. Ia meminta maaf sudah membuat Alyaa menunggu lama. Alyaa merasa tidak keberatan. Taksi berjalan dengan kecepatan 60km/jam. Sesekali dalam perjalanan, Alyaa dan Syila bercakap-cakap. "Ini nggak masalah kan kalau aku ikut denganmu?" tanya Syila. Alyaa seraya memeriksa sesuatu di tasnya menjawab, "Nggak apa-apa. Kamu santai aja. Aku lagi malas berpergian sendiri saja, kok.” Syila mengangguk.‘Hari ini aku nggak boleh canggung di depan Mas Rendi. Aku harus jadi Alyaa yang dia kenal,’ ucap Alyaa dalam hati. Lima belas menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah tempat Alyaa mengajar les. Usai
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

CHAPTER 17 MELEPAS RINDU

Malam hari Rendi menyambangi rumah David. Usai dua hari terkena skors, ia perlu menemui rekan kerja sekaligus sahabatnya. Setidaknya ia butuh melepas rindu sekaligus bertanya perihal tugas kantor yang tertinggal. Dalam hati, ia berharap tidak ada tumpukan tugas di meja kerjanya saat besok ia kembali bekerja. "Sejauh ini kantor lagi aman-aman aja. Semua tugas kamu udah terkover sama aku," kata David mengambil posisi jekang di sofa ruang tamu. "Fiuuuh...syukurlah. Seenggaknya besok aku nggak kaget datang ke kantor." Rendi menyandarkan punggung ke sofa, merasa lega. "Tapi itu artinya potongan gaji kamu buat bonus gaji aku dong, hahaha." David tertawa jahil. "Semprul!" Rendi mendengus, meski senyum kecilnya tak dapat disembunyikan. Pandangan Rendi berkeliling, menyapu setiap sudut rumah sahabatnya. Bola matanya seperti mencari sesuatu. Setelah beberapa saat, ia bertanya, “Orang tua kamu mana? Kok nggak kelihatan?” “Mamah sama papah lagi ke rumah nenek,” jawab David santai.
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

CHAPTER 18 POTONGAN TRAUMA

Rendi begitu lembut mengusap wajah mulus adiknya, seolah khawatir belaiannya yang terlalu keras akan menggugah tidur lelap Lisa. Jemari maskulinnya menyasar pipi Lisa secara perlahan. Ia mencoba menyerap kehangatan yang terpancar dari muka mungilnya. Dengusan napas kasar diembuskannya berulang-ulang. Ia tak sanggup menyembunyikan sesak yang menyergap dadanya.Mata Rendi tak kunjung lepas dari wajah polos gadis itu. Setiap lekuk wajah Lisa kembali mengingatkannya akan tanggung jawab besar yang dipikulnya. Terbersit rasa bersalah yang selalu menghantui hatinya. Ia sadar, tak sepantas gadis belia di sampingnya menerima penderitaan sehebat ini.“Eheemmm…” Lisa tiba-tiba menggeliat, tangannya mengarah ke atas, tak sengaja menyentuh wajah Rendi.“Kakak?” Lisa mengerjapkan matanya.“Hei, kamu terbangun lagi?” Rendi berhenti mengusap wajah Lisa. “Kakak ganggu kamu, ya?” tanya Rendi yang langsung ditanggapi gelengan kepala oleh Lisa. Gadis kecil itu bangkit dari rebahannya.“Maaf ya, tadi Kak
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

CHAPTER 19 RETAKAN LUKA

PRAAKK! Pukulan keras menghantam permukaan kaca, membuatnya retak seketika.PRAANGG!Gema pecahan kaca memenuhi udara, bergaung di antara dinding kamar yang sunyi. Serpihan kaca berjatuhan satu per satu, menciptakan dentingan halus yang menambah ketegangan di ruang itu.Ting! Ting!Ruangan itu mendadak diselimuti keheningan tegang. Hanya terdengar serpihan-serpihan kaca yang menggesek permukaan lantai. Kini tersisa kepingan-kepingan kaca asimetris yang masih menempel di dinding.Malam yang tenang seperti menjadi saksi bisu, menemani emosi yang mengepul di ubun-ubun Rendi. Genggaman tangannya masih erat, seolah dia mencoba menahan segala amarah yang terus menggerogoti dirinya. Perlahan, ia menurunkan tangan kiri yang gemetar, membiarkan tetesan darah menetes dan meresap ke lantai kamar yang dingin. Mata lelaki itu bak elang yang sedang menerkam musuh bebuyutannya, menyala dengan amarah yang tak lagi bisa disimpan.Kilau serpihan kaca di bawah sinar lampu kamar, seolah mempertegas jeja
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

CHAPTER 20 PENANTIAN HARI BAHAGIA

Kamis, 17 Februari 2022, Syila telah rapi menggenakan kemeja putih yang ditutup jaz almamater kampusnya. Rok hitam yang dipakainya menambah anggun penampilannya pagi ini.Ini pagi yang mendebarkan bagi Syila, Alyaa, Marsya, dan beberapa mahasiswa lainnya. Mereka akan melaksanakan sidang skripsi. Waktu satu minggu dirasa cukup bagi mereka memahami isi skripsi untuk dipresentasikan dan menerima pertanyaan dalam sidang. Segala kebutuhan seperti dokumen presentasi dan draf skripsi telah rampung dipersiapkan.Pagi ini Syila berpamitan pada Ibu dan sekeluarga serta meminta restu agar dilancarkan segala urusannya. "Kakak harap kamu bisa secepatnya lulus dan diwisuda supaya kamu bisa capai cita-cita kamu." Hanif membelai rambut adik perempuannya itu. "Terima kasih, Kak," ucap Syila. "Syila, ini Ibu ada satu kain kerudung segi empat putih untuk kamu. Kemarin Ibu beli di pasar." Ibu menunjukkan kain kerudung kepada Syila. "Kamu pakai hari ini, ya?" pinta ibu. Syila menunduk. Dengan pelan i
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status