Hei, tunggu, hentikan," ujarnya dengan suara sedikit meninggi."Kenapa apa kau takut?""Tidak, tapi ini bukan tempatnya," jawabnya."Hmm, baiklah." Kubenahi kembali apa yang tadi coba kutarik."Ah, kau ini," ujarnya menghela napas dan menggeleng pelan."Tolong menikahlah denganku," ucapku menangkupkan tangan."Kau melamarku?""Iya, anggap saja," jawabku menggeleng, setengah putus asa."Tapi kau akan memutus masa lajangku," ujarnya menggeleng."Aku tak akan banyak tingkah atau tuntutan, kita bisa bercerai lagi setelah ini," ungkapku cepat."Baiklah." Dia menghela napas seperti terpaksa, tapi aku tak peduli."Wah, ya ampun, makasih ya," ujarku melompat gembira."Jangan bersikap bahwa aku seakan-akan telah mengganti bonekamu yang hilang, biasa saja," ujarnya ketus."Ah, kau makin manis ketika bersikap dingin," jawabku mencuil ujung payudaranya dia terkejut dan nyaris terlonjak dari tempat tidur."Hei, lancang ya," ujarnya melotot."Kau kan, akan jadi suamiku, jadi terbiasalah." Aku terta
Terakhir Diperbarui : 2024-12-04 Baca selengkapnya