Beranda / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Bab 182 - Tertinggal Satu Langkah

Share

Bab 182 - Tertinggal Satu Langkah

Penulis: Xiao Chuhe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 13:59:48

Shangguan Zhi menyipitkan mata, beradaptasi dengan cahaya matahari pagi yang menerpa wajahnya.

Dia berdiri di halaman Balai Kesehatan Istana. Beberapa orang tabib mulai berdatangan untuk bekerja.

Beberapa menyapa dengan ramah, beberapa lagi menatap heran. Kenapa Shangguan Zhi bisa ada di sana?

Xi Feng keluar dari Balai Kesehatan Istana dengan seragam resmi Tabib Kekaisaran seperti tabib-tabib yang lain.

Shangguan Zhi mencibir, “Seragam itu sangat tidak cocok untukmu.”

Xi Feng mendengus, “Berhenti mengolok-olokku seperti itu, Zhi. Aku tahu kau iri.”

Shangguan Zhi mengalihkan pandangannya dengan wajah cemberut. “Aku ingin bertemu Permaisuri.”

“Pergilah sendiri, aku harus bekerja.”

“Siapa juga yang ingin ditemani olehmu.”

“Omong-omong, Liu Xingsheng sedang berada di sana juga.” Kata Xi Feng sebelum meninggalkannya sendirian.

Shangguan Zhi mematung selama beberapa jenak, matanya berkedip-kedip, terdiam melihat Xi Feng yang berjalan menjauh.

“Liu Xingsheng? Kenapa dia bisa ada di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 183 - Jimat Keberuntungan

    Beberapa hari kemudian, Pangeran Ming telah kembali dari Yangzhou bersama Mao Lian yang menjemputnya. Jing Xuan telah menunggunya di Aula Pertemuan bersama para pejabat. Pangeran Ming menjatuhkan lutut dan memberi salam penghormatan. “Bagaimana kabarmu, Adik Kedua?” Jing Xuan menyapa ramah, bahkan berdiri dari kursinya dan menghampirinya, membantunya berdiri. Pangeran Ming tersenyum, “Kabarku baik, Kakak.”Jing Xuan merangkul pundaknya, Pangeran Ming bergabung bersama para pejabat yang sebelumnya juga membungkuk saat dirinya baru tiba. Pertemuan rutin berjalan lancar, Jing Xuan sibuk menerima laporan-laporan dari para menterinya. Membiarkan Pangeran Ming beradaptasi dan bersiap membantu setelah ia pergi nanti. Jing Xuan tak pernah menceritakan konflik besar yang berkaitan dengan Ning'er kepada para menterinya. Itu mungkin akan mengganggu kestabilan pemerintahan yang baru dibentuk kurang dari satu tahun ini. Jing Xuan membubarkan rapat istana lebih cepat, pukul delapan pagi. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 184 - Satu Malam Terakhir

    Sepuluh jam sebelum keberangkatan. Jing Xuan menemani Yinlan berbaring di kamar tidurnya. Yinlan bersandar di bahunya, sedang menangis. Jing Xuan mengembuskan napas panjang, “Ayolah, A-Yin …, berapa lama lagi kau akan menangis? Aku hanya pergi sebulan saja.”Yinlan menyeka pipinya yang basah, “Itu lama sekali ….” “Kau tidak ingin aku pergi, A-Yin? Aku bisa membatalkannya.” Jing Xuan tersenyum. Yinlan mendongak, menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, “Sungguh?” Jing Xuan menyeringai, “Sungguh aku tidak bisa membatalkannya.” Yinlan mengecurutkan bibirnya, air mata kembali mengalir membasahi wajahnya. Dia tidak mengatakan apa pun meski Jing Xuan hanya menggodanya. Jing Xuan mengusap perutnya lagi, “A-Yin, apakah perutmu ini, berisi dua orang?” “Hah?” Yinlan menatap tak mengerti. “Lihat, ini terlalu besar untuk usia lima bulan, bukan? Jangan-jangan memang ada dua orang.” Jing Xuan terkekeh.” Yinlan mendengus, tidak begitu menghiraukan ocehannya. Dia sudah terlalu sedih mengin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 185 - Hari Keberangkatan

    Pada waktu keberangkatan. Jing Xuan berdiri melamun di tengah halaman Istana Guangping dengan pakaian berlatih hitam-hitam, rambutnya dikuncir kuda seperti petualang dunia persilatan pada umumnya. Xi Feng, Shangguan Zhi dan Liu Xingsheng sudah menantinya di depan Aula Pertemuan. Pangeran Ming dan Ibu Suri turut mengantarnya. Mao Lian datang dengan seekor kuda hitam gagah milik Jing Xuan. Kuda itu telah menemaninya sejak remaja. Selamat berkali-kali di medan perang, setia menemani tuannya hingga saat ini. Jing Xuan menghela napas. Menatap kediamannya yang gelap. Sungguh, berat baginya untuk meninggalkan Yinlan tanpa berpamitan. Namun wanita itu sangat kelelahan dan membutuhkan tidur lebih banyak. Dia merasa tidak perlu membangunkannya hanya untuk memberitahu bahwa dia akan pergi. Waktu beberapa jam semalam sudah cukup baginya sebagai momen terakhir sebelum pergi. Tapi Yinlan belum tentu beranggapan sama. Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka, menampilkan Yinlan yang hanya berpakaia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 186 - Nona Kedua Menghilang

    Tingzhou yang dingin. Shangguan Yan merapikan bekas peristirahatannya sebelum meninggalkan kuil bobrok itu. Meletakkan kembali buku-buku dan barang lain yang dia ambil dari ruang bawah tanah beracun itu, tentu saja tanpa menghidupkan sedikit pun api. Meski kesulitan meraba-raba banyak tempat, Shangguan Yan bisa mengembalikan barang-barang itu kembali ke tempat yang semula. Dia menerbangkan merpati setelah mengambil surat yang diikat di kakinya. Itu adalah balasan dari Jin Pei. Shangguan Yan melepas kudanya dari tali yang mengikatnya ke pohon di halaman belakang kuil itu. Sesuai dengan apa yang dikatakan Xi Feng dalam suratnya, Shangguan Yan akan melakukan perjalanan menuju Kota Beizhou. Entah apa yang akan dia temui di sana. Dia hanya bisa berpikir Xi Feng mungkin telah merencanakan sesuatu yang membutuhkan bantuannya. Shangguan Yan berdiri beberapa saat di depan gundukan tanah itu lagi. Dia menggenggam kendi kecil itu dengan erat. Dengan segenap penyesalan, dia berkata, “Ying

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 1 - Tebing Kematian

    Hari mulai malam, gulita menyambar dengan cepat. Rombongan ekspedisi peneliti tanaman obat itu terus menjelajah pegunungan tanpa henti. Di tengah udara yang sejuk, Chu Xia merapatkan jaket tebalnya, wajahnya mendongak, mencari di mana bulan berada. “Sudah mau pukul tujuh,” dia menceletuk pelan.“Haruskah kita beristirahat di sini?” seorang pria dengan lembut bertanya padanya, sekaligus meminta pendapat rekan yang lain. Mereka sepakat beristirahat di tempat itu. Lokasinya cukup nyaman, ceruk dalam di sekitar bebatuan besar di tengah pegunungan, berhadapan langsung dengan tebing terjal yang menemani penjelajahan mereka sepanjang sore. “Chu Xia, kau haus?” seorang wanita tersenyum lebar, mengulurkan tangannya menggenggam botol minum yang terisi penuh. Dengan senyum tipis sebagai balasan, Chu Xia mengangguk menerima botol air itu, kemudian mengucapkan terima kasih. “Kamu sudah begitu populer dan berbakat, rupanya masih sudi ikut bersama kami melakukan penelitian tanaman obat.” wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 2 - Kehidupan Baru

    Chu Xia beranjak dari ranjang yang keras, dia menepuk-nepuk pakaiannya yang sedikit berdebu dan …, kotor.Dia memasang ekspresi jijik saat mengedarkan pandangannya ke sudut-sudut ruangan remang itu. Dia berjongkok, jemarinya memungut pecahan mangkuk di lantai ruangan yang berserakan.Dia mencium aroma tak biasa dari mangkuk itu. “Racun yang sangat mematikan.” Gumamnya, kembali meletakkan pecahan mangkuk itu.“Nona! Nona!” seorang pelayan—sepertinya begitu, berjalan dengan buru-buru memasuki kamar yang lusuh itu. Dia memegang kedua pundak Chu Xia, memeriksanya dengan cemas.“Nona, syukurlah kau baik-baik saja!” pelayan itu menghela napas lega, tersenyum senang.Chu Xia menatapnya dengan bingung, “Kau …, siapa?” tanyanya dengan tidak pasti.Pertanyaan itu membuat pelayan di depannya melipat wajah dengan murung, “Nona …, apakah kau hilang ingatan setelah meneguk semangkuk racun?”“Meneguk semangkuk racun?” Chu Xia menatap pecahan mangkuk yang dia periksa beberapa saat lalu.Dia berusaha

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 3 - Penyelinapan Pertama

    “Pukul berapa ini?” tanya Yinlan. Dia duduk santai di atas ranjangnya yang keras itu, sekarang sudah berganti pakaian yang lebih baik. Dia berencana melakukan sesuatu untuk membalas perbuatan jahat Permaisuri padanya. Dari ingatan yang dia dapatkan, permaisuri itu bernama Xie Qingyan. Putri sah Adipati Xie. Dia memanfaatkan kenangan masa kecil Kaisar dan Xie Yinlan, adiknya sendiri, untuk masuk ke istana, dan merebut posisi Xie Yinlan sebagai permaisuri. Sungguh, karena dia bukan lagi Chu Xia, dan Xie Yinlan yang sekarang tidak sama lagi dengan yang dahulu, ia harus bisa membalikkan nasib buruk ini. “Sekarang pukul satu dini hari, Nona,” Jawab A-Yao. Xie Yinlan menatap pelayan wanita itu, “A-Yao, mulai saat ini, jangan memanggilku Nona lagi. Paling aku Selir Xian. Bisakah?” A-Yao membungkuk, “Baik, Selir Xian.” “Bagus. Sekarang, ikut aku melakukan sesuatu.” Xie Yinlan berdiri. Meski tinggal di istana ini selama berbulan-bulan, Xie Yinlan tetap tidak menghafal rutenya. Istana y

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 4 - Perjamuan Makan Siang

    “Tabib Liu, kau masih di sini?” sapa orang yang baru masuk. Yinlan membuka mata dengan terkejut. Apakah ada orang lain di dalam gudang obat ini selain dirinya dan A-Yao? Dia merasakan tubuh A-Yao berkeringat dingin dan sedikit gemetar. Pelayan ini, pasti sudah sangat ketakutan.Beberapa langkah dari mereka, dua orang pria saling berhadapan, salah satunya memakai seragam resmi tabib kekaisaran, satunya lagi memakai seragam resmi pengawal kekaisaran. Tabib kekaisaran itu masih muda, bernama Liu Xingsheng. Meski muda, dia terkenal berwawasan luas dan berbakat, pernah menyembuhkan kaki ibu suri yang tulangnya patah. Pengawal Kekaisaran yang berinteraksi dengannya tampak menghormatinya. Liu Xingsheng tersenyum ramah, “Aku baru kembali dari pekerjaanku, meletakkan sisa bahan obat dan beberapa rekam medis.” Pengawal Kekaisaran itu mengangguk-angguk. “Tabib Liu, segeralah beristirahat.” Dia meninggalkannya di dalam ruangan obat. Liu Xingsheng mengangguk, matanya sedikit melirik ke arah je

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19

Bab terbaru

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 186 - Nona Kedua Menghilang

    Tingzhou yang dingin. Shangguan Yan merapikan bekas peristirahatannya sebelum meninggalkan kuil bobrok itu. Meletakkan kembali buku-buku dan barang lain yang dia ambil dari ruang bawah tanah beracun itu, tentu saja tanpa menghidupkan sedikit pun api. Meski kesulitan meraba-raba banyak tempat, Shangguan Yan bisa mengembalikan barang-barang itu kembali ke tempat yang semula. Dia menerbangkan merpati setelah mengambil surat yang diikat di kakinya. Itu adalah balasan dari Jin Pei. Shangguan Yan melepas kudanya dari tali yang mengikatnya ke pohon di halaman belakang kuil itu. Sesuai dengan apa yang dikatakan Xi Feng dalam suratnya, Shangguan Yan akan melakukan perjalanan menuju Kota Beizhou. Entah apa yang akan dia temui di sana. Dia hanya bisa berpikir Xi Feng mungkin telah merencanakan sesuatu yang membutuhkan bantuannya. Shangguan Yan berdiri beberapa saat di depan gundukan tanah itu lagi. Dia menggenggam kendi kecil itu dengan erat. Dengan segenap penyesalan, dia berkata, “Ying

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 185 - Hari Keberangkatan

    Pada waktu keberangkatan. Jing Xuan berdiri melamun di tengah halaman Istana Guangping dengan pakaian berlatih hitam-hitam, rambutnya dikuncir kuda seperti petualang dunia persilatan pada umumnya. Xi Feng, Shangguan Zhi dan Liu Xingsheng sudah menantinya di depan Aula Pertemuan. Pangeran Ming dan Ibu Suri turut mengantarnya. Mao Lian datang dengan seekor kuda hitam gagah milik Jing Xuan. Kuda itu telah menemaninya sejak remaja. Selamat berkali-kali di medan perang, setia menemani tuannya hingga saat ini. Jing Xuan menghela napas. Menatap kediamannya yang gelap. Sungguh, berat baginya untuk meninggalkan Yinlan tanpa berpamitan. Namun wanita itu sangat kelelahan dan membutuhkan tidur lebih banyak. Dia merasa tidak perlu membangunkannya hanya untuk memberitahu bahwa dia akan pergi. Waktu beberapa jam semalam sudah cukup baginya sebagai momen terakhir sebelum pergi. Tapi Yinlan belum tentu beranggapan sama. Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka, menampilkan Yinlan yang hanya berpakaia

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 184 - Satu Malam Terakhir

    Sepuluh jam sebelum keberangkatan. Jing Xuan menemani Yinlan berbaring di kamar tidurnya. Yinlan bersandar di bahunya, sedang menangis. Jing Xuan mengembuskan napas panjang, “Ayolah, A-Yin …, berapa lama lagi kau akan menangis? Aku hanya pergi sebulan saja.”Yinlan menyeka pipinya yang basah, “Itu lama sekali ….” “Kau tidak ingin aku pergi, A-Yin? Aku bisa membatalkannya.” Jing Xuan tersenyum. Yinlan mendongak, menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, “Sungguh?” Jing Xuan menyeringai, “Sungguh aku tidak bisa membatalkannya.” Yinlan mengecurutkan bibirnya, air mata kembali mengalir membasahi wajahnya. Dia tidak mengatakan apa pun meski Jing Xuan hanya menggodanya. Jing Xuan mengusap perutnya lagi, “A-Yin, apakah perutmu ini, berisi dua orang?” “Hah?” Yinlan menatap tak mengerti. “Lihat, ini terlalu besar untuk usia lima bulan, bukan? Jangan-jangan memang ada dua orang.” Jing Xuan terkekeh.” Yinlan mendengus, tidak begitu menghiraukan ocehannya. Dia sudah terlalu sedih mengin

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 183 - Jimat Keberuntungan

    Beberapa hari kemudian, Pangeran Ming telah kembali dari Yangzhou bersama Mao Lian yang menjemputnya. Jing Xuan telah menunggunya di Aula Pertemuan bersama para pejabat. Pangeran Ming menjatuhkan lutut dan memberi salam penghormatan. “Bagaimana kabarmu, Adik Kedua?” Jing Xuan menyapa ramah, bahkan berdiri dari kursinya dan menghampirinya, membantunya berdiri. Pangeran Ming tersenyum, “Kabarku baik, Kakak.”Jing Xuan merangkul pundaknya, Pangeran Ming bergabung bersama para pejabat yang sebelumnya juga membungkuk saat dirinya baru tiba. Pertemuan rutin berjalan lancar, Jing Xuan sibuk menerima laporan-laporan dari para menterinya. Membiarkan Pangeran Ming beradaptasi dan bersiap membantu setelah ia pergi nanti. Jing Xuan tak pernah menceritakan konflik besar yang berkaitan dengan Ning'er kepada para menterinya. Itu mungkin akan mengganggu kestabilan pemerintahan yang baru dibentuk kurang dari satu tahun ini. Jing Xuan membubarkan rapat istana lebih cepat, pukul delapan pagi. Dia

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 182 - Tertinggal Satu Langkah

    Shangguan Zhi menyipitkan mata, beradaptasi dengan cahaya matahari pagi yang menerpa wajahnya. Dia berdiri di halaman Balai Kesehatan Istana. Beberapa orang tabib mulai berdatangan untuk bekerja. Beberapa menyapa dengan ramah, beberapa lagi menatap heran. Kenapa Shangguan Zhi bisa ada di sana?Xi Feng keluar dari Balai Kesehatan Istana dengan seragam resmi Tabib Kekaisaran seperti tabib-tabib yang lain. Shangguan Zhi mencibir, “Seragam itu sangat tidak cocok untukmu.” Xi Feng mendengus, “Berhenti mengolok-olokku seperti itu, Zhi. Aku tahu kau iri.” Shangguan Zhi mengalihkan pandangannya dengan wajah cemberut. “Aku ingin bertemu Permaisuri.”“Pergilah sendiri, aku harus bekerja.” “Siapa juga yang ingin ditemani olehmu.” “Omong-omong, Liu Xingsheng sedang berada di sana juga.” Kata Xi Feng sebelum meninggalkannya sendirian. Shangguan Zhi mematung selama beberapa jenak, matanya berkedip-kedip, terdiam melihat Xi Feng yang berjalan menjauh. “Liu Xingsheng? Kenapa dia bisa ada di

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 181 - Diam-diam Merindu

    Saat Jing Xuan kembali setelah mengurus sisa pekerjaannya dan membicarakan kepergiannya dengan para menteri penting yang ia tinggalkan, Jing Xuan terdiam menatap ibunya yang duduk di kamarnya, menemani Yinlan yang sudah jatuh tertidur. Jing Xuan tersenyum lembut, mendekati ibunya yang terlihat mengantuk. “Ibunda, kau seharusnya tidak perlu seharian menjaganya seperti itu.” Ibu Suri menyadari kehadiran Jing Xuan, dia menjawab, “Ibu harus menjaganya setiap hari, Xuan'er. Itu juga karena kamu yang tiba-tiba memutuskan untuk meninggalkannya ke Perbatasan Utara.” Jing Xuan menghela napas, duduk di lantai, memijat kaki Ibu Suri dengan penuh perhatian. “Ibunda bisa datang kembali besok pagi. Sekarang sudah malam, cuaca semakin dingin, jika tidak segera tidur, kesehatan Ibunda bisa terganggu.” “Ibu melarangmu pergi, Xuan'er. Apakah kau akan menuruti kemauan Ibu?” Ibu Suri bertanya serius. Jing Xuan terdiam dengan kepala tertunduk. “Aku, tidak akan, Ibunda.” Ibu Suri mengembuskan napas p

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 180 - Petunjuk di Tengah Badai Salju

    Shangguan Yan terbatuk beberapa kali, matanya terbuka dan dia menyadari tubuhnya tergeletak di lantai ruangan gelap itu. Dia merasa napasnya sesak dan sangat sulit menghirup oksigen dengan normal. “Kenapa aku tiba-tiba pingsan?” Shangguan Yan bertanya pada diri sendiri, bingung. Awalnya, dia merasa udara di sini seperti tercemar sesuatu yang berbahaya bagi tubuh. Dan dia tidak begitu memedulikan. Terus berkeliling untuk memeriksa beberapa yang tersisa, mengabaikan kerangka-kerangka yang masih tergeletak di tempatnya. Namun saat menyadari bahwa beberapa serangga telah mati, laba-laba yang tergeletak, Shangguan Yan semakin yakin kalau ruangan ini tidak baik-baik saja. Dia menatap lilin-lilin yang dinyalakannya beberapa saat yang lalu—tepatnya, dia tidak yakin sudah berapa lama ia tak sadarkan diri dan lilin-lilin itu masih menyala meski sudah mulai redup, beberapa telah padam. Asap itulah yang mungkin menjadi penyebabnya. Dia segera memadamkan lilin yang tersisa, membersihkan selur

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 179 - Istri Yang Belum Sempat Dinikahi

    Sejak pertemuan pertama yang panjang itu, hubungan keduanya kian dekat. Saling membantu saat membutuhkan, saling melindungi saat sedang butuh pertolongan. Shangguan Yan meninggalkannya di Pasar Gelap setelah mendapatkan hal yang diinginkannya untuk meneruskan penyelidikannya tentang kasus pembunuhan tujuh petinggi Sekte Duan. Sebuah pedang putih dari jantung terdalam Dunia Persilatan, Ying Deng memberikan pedang itu padanya dengan beberapa informasi penting yang berkaitan dengan Ye Yunshang. Termasuk informasi tentang Biksu Baiyuan yang merupakan orang tua angkatnya. Shangguan Yan meninggalkan plakat identitas si maha tahu itu agar Ying Deng bisa menjaganya selama ia menyamar menjadi murid Sekte Duan yang mengejar kebenaran tentang kematian tujuh petinggi itu. Informasi dari Ying Deng menuntunnya datang ke Kuil Baiyuan dan menangkap basah Ye Yunshang sedang mencuri batu ramalan dari ruangan khusus milik Biksu Baiyuan. Sebelumnya, dia juga sudah tahu kalau sang adik berguru di tem

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 178 - Pertemuan Pertama yang Mengesankan

    Dataran tinggi Tingzhou. Di sebuah kuil bobrok yang sudah hampir roboh, Shangguan Yan menghidupkan api untuk menghangatkan diri. Matanya terus tertuju pada halaman luas di luar kuil itu. Gundukan tanah terlihat bersalju. Sebuah papan arwah dengan nama Ying Deng, rekan seperjuangan Shangguan Yan. Shangguan Yan menghela napas, menggenggam erat sebuah kendi kecil yang tertutup rapat. Kendi itu berisi abu. “Aku akan membawamu kembali ke kampung halamanmu, Ying Deng.” Shangguan Yan berkata mantap. Sebuah kenangan masa lalu melintas di kepalanya. Tidak lama setelah dirinya bergabung dengan Sekte Duan untuk menyelidiki kematian tujuh orang petinggi itu, Shangguan Yan bertemu dengan Ying Deng di Pasar Gelap Nanzhou untuk melakukan kesepakatan. Tapi pada waktu yang telah dijadwalkan, ternyata Ying Deng, Penyihir Merah yang selalu memakai topeng besi mengerikan itu sedang dalam pertemuan dengan seorang wanita berpakaian gelap dan wajah yang tertutup cadar. Shangguan Yan melihat mata wan

DMCA.com Protection Status