Share

41

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 08:00:31
Aku kembali di bawah ke rumah kolonel William, kali ini bersama Roni yang dipulangkan dari rumah sakit, pemuda itu terlihat jauh lebih sehat dan cerah dibanding kemarin, dia diturunkan oleh keluarganya dari mobil dan dibantu masuk ke kamar. Sedang aku berdiri terpaku tak tahu harus bersikap seperti apa, duduk di mana atau menyapa siapa, canggung sekali karena semua anggota keluarga berkumpul.

Setelah mengantarkan Roni ke kamarnya mereka lalu mengajakku duduk di ruang tamu, berkumpul dengan formasi lengkap keluarganya sangat membuatku gugup dan merasa terintimidasi, aku cemas atas apa yang akan mereka bicarakan.

"Kemarilah, duduklah dekat ibunya Roni," ujar istri Om Heri, dia ramah, tapi suaminya masih terlihat tak suka padaku.

"Baik, Tante," balasku mendekat dan duduk layaknya anak manis.

"Kami akan membicarakan rencana pernikahan kalian, menurutmu, kau ingin itu terjadi seperti apa?" tanya istri Om Heri.

"Uhm, biar Tante dan keluarga saja yang mengatur," jawabku.

"Tapi, kami tet
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   42

    "Kau tahu hanya kita di sini, biasanya kau akan bersikap nakal dan menggodaku mengapa kau begitu kalem?""Aku merasa bersalah," balasku. Dia mengangkat wajahku hingga sejajar dengan tatapan matanya."Apa yang akan kamu berikan ketika kau telah jadi istriku? Bisakah kau melayaniku dengan baik?""A-aku akan berusaha baik dan bersikap wajar. Aku akan berterima kasih seumur hidup untuk perlindungan ini.""Hehehe, kau pengecut kecil yang menggemaskan, aku suka kau berlindung dalam pelukanku karena dengan begini aku merasa memilikimu," gumamnya sambil mendekap dan mencium bahuku.Ada rasa hangat ketika bibirnya mengenai bahuku, ada geli dan sedikit nyaman, ingin kudorong tapi tak tega, jadi aku hanya bisa menggigit bibir ketika sentuhannya mulai menjalar ke leher dan tangan itu menyusup ke balik penutup tubuhku. "Kau adalah milikku sekarang," bisiknya dan itu kata terakhir yang dia ucapkan sebelum aku lupa segalanya.*Aku tidak begitu ingat betapa indahnya kejadian semalam, yang pasti a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   43

    Om Heri meletakkanku di ranjang, membantu menaikkan selimut menutupi kakiku dan menyalakan AC, dia masih terlihat garang dan tidak suka namun tidak mampu menyembunyikan kekhawatirannya."Maaf," ucapnya pelan. Aku tidak tahu itu terdengar tulus atau tidak tapi karena dia sudah mengucapkannya aku akan berterima kasih."Aku sangat khawatir terjadi apa-apa pada Imelda. Dia sedang hamil dan itu adalah cucu pertamaku," ungkapkan Tante Vina yang menyusul Om Heri ke kamar."Tenang saja tidak akan terjadi apa-apa, aku sudah suruh anak-anak untuk menelpon dokter," jawabnya."Roni belum tahu yang terjadi, karena dia masih tidur, aku tidak bisa bayangkan dia mengetahui kejadian sebenarnya dan mengamuk ke seluruh anggota keluarga. Kau tahu sendiri sifat anak itu," gumam ibunya Roni."Itu tidak akan terjadi Mbak Vina, aku bisa menjaminnya, aku akan mengkondisikan segala sesuatu menjadi aman, akan kusuruh sepupu-sepupu Roni untuk pulang dan tidak mendatangi tempat ini sampai minggu depan," ujarnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   44 POV mama sakinah

    Mengetahui anakku dan segala sepak terjangnya yang memusingkan, aku sungguh tak tahu harus berkata apa lagi untuk mencegahnya.**Hari itu ...Setelah tak terhitung berapa kali aku harus bertengkar dengan Nyonya Erika, membahas dan mendebat keputusan kejamnya yang ingin memaksa Bendi untuk mempoligami anakku,Akhirnya ini puncak dari semua itu.Erika datang melempar surat cerai ke atas meja, dan pergi dengan senyum jahatnya meninggalkan segala kemarahan dan sumpah serapah putriku yang tak terima dengan perlakuannya. Sesungguhnya saat itulah hati seorang ibu yang berharap putrinya akan bahagia dengan pernikahan, menjadi hancur. Aku marah, ingin sekali menangis saat membaca lembaran putih bertuliskan nama Imelda dengan pengesahan cerai, namun aku menahannya agar putriku tidak semakin rapuh.Aku dan Mas Yadi berusaha untuk membuatnya tetap tegar dengan segala saran dan ucapan tulus kami untuk menghiburnya. Meski dalam dada, jiwaku tergerus oleh rasa kecewa dan ingin sekali diriku--andai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   45

    Kubawakan Teh ke ruang tengah dan menyajikannya dengan penuh ketulusan, kutuangkan minuman beraroma melati itu lalu membagikan yang pada anggota keluarga. Namun aku langsung terkejut karena ternyata kami memiliki tamu di antara semua orang, Nyonya Erika. Aku tidak ingat kapan terakhir Bertemu dengannya tapi ini benar-benar kejutan yang cukup membuat urat kepalaku menegang.Dia tersenyum dengan ekspresi sinis sementara anggota keluarga yang lain hanya diam, aku gemetar dan nyaris saja menumpahkan teko teh panas ke kakiku, untungnya diri ini masih bisa menguasai keadaan."Bagaimana, kau terkejut bertemu aku?""Aku hanya tidak menyangka," balasku."Kau terlihat manis sebagai calon menantu baru Aku tidak menyangka bahwa kau sebaik ini," pujinya sekaligus menyindir."Terima kasih," jawabku sambil menyodorkan secangkir teh untuk wanita angkuh itu. Tiba-tiba semua orang memutuskan untuk bangkit dan meninggalkan kami, aku bingung dan tidak tahu harus berkata apa-apa lagi. Entah kemana Roni

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   46

    Setelah insiden pertengkaran dengan Nyonya Erika, anggota keluarga William datang dan menyuruhku untuk naik ke lantai dua, memaksaku untuk melupakan dan tidak lagi bertanya."Tapi, dia sudah melecehkanku.""Sudah cukup jangan diperpanjang lagi pergi ganti bajumu dan kita akan pergi ke suatu tempat," suruh Tante Vina."Kemana?""Ada saja.""Apa maksudnya kalian tidak membelah atau melerai pertengkaran saya dengan Erika?""Kami hanya ingin melihat sejauh mana keberanianmu," balas Om Heri terkekeh sinis."Tentu saja saya mewarisi keberanian ibu saya," jawabku mendesis kesal, aku langsung naik dan membanting pintu kamarku.Roni? Entah di mana dia saat pertengkaran itu terjadi, apakah keluarganya sengaja mengalihkan pemuda itu agar tidak mengetahui masalahku? Ah, dasar orang kaya memang aneh.**Ternyata mereka mengajakku berbelanja, memilih gaun pengantin dan cadar yang akan menutupi wajahku ketika berjalan ke meja akad. Mereka bersikap wajar, seakan tidak memperdulikan perasaanku yang t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   47

    Ada perasaan yang berbeda ketika seseorang secara spesial menjadi pengantin untuk yang kedua kalinya, dirias, lalu mengenakan gaun menutup kepala dengan cadar pengantin dan merasa berdebar-debar menunggu calon suami.Kini aku duduk memegangi buket bungaku di atas tempat tidur dengan warna bed cover emas, perabotan juga didominasi warna emas. Entah kenapa kakek menghadiahiku kamar baru ini, tanpa banyak bicara dia memberikanku kunci lalu pergi."Bagaimana, sudah siap mengikrarkan janji pernikahan?" Katrine datang diiringi 3 orang wanita dengan warna baju yang sama, mereka yang akan jadi Bridesmaids."Iya, siap.""Kamu mungkin tidak akan merasakan antusias, karena ini adalah pernikahanmu yang kedua." Wanita itu tak pernah melewatkan kesempatan untuk menyakiti hatiku."Ah, tidak juga, aku merasa gugup dan telapak tanganku dingin, mungkin karena aku akan menikahi jaksa tampan.""Kau beruntung, sangat beruntung, baik suamimu yang pertama maupun yang kedua mereka sama-sama menarik dan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   48

    Setelah pesta kami berakhir, tamu undangan sudah pulang dan petugas event organizer mulai membereskan dekorasi pesta, aku dan Roni naik ke kamar dan mengganti baju kami."Bagaimana hari ini menurutmu?" tanyanya begitu kami berdua saja."Tak begitu buruk, aku suka kemeriahan kekompakan keluarga kita," jawabku sambil melepaskan perhiasan di depan kaca rias."Apa yang dikatakan Bendi padamu?"Pertanyaaan itu sontak membuatku menghentikan gerakanku membuka gelang, aku harus menjawab dengan benar, karena jika aku terlihat bohong di awal pernikahan maka semuanya akan kacau."Hmm, kamu tahu itu adalah dia?""Tentu saja, dia sahabatku, segala bentuk penyamarannya sudah kuketahui. Kenapa kau mencoba melindunginya?""Ti-tidak, aku hanya menghindari konflik dan keributan yang mungkin terjadi," jawabku hampir gelagapan."Jawabanmu bisa kuterima," jawabnya sambil membuka kencing kemeja dan bersiap mandi.Setelah selesai mengganti gaun, kukenakan baju casual lalu bersiap turun untuk membantu kelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   49

    Bagaimana ini, mereka menyalahkan untuk hal yang sama sekali tak kuketahui, aku berada di posisi sulit karena apa yang terjadi saat ini sama sekali di luar dugaan dan rencanaku. Aku tersungkur lemas dalam keadaan mereka semua masih menghujat dan menyalahkanku. "Sudah jangan ribut dulu! Mari kita obati papa, baru kita bicarakan sisanya!" ujar Tante Vina Tidak lama kemudian ambulans datang dan Kolonel William digotong beramai-ramai untuk dibawa ke rumah sakit. Ibu mertua dan anak-anak kakek William naik ke atas ambulans dan pergi ke rumah sakit sementara ada aku, Roni dan Om Heri di rumah."Sini kau! Aku akqn membunuhmu!" teriak pria itu sambil menyeretku dengan kasar dan membuatku menabrak bufet kaca lalu menjatuhkan pajangan yang ada di atasnya."Ah, sakit.""Rasa sakit itu belum sepadan dengan apa yang kau lakukan, kau ini sungguh tidak tahu diuntung ya kami menikahkanmu dengan anggota keluarga kami tapi kau malah membunuh!""Aku tidak melakukannya," sanggahku dengan lantang."Kak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   77

    Ternyata dia tidak ditangkap, kudengar bahwa Bendi masih berkeliaran dan memimpin gangsternya meski polisi mengawasi. Dari percakapan di makan malam kemarin anggota keluarga membahas tentangnya dan sepak terjang pria itu."Kenapa dia tidak ditahan jika terbukti bersalah?""Ibunya mengakui kesalahannya dan mengatakan bahwa anaknya tidak terlibat."Sungguhkah? Tapi polisi pun tahu kan bahwa pria itu sangat berbahaya?""Kamu sudah tahu bahwa ketimpangan hukum itu benar-benar terjadi di negara ini, segala sesuatu bisa dibeli dengan uang di zaman sekarang," jawab kakek William sambil memotong medium rare steak dan menikmatinya."Tapi bukankah membela pemuda itu akan menimbulkan kehebohan publik sekarang pun semua orang bisa menilai ...." Catherine menimpali sambil menatap kakeknya."Dengan alasan kesopanan seseorang bisa diringankan dari jerat hukum bahkan bebas. Aku yakin mereka sudah menjamin ratusan juta untuk sebuah kebebasan."Aku mau menyesal sekali mengapa Roni bisa berteman dengan

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   76

    *Pagi itu pintu selku dibuka dengan kencang, terali digeser lebar, beberapa sipir datang menemuiku dengan wajah dingin mereka yang tanpa ekspresi. Mereka berempat berdiri sementara aku meringkuk di sudut ruangan melindungi diri dari dingin dan serangan nyamuk yang tanpa ampun terus menerus datang dan menghisap darah ini."Kamu ...!" Mereka menudingku dengan tongkat kayu dan menatapku dengan pelototan tajam.Aku yang merasa kaget dan sadar tidak melakukan kesalahan apapun, mulai was-was dan khawatir, takut mereka menyeretku ke sel isolasi atau menyiksa diri ini dengan siksaan yang pedih."Ada apa?""Keluar dan ikut bersama kami!""Ke-kemana?""Ikut saja," ujar salah seoranh sipir sambil menghampiri dan menyeret lengan bajuku."Iya-iya, saya akan ikut, jangan seret saya, nanti saya terjatuh," jawabku sambil berusaha menetrasilir kekhawatiran dalam hati. Apa gerangan yang terjadi ketika pada sipir kejam berhati dingin ini mencariku, membawaku dengan pengawalan ke arah gerbang tanpa men

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   75 sidang terakhir

    *Ini adalah hari persidangan terakhir, persidangan yang akan menentukan apakah aku harus kalah atau menang. Apakah perjuanganku akan berhenti sampai di sini atau hari-hari panjang masih tetap akan kulalui di balik jeruji besi.Sejak pagi aku sudah menyiapkan pakaian, mandi dengan bersih dan merapikan rambutku. Kenakan jaket untuk melindungi diri ini dari pendingin cuaca karena sejak hamil aku menjadi mudah kembung dan kedinginan.Pukul delapan pagi, mobil tahanan yang akan membawaku ke persidangan, terdengar menjemput, bunyi sirene panjang tanda pintu sudah terbuka menjadikan itu sebagai isyarat bahwa sipir akan mengantarku ke pintu luar dan memastikan aku telah naik ke mobil tahanan dengan aman."Berikan tanganmu." Sipir memerintahkanku untuk menunjukkan kedua tanganku karena dia akan menggelangi borgol."Sebenarnya tanpa itu pun saya tidak akan ke mana-mana.""Kita ikuti prosedur saja," jawab wanita yang terbentuk bersikap tegas dan sedikit kasar karena selalu berhubungan dengan p

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   74, sel

    "Bagaimana perasaanmu?" tanya Roni ketika sidang berakhir, dia menemuiku di meja terdakwa dekat dengan pengacaraku."Sedikit lega, mungkin aku punya harapan baru Ron._""Bukan kemungkinan harapan Sayang, tadi pasti aku akan berusaha agar kau bisa bebas dan melahirkan anak kita dengan nyaman di rumah sakit terbaik," jawabnya sambil mengelusi perutku dengan lembut."Makasih ya, Roni." Kupeluk dia dengan penuh cinta dan berterima kasih padanya, sementara suamiku membelai punggung ini dengan lembut sebelum polisi membawaku kembali ke lapas."Ron, kapan aku akan terbebas dari tempat itu. Mengapa jalannya kasus lamban sekali, yang ada hanya sidang tanpa kesudahan lalu aku kembali ke tempat mengerikan yang dipenuhi penjahat itu. Andai aku tidak hamil, mungkin mudah mengatasinya, tapi karena keadaanku payah, aku sangat tidak tahu apa yang harus kulakukan." Aku mengeluh dengan air mata menggenang di pelupuk mata."Sabar ya, aku sedang berusaha melepasmu."Dia menggenggam tanganku dengan penuh

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   73

    "Rupanya kau mulai menunjukkan tajir ya. ..?" Seorang ketua kelompok geng wanita dari penjara sebelah timur yang kebetulan berpapasan denganku di lorong bui menyapa diri ini. Aku saat itu baru saja kembali dari ruang mandi tahanan.Dia nampak menyeringai dengan misterius dan tersenyum sinis."Kita semua mencoba bertahan hidup," jawabku."Caramu bertahan luar biasa juga," kuncinya sambil menepuk-nepuk punggung ini."Maaf tolong jangan pukul-pukul saya dengan kencang, saya sedang hamil." Kutepis tangan wanita itu yang mulai terlihat ingin melecehkanku padahal dia sendiri adalah seorang wanita.Mungkin tersinggung kutepis demikian sehingga dia memelintir pergelangan tanganku, lalu menguncinya ke belakang punggungku. Lantas dia mendorong wajah ini ke dinding."Dengar ... aku hanya memperingatkanmu, jangan coba-coba membantah atau melawan kami karena meski kau punya banyak pelindung, hidup ditempat ini tidak seaman yang kamu kira," gumamnya sambil menepuk pipiku."Baiklah, jika tidak digan

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   72. bekecamuk

    *Aku dibawa ke ruang sel sendiri setelah selesai diobati di klinik, lalu aku diberikan sebuah kasur kecil untuk istirahat. Suamiku mengantar diri ini dengan penuh kasih lalu menyertaiku dan duduk di sampingku."Dengar ya, bertahanlah sedikit lagi, aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini dan membebaskanmu," bisik Roni sambil mendudukkan diri ini di tempat tidur yang terbuat dari besi berukuran kecil.Aku yang telah lemah dan baru saja mendapatkan pengobatan di wajah hanya bisa meneteskan air mata, aku mengangguk pelan tanpa banyak bicara padanya."Bertahanlah demi bayi kita," bisiknya."Bagaimana jika aku dihukum mati karena terbukti bersalah?""Tidak ada bukti yang mengarah secara langsung padamu, hanya karena kau terekam di gerbang depan bukan berarti kamu pelaku.""Kalau begitu, harus ada orang yang bisa dijadikan pelaku, harus ada kambing hitam, karena polisi perlu menyalahkan seseorang dan membawa tersangka ke depan pengadilan.""Polisi sudah memintaku sebagai saksi," ucap Ro

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   71

    "Ron ... Roni, ya Allah ...." Orang yang kupanggil langsung mengalihkan tatapannya dan segera menghambur untuk memeluk diri ini wajahnya yang masih pucat dan langkah kakinya yang masih lemah tidak menyurutkan niatnya untuk tetap menyongsongku yang terduduk lemah, terkapar di dalam sel isolasi."Imel, maafin aku ya, aku telat," ucapnya sambil membenahi rambut yang berantakan menutupi wajahku dengan pelan disentuhnya perut ini yang mulai membuncit menunjukkan bahwa kehamilanku berkembang dengan baik."Bagaimana bayi?""Baik-baik saja," ujarku."Alhamdulillah," ucapnya membingkai wajah ini dengan kedua tangan, sedang aku langsung meringis menahan luka bakar yang baru saja Irina lakukan pada wajahku."Auh, Ron, Maaf, wajahku ..." Pria itu kaget, doa tersentak melihat darah dan lendir lengket bekas bakar di jemari tangannya, diperiksanya dagu ini dengan cepat, dan tentu meradanglah, suamiku melihat luka itu."Siapa yang lakukan ini?!" teriaknya, saking kerasnya, gema suara itu memantul ke

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   70 Irina

    "Apa apaan ini?" teriak sipir dengan mata membeliak."Mereka mencampur susu saya dengan pasir," ucapku sambil menumpahkan kotak susu ke hadapan sipir, melihat susu yang dipenuhi debu dan kerikil kecil membuat sipir menjadi melotot kepada ketiga perempuan yang ada di selku."Ini perbuatan kalian?""Tidak, Bu, kami tidak tahu apa-apa wanita ini memang mencari permasalahan agar dia bisa memukul kami dan melampiaskan jiwa psikopatnya," ujar seorang wanita membela diri."Sungguhkah?" wanita yang berseragam biru pudar itu melotot padaku."Seperti yang Anda tahu saya baru saja pulang dari persidangan sejak pagi tadi, kita makanan saya dimakan dan susu kehamilan saya dicampur dengan kerikil. Saya rasa sejahat apapun seseorang mereka tidak pantas diperlakukan dengan cara seperti ini?!" jawabku lantang."Hal itu pula yang ingin aku sampaikan padamu bahwa, sejahat apapun, menyiram orang lain dengan air panas adalah hal kejam dan tidak berprikemanusiaan!" Kelihatannya Ibu sipir lebih memihak pad

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   69

    Persidangan hari ini berakhir, para jaksa dan pengunjung ruang sidang nampak membubarkan diri. Dari sudut ruangan kulihat Irina nampak menatapku dengan mata penuh dendam dan air mata. Dia terlihat sangat murka dan mau melakukan apa saja demi menghukumku."Mari, Anda harus kami bawa ke mobil Tahanan," ucap seorang polisi. Aku yang kebetulan duduk di kursi pesakitan langsung diangkat menuju pintu utara demi meninggalkan ruang sidang. Sekilas kubalikkan badan dan melihat irina nampak berbisikan dengan jaksa yang baru saja menuntutku di depan sidang. Nampaknya jaksa itu memang mengenal Irina sehingga dia pun nampak sangat benci dan terus mengintimidasi diri ini.Ketika keluar ke pelataran pengadilan, aku disambut puluhan wartawan dan jepreten blitz kamera, berbagai pertanyaan mereka lemparkan membuat hati ini tersudut dan makin menciut."Nona Imelda, apa komentar Anda tentang sidang yang berlangsung hari ini?" tanya seorang wanita."Apa Anda sungguh membunuh seseorang demi dendam dan kec

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status