Semua Bab Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Bab 181 - Bab 190

218 Bab

Bab 181 - Diam-diam Merindu

Saat Jing Xuan kembali setelah mengurus sisa pekerjaannya dan membicarakan kepergiannya dengan para menteri penting yang ia tinggalkan, Jing Xuan terdiam menatap ibunya yang duduk di kamarnya, menemani Yinlan yang sudah jatuh tertidur. Jing Xuan tersenyum lembut, mendekati ibunya yang terlihat mengantuk. “Ibunda, kau seharusnya tidak perlu seharian menjaganya seperti itu.” Ibu Suri menyadari kehadiran Jing Xuan, dia menjawab, “Ibu harus menjaganya setiap hari, Xuan'er. Itu juga karena kamu yang tiba-tiba memutuskan untuk meninggalkannya ke Perbatasan Utara.” Jing Xuan menghela napas, duduk di lantai, memijat kaki Ibu Suri dengan penuh perhatian. “Ibunda bisa datang kembali besok pagi. Sekarang sudah malam, cuaca semakin dingin, jika tidak segera tidur, kesehatan Ibunda bisa terganggu.” “Ibu melarangmu pergi, Xuan'er. Apakah kau akan menuruti kemauan Ibu?” Ibu Suri bertanya serius. Jing Xuan terdiam dengan kepala tertunduk. “Aku, tidak akan, Ibunda.” Ibu Suri mengembuskan napas p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 182 - Tertinggal Satu Langkah

Shangguan Zhi menyipitkan mata, beradaptasi dengan cahaya matahari pagi yang menerpa wajahnya. Dia berdiri di halaman Balai Kesehatan Istana. Beberapa orang tabib mulai berdatangan untuk bekerja. Beberapa menyapa dengan ramah, beberapa lagi menatap heran. Kenapa Shangguan Zhi bisa ada di sana?Xi Feng keluar dari Balai Kesehatan Istana dengan seragam resmi Tabib Kekaisaran seperti tabib-tabib yang lain. Shangguan Zhi mencibir, “Seragam itu sangat tidak cocok untukmu.” Xi Feng mendengus, “Berhenti mengolok-olokku seperti itu, Zhi. Aku tahu kau iri.” Shangguan Zhi mengalihkan pandangannya dengan wajah cemberut. “Aku ingin bertemu Permaisuri.”“Pergilah sendiri, aku harus bekerja.” “Siapa juga yang ingin ditemani olehmu.” “Omong-omong, Liu Xingsheng sedang berada di sana juga.” Kata Xi Feng sebelum meninggalkannya sendirian. Shangguan Zhi mematung selama beberapa jenak, matanya berkedip-kedip, terdiam melihat Xi Feng yang berjalan menjauh. “Liu Xingsheng? Kenapa dia bisa ada di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 183 - Jimat Keberuntungan

Beberapa hari kemudian, Pangeran Ming telah kembali dari Yangzhou bersama Mao Lian yang menjemputnya. Jing Xuan telah menunggunya di Aula Pertemuan bersama para pejabat. Pangeran Ming menjatuhkan lutut dan memberi salam penghormatan. “Bagaimana kabarmu, Adik Kedua?” Jing Xuan menyapa ramah, bahkan berdiri dari kursinya dan menghampirinya, membantunya berdiri. Pangeran Ming tersenyum, “Kabarku baik, Kakak.”Jing Xuan merangkul pundaknya, Pangeran Ming bergabung bersama para pejabat yang sebelumnya juga membungkuk saat dirinya baru tiba. Pertemuan rutin berjalan lancar, Jing Xuan sibuk menerima laporan-laporan dari para menterinya. Membiarkan Pangeran Ming beradaptasi dan bersiap membantu setelah ia pergi nanti. Jing Xuan tak pernah menceritakan konflik besar yang berkaitan dengan Ning'er kepada para menterinya. Itu mungkin akan mengganggu kestabilan pemerintahan yang baru dibentuk kurang dari satu tahun ini. Jing Xuan membubarkan rapat istana lebih cepat, pukul delapan pagi. Dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 184 - Satu Malam Terakhir

Sepuluh jam sebelum keberangkatan. Jing Xuan menemani Yinlan berbaring di kamar tidurnya. Yinlan bersandar di bahunya, sedang menangis. Jing Xuan mengembuskan napas panjang, “Ayolah, A-Yin …, berapa lama lagi kau akan menangis? Aku hanya pergi sebulan saja.”Yinlan menyeka pipinya yang basah, “Itu lama sekali ….” “Kau tidak ingin aku pergi, A-Yin? Aku bisa membatalkannya.” Jing Xuan tersenyum. Yinlan mendongak, menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, “Sungguh?” Jing Xuan menyeringai, “Sungguh aku tidak bisa membatalkannya.” Yinlan mengecurutkan bibirnya, air mata kembali mengalir membasahi wajahnya. Dia tidak mengatakan apa pun meski Jing Xuan hanya menggodanya. Jing Xuan mengusap perutnya lagi, “A-Yin, apakah perutmu ini, berisi dua orang?” “Hah?” Yinlan menatap tak mengerti. “Lihat, ini terlalu besar untuk usia lima bulan, bukan? Jangan-jangan memang ada dua orang.” Jing Xuan terkekeh.” Yinlan mendengus, tidak begitu menghiraukan ocehannya. Dia sudah terlalu sedih mengin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 185 - Hari Keberangkatan

Pada waktu keberangkatan. Jing Xuan berdiri melamun di tengah halaman Istana Guangping dengan pakaian berlatih hitam-hitam, rambutnya dikuncir kuda seperti petualang dunia persilatan pada umumnya. Xi Feng, Shangguan Zhi dan Liu Xingsheng sudah menantinya di depan Aula Pertemuan. Pangeran Ming dan Ibu Suri turut mengantarnya. Mao Lian datang dengan seekor kuda hitam gagah milik Jing Xuan. Kuda itu telah menemaninya sejak remaja. Selamat berkali-kali di medan perang, setia menemani tuannya hingga saat ini. Jing Xuan menghela napas. Menatap kediamannya yang gelap. Sungguh, berat baginya untuk meninggalkan Yinlan tanpa berpamitan. Namun wanita itu sangat kelelahan dan membutuhkan tidur lebih banyak. Dia merasa tidak perlu membangunkannya hanya untuk memberitahu bahwa dia akan pergi. Waktu beberapa jam semalam sudah cukup baginya sebagai momen terakhir sebelum pergi. Tapi Yinlan belum tentu beranggapan sama. Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka, menampilkan Yinlan yang hanya berpakaia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

Bab 186 - Nona Kedua Menghilang

Tingzhou yang dingin. Shangguan Yan merapikan bekas peristirahatannya sebelum meninggalkan kuil bobrok itu. Meletakkan kembali buku-buku dan barang lain yang dia ambil dari ruang bawah tanah beracun itu, tentu saja tanpa menghidupkan sedikit pun api. Meski kesulitan meraba-raba banyak tempat, Shangguan Yan bisa mengembalikan barang-barang itu kembali ke tempat yang semula. Dia menerbangkan merpati setelah mengambil surat yang diikat di kakinya. Itu adalah balasan dari Jin Pei. Shangguan Yan melepas kudanya dari tali yang mengikatnya ke pohon di halaman belakang kuil itu. Sesuai dengan apa yang dikatakan Xi Feng dalam suratnya, Shangguan Yan akan melakukan perjalanan menuju Kota Beizhou. Entah apa yang akan dia temui di sana. Dia hanya bisa berpikir Xi Feng mungkin telah merencanakan sesuatu yang membutuhkan bantuannya. Shangguan Yan berdiri beberapa saat di depan gundukan tanah itu lagi. Dia menggenggam kendi kecil itu dengan erat. Dengan segenap penyesalan, dia berkata, “Ying
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

Bab 187 - Jubah Keberuntungan

Jin Pei berdiri di luar gerbang istana dengan wajah menimbang-nimbang keputusan. Sesuai perkataan Shangguan Yan di dalam surat balasannya, Jin Pei diminta agar menemui Permaisuri di Istana Guangping. Namun, memasuki gerbang luar saja rasanya seperti sulit. Dia melihat begitu banyak Pengawal Kekaisaran yang menjaga gerbang itu. Mungkinkah jika datang dan berkata ingin bertemu Permaisuri dengan penampilannya yang seperti orang jahat itu, Jin Pei akan dibiarkan masuk oleh mereka?Jin Pei menghela napas, mengganti pakaian dengan yang lebih baik juga bukan solusi. Yang ingin ditemuinya adalah Permaisuri, tetap saja akan sulit. ‘Seharusnya memang Nyonya Zhao saja yang datang.’ Jin Pei mengeluh dalam hati. Dia menoleh ke belakang saat mendengar langkah kaki. Wajahnya berubah cerah saat melihat ada pelayan wanita yang sepertinya juga mau masuk ke dalam. Wanita pelan itu adalah Zhu Yan, yang saat ini menatapnya dengan bingung. “Jin Pei?” Zhu Yan memanggil namanya untuk memastikan. Jin P
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

Bab 188 - Orang Yang Pernah Mengusirku

Jin Pei berdiri saat Yinlan memasuki paviliun kecil itu. Lalu membungkuk memberinya penghormatan. “Selamat sore, Yang Mulia. Terima kasih karena sudah bersedia menemuiku.” Yinlan menatap wajahnya penuh selidik. “Benar, aku sepertinya pernah melihat wajahmu.”“Eh?” Kelopak mata Jin Pei berkedip-kedip, merasa bingung harus menanggapinya seperti apa. “M-mungkin karena wajahku memang terlalu umum, Yang Mulia.” Mata Yinlan semakin menyipit, “Tidak, aku benar-benar pernah bertemu denganmu.” “Be-benarkah?” Jin Pei menyeringai sambil menggaruk tengkuknya. “Kurasa kau salah, Yang Mulia. Ini pertama kalinya kita saling bertatap muka.”Yinlan mendengus sambil memalingkan wajah, “Kau adalah penjaga gerbang Balai Opera Jiulu yang melarangku masuk hanya karena aku tidak membawa pelat keluarga.” Sekarang, Jin Pei benar-benar terkejut, setelah menatap Yinlan dari atas sampai bawah, kedua bola matanya nyaris melompat keluar. Tidak menyangka bahwa wanita hamil berpangkat tinggi ini ternyata pernah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

Bab 189 - Bertaruh

A-Yao termenung, bahkan dia saja baru menyadarinya. Dan langsung bergerak untuk membantu Yinlan berdiri.Yinlan sedikit mendengus kesal dengan kedua tangan di pinggang. “Astaga, dengan usia kandungan yang semakin besar, aku jadi tidak bebas bergerak seperti dulu lagi. Maaf karena aku merepotkanmu, Jin Pei.” Jin Pei menyeringai, “Tentu tidak, Yang Mulia. Lagi pula, kondisi itu hanya sementara. Setelah melahirkan putra atau putri yang cantik, kau akan kembali seperti dulu lagi.” Yinlan duduk di kursi panjang itu sambil bersandar pada bantal dan meluruskan kaki. Dia menghela napas lega. “Lalu, apa saja petunjuk yang Shangguan Yan temukan di Tingzhou? Apakah dia sedang dalam perjalanan pulang?” Yinlan kembali ke pembicaraan penting. “Tuan Muda menemukan buku-buku kuno yang semuanya hanya akan dibaca seorang wanita. Di dalam sebuah kuil bobrok di lereng gunung itu, ada ruang bawah tanah tempat dia menemukan buku-buku itu.”“Dinding ruangan itu tertanam racun, ada beberapa orang yang su
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 190 - Pasangan Membingungkan

A-Yao yang sebelumnya sudah meninggalkan paviliun taman belakang tiba-tiba kembali lagi. Yinlan menoleh kepadanya yang berdiri di ambang pintu, “Apakah ada yang tertinggal, A-Yao?” “Bukan, Yang Mulia.” A-Yao menggeleng, “Di depan, Tuan Adipati dan Nyonya Besar datang mengunjungimu.” “Ayah dan Ibu? Tiba-tiba sekali.” Yinlan berdiri dan menghampiri A-Yao. Dia membenarkan posisi jubahnya sambil berjalan keluar dari paviliun. A-Yao mengikutinya di belakang. Sebenarnya, dia berencana mendatangi Mao Lian di Ruang Baca Pangeran Ming. Tapi melihat Tuan Adipati Xie dan istrinya berjalan menuju Istana Guangping ini. A-Yao terpaksa mengurungkan rencananya. Dia sendiri terkejut karena melihat Tuan Adipati datang malam-malam seperti ini. Saat Yinlan tiba di sana, Tuan Adipati dan istrinya sudah duduk manis di ruang keluarga. Zhu Yan menuangkan teh panas untuk mereka. “Ayah, Ibu.” Yinlan tersenyum saat melihat keduanya. Nyonya Xie berdiri, tersenyum senang lalu berjalan ke arahnya. “Yinlan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status