Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 211 - Chapter 220

224 Chapters

Bab 211 - Situasi Tak Terduga

Pukul dua belas malam, Yinlan masih duduk di tepi jendela kamarnya, A-Yao berlutut di depan meja sambil menyeduhkan teh. Sesekali dia menatap Yinlan yang terlihat sedang gelisah. Dia menuangkan teh ke dalam cangkir dan memberikannya pada Yinlan. Yinlan menoleh ke arahnya, tersenyum simpul. “Terima kasih.” “Yang Mulia, apakah sedang mengkhawatirkan sesuatu?” Yinlan menyeruput teh itu pelan-pelan, “Apakah kau ingat ini sudah hari ke berapa Jing Xuan pergi, A-Yao?”A-Yao berpikur sejenak, “Ini hari ke-24.” “Besok adalah satu bulan sejak reaksi racun itu datang. Sudah waktunya aku tiba di titik terlemah itu lagi.” Yinlan meletakkan cangkirnya di atas meja. A-Yao terdiam, kepalanya tertunduk dalam, dia sungguh tidak memiliki solusi atas permasalahan itu. Terlebih lagi, semua tabib yang pernah menyembuhkan Yinlan justru sedang tidak ada di istana. “Aku tahu Jing Xuan tidak akan kembali dalam waktu dekat. Satu bulan bahkan tidak cukup. Aku hanya berharap dia baik-baik saja dan pulang
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 212 - Pemberontakan Pangeran Chi

Pangeran Ming berlari ke sumber kekacauan dengan sebilah pedang di tangan. Dia menaiki Menara Pengawas untuk memeriksa apa yang terjadi di luar gerbang istana. Matanya membulat sempurna ketika melihat Pangeran Chi, adik yang telah dia cari-cari selama beberapa hari terakhir, berdiri dengan gagah di atas kuda dan memakai baju zirah berwarna emas. Dia mengacungkan tombaknya ke arah gerbang. Di belakangnya, Mao Lian diikat rantai dengan tubuh penuh luka, sungguh mengenaskan. “Jing Tian! Apakah kau masih mengingatku?” Pangeran Chi berseru jemawa. “Aku datang sebagai malaikat maut yang akan merenggut nyawamu!” Pangeran Chi tertawa terbahak-bahak. “Jing Haoyu, kau sungguh lancang!” Pangeran Ming berseru penuh penekanan. Pangeran Chi menghentikan tawanya, dia menoleh ke belakang, ribuan pasukan siap membantunya meratakan kekaisaran ini. “Bagaimana keadaan para wanita di dalam?” Pangeran Ming bertanya. “Menjawab, Yang Mulia. Para pelayan pria sudah membawa semua wanita berkumpul di sa
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 213 - Kegagalan

Pangeran Chi menatap sekeliling dengan penuh dendam, semua prajurit yang menyatakan sumpah setia padanya, kini malah mengacungkan senjata ke arahnya. Pangeran Ming melipat lengan di depan dada. “Sudah kubilang, bukan? Kau terlalu naif untuk melakukan kejahatan serumit ini. Katakan padaku, Jing Haoyu. Siapa yang menyuruhmu berbuat negitu nekat?” Pangeran Chi memalingkan wajah. Situasi berbalik dengan cepat, dia menyadari rencananya sudah gagal total bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Istana ini. “Aku tidak butuh dorongan orang lain untuk melakukannya,” jawabnya, dengan suara datar yang sedikit gemetar. Suasana senyap beberapa jenak, tatapan mata Pangeran Ming menyorot adiknya dengan kasihan. Dia menghela napas pelan. Dia menggeser kakinya ke kanan dan berjalan beberapa langkah, berbalik lagi ke kiri dan melangkah lagi. Matanya tetap tertuju pada Pangeran Chi yang masih enggan menatap wajahnya. “Jing Haoyu. Kau sering datang ke Balai Opera Jiulu untuk berfoya-foya dan
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 214 - Kelegaan

Yinlan dibaringkan di atas ranjang, A-Yao berlari ke dapur untuk menyiapkan obat yang sebelumnya sudah diminta Yinlan.Shangguan Zhi mencoba menanganinya. Namun dia kekurangan ilmu pengobatan yang berkaitan dengan racun mematikan ini. Dia tidak tahu bagaimana melakukannya. “Bukankah terakhir kali, Yang Mulia juga mengalami sakit serupa?” Yin Hong bertanya pada Shangguan Zhi. “Memang benar, sih. Tapi waktu itu Liu Xingsheng mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menekan racun itu dari dalam. Sebelum akhirnya Permaisuri sendiri yang memberikan resep obat kepada A-Yao untuk diminumnya sendiri,” jawab Shangguan Zhi. “Tapi A-Yin tampak sangat tersiksa. Tidak bisakah segera melakukan tindakan sebelum obat itu jadi? Dia tidak boleh kesakitan terlalu lama.” Ibu Suri sibuk menyeka keringat Yinlan. Dalam hitungan menit, keringat itu tak mengalir lagi, berganti dengan hawa dingin yang menguar dari dalam tubuhnya. Alisnya bahkan ditumbuhi bunga es. “Kalau seperti ini, bukankah tubuh Permaisuri a
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 215 - Peperangan

Jing Xuan menundukkan kepala dengan seringai mengerikan, “Ye Qing, yang akan mati itu, adalah kau.” “HAH! Aku sudah menang, Jing Xuan! Jangan harap bisa merebut kemenanganku.” Ye Qing mendekat dan mencengkeram batang lehernya. “Sejak awal …, kemenanganmu, memang sudah kurenggut. Kau …, sudah kalah …, bahkan sebelum, mengungkap identitasmu.” Jing Xuan tersenyum picik, berbicara patah-patah. “LAPOOOR!!!” Seorang prajurit tiba-tiba menerobos pintu. Ye Qing menatap ke arahnya tanpa melepaskan cengkeramannya. “Pasukan Kekaisaran Jing sudah datang! Sebanyak dua ratus ribu pasukan dengan bendera Keluarga Xie! Belum lagi, mereka membawa sekelompok murid Penyihir Merah, sebanyak dua puluh ribu orang!” “Apa!” Ye Qing melepaskan cengkeramannya, wajah puasnya berganti dengan kepanikan tiada tara. Jing Xuan tersenyum, “Bukankah sudah kukatakan, Ye Qing. Kemenangan itu, sudah berada di tanganku.” Ye Qing menatap tajam, “Aku akan membunuhmu sekarang, Jing Xuan!” BUK! Prajurit itu tersungku
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 216 - Penyesalan

BRUK! Jing Xuan meringis, tersungkur beberapa meter dari lokasi pertarungan. Pedangnya terlepas dari genggaman, berkelontang. Dia kembali berdiri dengan tubuh bergetar. Tangannya bergerak menyeka ujung bibir yang masih menyisakan jejak darah. Sudah lama dia tidak mengeluarkan banyak kekuatan. Tubuhnya terkejut menerima hantaman demi hantaman, terlebih, Ye Qing lebih berpengalaman, jelas lebih kuat berkali-kali lipat darinya. Jing Xuan memungut pedangnya. Memasang kuda-kuda kokoh, dia harus bisa segera mengakhirinya. Seseorang masih menunggunya dengan cemas. Shangguan Yan berteriak kencang, tubuhnya melesat cepat, melompat ke udara dengan Pedang Baijiu yang sudah berlumuran darah meski belum membunuh satu orang pun. Ye Qing mendengus, “Bocah merepotkan. Pergi kau ke neraka!” Shangguan Yan menyeringai, Liu Xingsheng melemparkan tombak Jing Xuan yang sebelumnya dibuang oleh Ye Qing. Dengan langkah halus, Shangguan Yan menjejakkan kakinya pada tombak yang masih melesat itu. Tangan
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 217 - Margaku Sekarang Adalah Yu

Pangeran Ming menutup rapat pintu Istana Guangping, sebelum meninggalkan tempat itu, dia menghela napas pelan. “Yang Mulia, Biro Pusat Keamanan dan Kementerian Hukum sudah menunggu.” pengawalnya melaporkan. “Ada berapa orang yang terlibat dalam pemberontakan itu?” tanya Pangeran Ming, langkahnya dengan cepat meninggalkan Istana Guangping. “Kementerian Ritus dan Adipati Wei terlibat. Mereka bersekongkol mengadakan pernikahan palsu agar Tuan Muda Wei tidak dicurigai. Dia yang membantu Pangeran Chi menculik Tuan Muda Ouyang dari Suzhou untuk dicuri identitasnya.” “Nona Kelima Jiang mengalami depresi karena pernikahannya ternyata tidak sungguh-sungguh. Selir Agung Qin melarikan diri. Sementara waktu, dia mungkin masih berada di Ibukota karena semua gerbang telah ditutup sejak hari pemberontakan.” Pangeran Ming mengangguk-angguk, menerima semua laporan itu dengan cepat. “Jangan pernah membuka gerbang itu sebelum Selir Agung ditemukan. Berikan kompensasi atas kerugian yang dialami Nona
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 218 - Satu-satunya Keluarga

Yu adalah marga sebenarnya Selir Agung Qin. Pangeran Ming menatap punggungnya, “Ibumu bahkan tidak memedulikan nasibmu, Haoyu.” Ruangan penjara itu semakin senyap, Pangeran Chi mengangkat kepala, lantas terkekeh pelan, “Kau tidak berhak menilai hubungan ibu dan anak di antara kami, Jing Tian.”“Satu hari setelah tindakan bodohmu, aku terus mencari keberadaan Selir Agung Qin di mana pun. Dia melarikan diri, bersembunyi di suatu tempat menunggu kesempatan pergi dari Ibukota yang sudah seperti neraka baginya ini. Tanpa memedulikan putranya.” Pangeran Ming diam sejenak. Dia menunggu Pangeran Chi berbalik dan menatapnya sebelum dia melanjutkan perkataan yang kian lama semakin menyakitkan itu. Namun Pangeran Chi tidak sebaik hati itu untuk mendengarkan penjelasannya. Dia tampak tidak begitu peduli dengan apa yang ibunya lakukan padanya. “Jing Haoyu.” Pangeran Ming menggeram dengan tangan mengepal. “Apa? Kau mau berkata bahwa aku ditelantarkan? Hah, kau juga tidak berhak.” Pangeran Mi
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 219 - Ibu Yang Tidak Layak

Satu minggu kemudian, Selir Agung Qin ditemukan di Prefektur Barat Ibukota. Jubah kekaisarannya entah hilang ke mana, semua perhiasan emas yang melekat di tubuhnya juga telah raib. Pangeran Ming menggunakan kereta kuda untuk membawanya kembali ke Istana. Sepanjang perjalanan, Selir Agung tidak mengeluarkan sepatah kata pun meski Pangeran Ming berada tepat di depannya. Pangeran Ming tidak berharap wanita itu akan bertanya tentang kenapa dia ditangkap, atau mau membawanya ke mana. Dia berpikir wanita ini akan menanyakan keadaan putranya. Namun keduanya sama sekali tidak terdengar keluar dari mulutnya. Pangeran Ming menghela napas, dia mengeluarkan sapu tangan dengan bordir lambang Keluarga Jing miliknya. Lalu dia meletakkannya di atas paha Selir Agung dan berkata, “Sekalah kotoran di wajahmu. Haoyu tidak akan suka melihatnya.” Selir Agung tersenyum tipis, “Aku bahkan tidak pantas mengambil barang milik Keluarga Jing kalian.”“Memang benar …, lagi pula, untuk apa kau memedulikan pen
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 220 - Tanah dari Kampung Halaman

Kamp Militer Perbatasan Utara. Jing Xuan duduk tegak di kursi, wajahnya sangat serius. Dia sedang membaca sebuah buku. Buku medis kuno yang Shangguan Yan bawa dari ruang bawah tanah beracun milik Ye Qing di Tingzhou. Dalam buku itu, tertulis bahwa Teratai Hitam bukanlah racun. Melainkan sejenis obat mujarab yang bisa membentuk ketangguhan fisik luar biasa, obat yang bisa menetralisir semua jenis racun yang tumbuh di dunia ini. Obat itu memberikan efek samping yang cukup kejam bagi pemakainya. Semua gejala menyakitkan yang Yinlan alami setiap bulan itu adalah efek sampingnya. Dan selamanya tidak bisa dihilangkan. Dalam setiap bulan, akan selalu ada hari di mana tubuh itu sendiri tiba di titik terlemahnya. Jing Xuan menggeram, “Kenapa aku tidak mengalami siklus bulanan ini juga? Padahal aku jelas-jelas meminumnya, kan?” Xi Feng menghela napas, “Yang Mulia, Teratai Hitam yang kau minum itu hanya semangkuk penawar racun saja, bukan lagi jenis obat yang sama. Permaisuri meminum selur
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1
...
181920212223
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status