Tristan duduk di kursi kerjanya, pandangan matanya kosong, pikirannya mengembara ke pesta amal yang akan segera tiba. Membayangkan akan bertemu dengan Leony lagi membuat darahnya berdesir dengan emosi campur aduk—amarah, nostalgia, dan sedikit rasa sakit yang tak pernah sepenuhnya hilang. Namun dia tahu, menolak hadir bukan pilihan. Jika dia tidak datang, kesempatan untuk mendapatkan investor besar akan hilang.Tristan menghela napas panjang, bersiap untuk melanjutkan lembur malam ini. Namun tiba-tiba, ponselnya bergetar. Pesan singkat dari ibunya masuk:{Tristan, pulang sekarang. Makan malam keluarga. Adikmu baru saja tiba.}Tristan mendengkus pelan. Dia tahu bahwa jika ibunya sudah menyuruh, tidak ada pilihan untuk menolak. Dengan wajah dingin dan tak menunjukkan emosi, dia mengetik balasan singkat: {Baik, aku pulang.}Setelah menutup pesan, matanya beralih pada Cordelia yang berdiri di sudut ruangan, kaku seperti patung. Tanpa banyak kata, dia menekan tombol interkom di meja dan me
ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-31 อ่านเพิ่มเติม