Semua Bab COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi : Bab 51 - Bab 60

70 Bab

CHAPTER 51 CEMBURU TAK KASAT MATA

Waktu seolah bergulir tanpa henti. Siang yang terik menggantikan sejuknya pagi, lalu berangsur meredup menuju sore. Jalanan disesaki kendaraan pribadi yang bergegas pulang dari kantor, sedangkan angkutan umum berdesakan dengan para penumpang yang ingin segera sampai ke tujuan. Hiruk-pikuk kota seolah menjadi irama rutin yang menemani kepulangan banyak orang.Di dalam sebuah taksi yang melaju perlahan di antara padatnya lalu lintas, Syila duduk berdampingan dengan Alyaa. Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Rendi, menyelesaikan sebuah urusan yang tak bisa ditunda. Suasana dalam taksi terasa nyaman meski laju kendaraan sesekali tersendat akibat kepadatan jalanan. Untuk mengusir kejenuhan, mereka mulai bercakap-cakap."Aku masih heran, kamu bisa berubah pikiran dan akhirnya terima tawaran aku," ujar Alyaa tiba-tiba, memecah keheningan.Syila menoleh, menatap sahabatnya sejenak sebelum tersenyum tipis. "Aku juga nggak menyangka akan setuju. Tapi ada satu hal yang bikin aku akhirnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

CHAPTER 52 GELAGAT RASA

Pikiran Syila masih berputar perihal menerka gelagat tak biasa dari sahabat laki-lakinya. Bahkan setelah panggilan berakhir pun, logikanya tak dapat menemukan jawaban atas keheranannya. Oleh karena itu, ia memutuskan tak mengambil pusing percakapan tersebut dan fokus pada agendanya saat ini. Namun, alangkah terkejutnya saat dia berbalik badan, Rendi sudah berada di belakangnya."Arfan cemburu ya kamu ke sini?" tanya Rendi dengan ekspresi yang dingin.“Mas Rendi?!” Mata Syila membulat. “Dari tadi menguping?” tuduhnya kesal."Hmm... mungkin," jawab Rendi santai.Syila mendengus pelan, ekspresinya semakin muram."Udah, saya nggak bakal tanya macam-macam. Ayo masuk!" ajak Rendi, setengah menyeret langkahnya.Syila akhirnya menurut.Begitu masuk, Rendi kembali memperkenalkan Syila kepada Lisa. Ia menjelaskan bahwa mulai sekarang, Syila akan menggantikan Alyaa sebagai guru privat Lisa. Alyaa mengangguk membenarkan.Lisa tampak senang. Setidaknya, ia masih bisa belajar di rumah dengan seseor
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

CHAPTER 53 CERITA DI SEMANGKUK BUBUR

Hari mulai menuju senja. Semburat jingga telah melambaikan sinarnya, mengisyaratkan malam segera berlayar. Saat ini, Syila sudah menyelesaikan tugasnya untuk mengajar Lisa. Ia senang bisa mentransfer pengetahuan yang dipelajarinya selama kuliah kepada orang lain. Apalagi Lisa sebenarnya anak yang cerdas. Dia mudah belajar hal-hal baru. Gadis kecil itu hanya kurang pendampingan dari orang-orang di sekitarnya.“Terima kasih ya, Kak. Kak Syila baiiiiikkk banget. Aku suka sama Kakak,” seru Lisa, matanya berbinar saat memeluk erat buku-bukunya.Syila tersenyum, meraih kepala Lisa dan mengusapnya lembut. “Sama-sama. Kakak juga suka. Semangat terus, ya!” pesannya."Kalau begitu Lisa ke kamar dulu ya. Daaah!" Lisa berlari ke kamarnya membawa buku pelajarannya tadi. Syila tersenyum melihat kepergian gadis kecil itu, lalu merapikan beberapa buku di meja. Syila melepas napas ringan, lalu menoleh ke arah Rendi yang duduk di sofa seberang. Sejak tadi, lelaki itu ikut menemani mereka belajar, ses
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

CHAPTER 54 JANJI YANG TERLUPAKAN

Adzan Maghrib telah berkumandang sejak lima belas menit yang lalu. Gerombolan burung telah terbang kembali ke sarang. Binatang-binatang malam mulai memamerkan suaranya, menyongsong terbitnya bulan. Langit malam ini tampak cerah, walaupun embusan dingin menusuk kulit.Syila masih duduk tenang di ruang tamu rumah Rendi sambil memainkan ponselnya. Baris teratas dari kolom pesannya menunjukkan nama “Kak Arfan || SMP.” Ia baru saja mengabari sahabatnya bahwa pelajaran telah selesai, ia siap dijemput. Balasan pesannya juga memperlihatkan kalau Arfan sudah sedang meluncur ke lokasi.Tak berselang lama, Rendi muncul dari kamarnya. Dia baru selesai melaksanakan shalat Maghrib.Sambil terus berjalan, Rendi menegur, “Arfan udah di jalan?”Syila berdiri—menyambut, “Udah.”Rendi mengangguk. Dia menawarkan agar Syila tetap menunggu penjemputnya di ruang tamu. Akan tetapi, Syila tak berkenan dan lebih nyaman menunggu di bangku teras. “Lagipula, kalau di sana kan saya bisa langsung tahu kalau Kak Ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

CHAPTER 55 DUA KALI DIKECEWAKAN

Pukul 19.45, Arfan masih belum juga muncul di halaman rumah Rendi. Situasi kian mengguncang kesabaran Syila. Baru saja ia melakukan dua panggilan. Namun, benar-benar tak ada jawaban. Sedikit pesan pun tak diterima dari sahabatnya.Mata Syila mulai panas menahan emosi. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Pandangannya beralih ke jalan depan rumah Rendi, berharap menemukan siluet Avanza yang dikenalnya. Angin malam berembus menusuk kulit, membawa aroma petrikor yang samar tercium. Jemarinya meremas kuat rok panjangnya, menyalurkan kekesalan yang kian memuncak.“Masih belum datang, Syil?”Suara Rendi membuat Syila menoleh. Lelaki itu baru saja keluar dari rumah setelah memastikan adiknya sudah makan malam. Syila hanya menggeleng pelan, tanda pasrah.Tanpa banyak kata, Rendi menyodorkan sebuah jaket berwarna army kepadanya. "Kamu nggak mau saya antar pulang aja?" tawarnya, suaranya lebih lembut dari biasanya.Syila menatap jaket itu sekilas, lalu mengabaikannya begitu saja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

CHAPTER 56 CERITA MENGEJUTKAN

Seharusnya, saat ini Arfan sudah dalam perjalanan menjemput Syila. Tapi kenyataannya, ia masih duduk di ruang tamu rumah Marsya, tenggelam dalam percakapan yang terasa lebih lama dari yang ia kira. Awalnya, ia hanya bermaksud mampir sebentar, sekadar menjaga kesopanan setelah Marsya mengajaknya singgah. Namun, entah bagaimana, suasana yang hangat dan ramah membuatnya betah. Percakapan dengan orang tua Marsya mengalir ringan—tentang pekerjaan, tentang keseharian di kantor, sesuatu yang tak asing baginya. Marsya sesekali menyelipkan cerita tentang bagaimana mereka bertemu beberapa minggu lalu, bagaimana mereka cepat akrab. Arfan ikut tersenyum, sesekali menanggapi, tanpa sadar waktu terus berlalu. Di sudut pikirannya, janji yang ia buat pada Syila perlahan memudar, tertutupi oleh kenyamanan yang kini melingkupinya. “Ternyata teman barumu cakap juga tentang dunia industri,” puji ayah Marsya, diselingi tawa ringan. Marsya tersenyum puas, merasa tersanjung karena orang tuanya tamp
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

CHAPTER 57 JANJI YANG TERLAMBAT

Meski tak sepenuhnya mereda, tetapi beberapa obrolan menegangkan dengan Rendi cukup mendistraksi amarah Syila. Ia terseret dalam alur percakapan yang tenang namun tetap menyimpan ketegangan. Dengan bahasa yang menenangkan, Rendi mengajaknya berdialektika perihal cinta.Kini keduanya tampak hening saat mobil memasuki komplek perumahan Syila. Kini, keduanya terdiam saat mobil memasuki kompleks perumahan Syila. Gadis itu beranjak dari sandarannya, bersiap dengan tas yang sudah terpasang di pundaknya.“Mas, sampai depan papan toko itu aja, ya,” pinta Syila sambil menunjuk papan berlatar putih di jarak sekitar seratus meter.“Rumah kamu di situ?” tanya Rendi dan dibalas gelengan kepala oleh Syila. Rendi sontak mengusap wajah lantaran heran. “Kamu nggak mau saya tahu rumah kamu yang mana?” kesal Rendi.“Bukan begitu. Rumah saya dekat toko itu, kok,” balas Syila. Mobil terus melaju, semakin dekat dengan toko yang ia tunjuk.“Terus kenapa nggak langsung ke rumah kamu aja?” “Mas, tolong! Ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

CHAPTER 58 PERASAAN YANG BERKECAMUK

Rabu pagi ini, mentari tak bersinar secerah hari sebelumnya. Gumpalan langit kelabu menaungi kota, bak mengikuti kecamuk hati Syila. Rasa sakit atas peristiwa malam tadi masih membekas. Namun, situasi tersebut tak memadamkan semangatnya menyambut kepulangan Pak Abdul hari ini. Ia begitu senang karena akhirnya sang ayah pulang dari rumah sakit. Dengan cekatan, ia merapikan kamar, memastikan setiap sudut rumah dalam keadaan bersih dan nyaman.Akan tetapi, di sela-sela aktivitasnya, ponselnya terus bergetar. Nama Arfan berkedip di layar berulang-ulang. Syila mendesah dan memilih abai. Ia hanya membaca sekilas pesan-pesan yang berisi permohonan maaf dan pengertian.Sesungguhnya, Syila paham Arfan merasa bersalah akan pegingkaran janjinya. Namun, ia masih sangat sakit hati dan tak ingin menambah perih batinnya. Ia hanya tak suka sahabatnya mendadak susah dihubungi semalam.“Maaf, Kak. Aku belum siap,” gumam Syila dengan wajah yang nanar.Syila meletakkan sapu di tembok dapur. Ia hendak men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

CHAPTER 59 HARI TENANG

Satu minggu telah berlalu. Hubungan Syila dan Arfan masih renggang. Syila enggan menemui Arfan untuk sekadar mendengarkan penjelasannya. Sebetulnya, setengah hatinya pun ingin mengetahui alasan Arfan tak datang malam itu. Namun, rasa takutnya lebih besar akan jawaban yang diberikan oleh Arfan. Ia takut penjelasan Arfan akan semakin menyakitinya. Bahkan tidak mungkin Arfan mengada-ada alasan dan kian menusuk hatinya. Saat ini, dirinya hanya sedang mengubur prasangka-prasangka liar yang berputar di otaknya. Arfan pun tak kenal lelah untuk mencari celah agar bisa berbicara dengan Syila. Ia tak mau kerenggangan hubungan mereka kian melebar. Seribu satu pesan terus-menerus dikirimkan kepada Syila. Namun, pertahanan ego gadis itu terlalu kokoh untuk ditembus melalui virtual semata. Berkali-kali panggilannya tak pernah bersambut jawaban. Seribu satu cara juga telah dilakukan Arfan untuk menatap wajah Syila. Beberapa kali ia mengunjungi rumah Syila, baik untuk menemui gadis itu maupun me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

CHAPTER 60 PERPISAHAN TERMANIS

Keesokan harinya, seperti janji yang telah disepakati, geng Syila berkumpul di restoran SERBA ADA. Hawa pagi yang berpadu dengan pendar mentari mulai menghangatkan kota. Aroma embun samar-samar menguar dari balik dedaunan, menghidupkan semangat suasana pagi.Di sudut restoran, di meja yang diatur khusus untuk tiga orang, Syila, Marsya, dan Alyaa duduk melingkar. Secangkir cappuccino panas mengepul di hadapan mereka. Sudah beberapa hari mereka tak berjumpa, dan pagi ini menjadi momen yang mereka nantikan."Ya ampun, baru seminggu nggak bertemu aja rasanya kangen banget. Apalagi kalau kamu udah benar-benar pergi, Al." Marsya menghela napas panjang, nada suaranya sendu. Ia menatap Alyaa dengan tatapan melekat, seolah ingin menghafal setiap detail wajah sahabatnya sebelum benar-benar harus berpisah.Alyaa mendesah kecil, lalu tersenyum geli. "Sya, aku cuma ke Jakarta. Kita masih bisa komunikasi, kan? Nggak usah berlebihan deh." Ia menyandarkan punggung ke kursi, berusaha bersikap santai,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status