Share

34

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 09:12:12

Papa dan Roni sudah masuk ke ruang tindakan UGD, yang mengantar menunggu di luar, mama sibuk mengurus administrasi dan ketika dia datang, mama langsung menarik tanganku, membangunkanku dengan tatapan tajam.

Plak!

"Kurang ajar, sekarang katakan apa yang sebenarnya sudah kamu lakukan?"

"Aku meracuni makanan Nyonya Erika, tapi piringnya ditukar sehingga yang kena ibunya Irina, Nyonya batubara terkaya di kota ini!"

"Apa? Lalu apa hubungan dengan Roni?"

"Dia mengantarku pulang."

"Kena tembak karena mengantarmu pulang?!" Mama membeliak sambil mencengkeram kerah bajuku, lalu mendorongku ke dinding dengan kerasnya.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya, kira-kira apa yang akan kau katakan pada ibu bapaknya anak itu?! Apa kau akan melibatkan kami sebagai tumbalmu?! Kau tidak berfikir sebelum bertindak?" tanya Mama tak memperdulikan orang orang yang lewat.

"A-aku ha-hanya tidak menduga," ujarku tersedak terkena cekikan mama.

Plak!

Sekali lagi tamparan itu mendarat, dan membuat bibirku langsung ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Persada Mulia
lnjt Thor, semoga kel kol william dan kel sakinah-yadi bersatu melawan erika, hancurkan bisnis2 erika jg dan tinggalin bendi laki2 gak punya pendirian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   35

    "Kemarilah, kami ingin bertanya?" Kembali keluarga Roni menyeretku ke ruangan yang agak jauh dari tempat itu. Mungkin hari ini adalah rekor terbesar dalam hidupku karena bolak-balik ditarik dan diseret oleh orang yang berbeda."Ada apa Nyonya?" tanyaku pada ibu Roni."Kami akan mempertemukan kamu dan memastikan bahwa kalian tidak bohong dan jawaban kalian sama," jawabnya."Hmm, baik," balasku pasrah. Kurasa aku sedang bermain dengan nyawa, jika Roni mengaku maka kami akan menikah tapi jika pemuda itu malah menyangkalnya maka aku akan dicap sebagai wanita pengkhayal yang memiliki halusinasi tinggi. Mereka juga akan melaporkan ke kantor polisi karena telah membuat cucu mereka menjadi korban tembakan. Masalah sebenarnya akan terungkap ke permukaan, dan ya ... aku akan berakhir di penjara."Tapi mari berdoa, semoga Roni memahami kode yang kau berikan," gumam dalam hati. Aku lalu berjalan beriringan dengan orang tua pemuda yang sudah menolongku dan menemuinya yang sudah dikelilingi oleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   36

    Karena melihat bahwa tidak ada pilihan lain, aku terpaksa ikut dengan rombongan calon mertua baru yang kelihatan lebih cantik dan lembut daripada ibu mertua yang lama. Kupikir jika kami bisa dekat dan punya kedekatan ibu dan anak aku bisa mengandalkan wanita itu untuk melindungiku dari wanita yang selalu ingin membunuh orang, yang bernama ... ah, najis menyebutkan namanya.Erika, ya, Erika."Hmm, mari kita ke mobil," ajaknya dengan suara lembut."Ba-baik, lalu siapa yang akan menjaga Roni?""Kakeknya akan menjaganya," jawabnya."Baik, kalo begitu, Ma, uhm, maaf, Tante," balasku gugup."Oh, Kau boleh memanggilku seperti apa yang kau inginkan," ujarnya menyentuh bahu dan mengajakku pergi, di sudut sana Mama menatap kami dan hanya bisa membuang nafasnya pelan lalu kembali beralih ke dalam ruangan Papa."Apa semuanya akan baik-baik saja di sini, Tante?""Iya, tentu saja.""Apa bersama Tante saya akan aman, apa sekali ini saya bisa menemukan kedamaian?" tanyaku dengan bola mata berkaca-kac

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   37

    Pukul 6 pagi ponselku berdering, setengah mengantuk kuraba tempat tidur dan menekan tombol angkat."Imelda, Mama udah titipkan pada pelayan yang kebetulan buang sampah di luar, semoga dia menyerahkan yang segera padamu," ucap Mama."Kenapa Mama menitipkannya, kenapa Mama tidak memberikannya langsung padaku?""Hei, Asahan golok, mereka akan curiga kalo mama berkunjung pagi pagi, jadi katakan saja bahwa itu adalah kiriman dari sebuah klinik, laporan tentang kehamilan," ucap Mama dari seberang sana."Bagaimana Mama mendapatkannya, aku senang karena itu berjalan lancar. Oh ya, dari jendela kamar aku bisa melihat pelayan yang Mama titipkan tadi sedang mendorong troli bak sampahnya. Tapi oh ... tiba-tiba dia berpapasan dengan calon ibu mertua, dan wanita itu terlihat menanyai pelayannya," ucapku dengan perasaan tegang."Lalukan sesuatu," perintah Mama."Sebentar ... bentar Ma, aku lihat ibunya Roni bertanya kepada pelayan.""Lakukan sesuatu agar kau bisa mencegahnya turun segera dan susul m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   38

    Sesampainya di rumah sakit aku langsung menemui Papa dan Mama yang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Aku tanya kabar dan melihat Papa baik-baik saja."Papa ..." Aku langsung mendekat dan memeluknya."Gimana keadaanmu Imelda?"" Baik ibunya Roni memperlakukanku dengan baik Pa.""Oh, Syukurlah," jawabnya."Gimama keadaan Papa, ada yang parah?""Tidak terlalu, pelurunya menembus perut dan hampir memutuskan usus papa," jawabnya."Ngeri sekali, maafkan aku ya, Pa, karena aku papa jadi seperti ini.""Enggak apa-apa gimana keadaan Roni?" "Belum ketemu, Pa," jawabku."Papa dengar kamu hamil dengannya, apa itu benar?" Ayahku itu bertanya dengan nada lembut dan dia tidak terlihat marah sama sekali padahal aku telah mempermalukannya."Tidak, aku tidak hamil, aku hanya pura-pura," jawabku."Satu kebohongan akan berujung pada kebohongan yang lain anakku, jangan begitu," ucap papa"Di luar sana, entah kegaduhan apa yang telah kau lakukan, entah kenapa firasatku merasa bahwa ini tidak bagus,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   39

    Hei, tunggu, hentikan," ujarnya dengan suara sedikit meninggi."Kenapa apa kau takut?""Tidak, tapi ini bukan tempatnya," jawabnya."Hmm, baiklah." Kubenahi kembali apa yang tadi coba kutarik."Ah, kau ini," ujarnya menghela napas dan menggeleng pelan."Tolong menikahlah denganku," ucapku menangkupkan tangan."Kau melamarku?""Iya, anggap saja," jawabku menggeleng, setengah putus asa."Tapi kau akan memutus masa lajangku," ujarnya menggeleng."Aku tak akan banyak tingkah atau tuntutan, kita bisa bercerai lagi setelah ini," ungkapku cepat."Baiklah." Dia menghela napas seperti terpaksa, tapi aku tak peduli."Wah, ya ampun, makasih ya," ujarku melompat gembira."Jangan bersikap bahwa aku seakan-akan telah mengganti bonekamu yang hilang, biasa saja," ujarnya ketus."Ah, kau makin manis ketika bersikap dingin," jawabku mencuil ujung payudaranya dia terkejut dan nyaris terlonjak dari tempat tidur."Hei, lancang ya," ujarnya melotot."Kau kan, akan jadi suamiku, jadi terbiasalah." Aku terta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   40

    "Kami bisa membawanya dengan paksa atau mengambil tindakan keras," ucapnya masih berusaha menarik tanganku."Hentikan, lepaskan dia atau aku akan lupa hubungan baik dengan nyonya kalian, sebagai gantinya, aku akan pergi ke sana dan bicara. Jadi bawa aku saja," ujar kolonel William."Jangan!" cegah anak-anaknya dengan tegang."Jangan khawatir, tak akan terjadi apa apa padaku," balasnya."Tidak, kami tidak Anda jadi tolong bekerja samalah demi hubungan baik Anda dengan nyonya kami," balas pria pria itu."Aku tetap tak setuju, bisa jadi wanita ini akan dipaksa mengugurkan janinnya, kalian memaksa dia naik ke meja aborsi dan menjadikan dia trauma karena hal tersebut. Kau pikir aku bodoh? Aku akan pergi menemui Erika. Jadi lepaskan wanita muda itu."Karena tidak punya pilihan lain akhirnya preman yang kesemuanya berpakaian hitam dan setelan jas itu menjauh. Mereka hanya mendengkus sambil menatapku lalu membalikkan badan dan pergi."Pa, gak usah pergi Pa, gimana kalo ternyata Papa yang dija

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   41

    Aku kembali di bawah ke rumah kolonel William, kali ini bersama Roni yang dipulangkan dari rumah sakit, pemuda itu terlihat jauh lebih sehat dan cerah dibanding kemarin, dia diturunkan oleh keluarganya dari mobil dan dibantu masuk ke kamar. Sedang aku berdiri terpaku tak tahu harus bersikap seperti apa, duduk di mana atau menyapa siapa, canggung sekali karena semua anggota keluarga berkumpul. Setelah mengantarkan Roni ke kamarnya mereka lalu mengajakku duduk di ruang tamu, berkumpul dengan formasi lengkap keluarganya sangat membuatku gugup dan merasa terintimidasi, aku cemas atas apa yang akan mereka bicarakan. "Kemarilah, duduklah dekat ibunya Roni," ujar istri Om Heri, dia ramah, tapi suaminya masih terlihat tak suka padaku. "Baik, Tante," balasku mendekat dan duduk layaknya anak manis. "Kami akan membicarakan rencana pernikahan kalian, menurutmu, kau ingin itu terjadi seperti apa?" tanya istri Om Heri. "Uhm, biar Tante dan keluarga saja yang mengatur," jawabku. "Tapi, kami tet

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   42

    "Kau tahu hanya kita di sini, biasanya kau akan bersikap nakal dan menggodaku mengapa kau begitu kalem?""Aku merasa bersalah," balasku. Dia mengangkat wajahku hingga sejajar dengan tatapan matanya."Apa yang akan kamu berikan ketika kau telah jadi istriku? Bisakah kau melayaniku dengan baik?""A-aku akan berusaha baik dan bersikap wajar. Aku akan berterima kasih seumur hidup untuk perlindungan ini.""Hehehe, kau pengecut kecil yang menggemaskan, aku suka kau berlindung dalam pelukanku karena dengan begini aku merasa memilikimu," gumamnya sambil mendekap dan mencium bahuku.Ada rasa hangat ketika bibirnya mengenai bahuku, ada geli dan sedikit nyaman, ingin kudorong tapi tak tega, jadi aku hanya bisa menggigit bibir ketika sentuhannya mulai menjalar ke leher dan tangan itu menyusup ke balik penutup tubuhku. "Kau adalah milikku sekarang," bisiknya dan itu kata terakhir yang dia ucapkan sebelum aku lupa segalanya.*Aku tidak begitu ingat betapa indahnya kejadian semalam, yang pasti a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   57

    Baru beberapa meter meninggalkan gerbang tiba-tiba beberapa mobil yang terlihat dari kaca spion mobil Bendi menghentikan laju mereka di depan rumah Kolonel William."Ron, mereka datang," ucapku mengguncang bahunya."Biarkan saja," jawabnya sambil memacu mobil lebih kencang."Kalau mereka tidak menemukan kita, apa mereka tidak akan menyandera penghuni rumah?""Setahuku Bendi tidak begitu, lagipula dia cukup takut dan segan pada Om Heri," jawabnya."Bagaimana jika dia tidak takut lagi, karena calon mertuanya meninggal, telah terjadi perang dingin dan saling serang di antara keluarga itu, ditambah kita kini menikah jadi dia makin benci dan dendam.""Sejujurnya bukan kita yang harus disalahkan, Imelda, harusnya dia bertanya pada diri sendiri mengapa harus kepada kita dia melampiaskan marahnya, bukannya masalah berasal dari dirinya dan ibunya?""Kalau begitu kenapa kita kabur? Kita lari dari siapa?""Dari kematian seorang wanita yang piringnya tertukar."Iya, benar juga, masalahnya memang

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   56. gugup dan takut.

    Bagaimana ini?Wanita itu meninggal, apa yang harus kulakukan sekarang?Apa aku sudah jadi pembunuh? Tapi niatku bukan membunuh wanita itu, melainkan ingin memberi pelajaran pada Ibu mertua, mengapa kisahnya jadi serumit ini?"Apakah Mama yakin jika beritanya benar?" tanyaku pada Mama di seberang sana."Kabarnya begitu, tapi aku tak pergi membuktikan ke Santa Maria," jawab Mama."Ada apa kamu diam saja?" tanya Roni yang duduk melihatku cemas dan pucat sambil berbicara di telepon."Hmm, ... Nyonya Felicia meninggal, Ron.""Wah ...." Pria itu langsung menyandar lemas sambil menekan kepalanya." ... kalau begini masalahnya akan makin rumit, Melda.""Aku harus bagaimana?""Kau akan didakwa pada pembunuhan berencana, kau bisa dihukum mati," bisiknya lemas."Apa ... kau akan membiarkan aku dihukum mati?" tanyaku sambil meraih wajahnya, membiarkan tatapan kami sejajar. Kini sorot mata Roni terlihat redup dan sedih, dia menatapku dan mengusap perutku sambil menggeleng sendu."Kalau aku di

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   55. keadaan berbalik

    Tidak lama setelah kami semua bersukacita dengan kehamilanku, tiba-tiba suster datang dan memberi tahu bahwa kakek William sudah sadar. Tentu saja kebahagiaan keluarga kami bertambah tambah, dengan penuh tawa dan senyum, mertuaku dan segenap saudaranya langsung menuju kamar tempat kakek dirawat. "Pa, papa udah sadar?" "I-iya," jawab pria itu dengan nada lemah. "Kakek, kakek harus semangat, tidak inginkah kakek melihat cucu buyutmu?" tanyaku dengan mata berbinar kepada pria itu, tentu saja pria yang selalu dikenal angker dalam keluarga dan lingkungan kerjanya itu nampak menyunggingkan senyum samarnya. "Tapi kenapa kau memar?" "Kamu mengalami sedikit masalah, tapi tenang saja dokter memberi tahu bahwa bayiku baik-baik saja," jawabku. "Sepertinya kamu harus mulai berhenti bermain main Imelda." Aku dan seluruh anggota keluarga sering lirik tentu saja Kami paham apa maksud dan arah pembicaraan kakek bahwa aku harus berhenti main mengganggu orang dan terlibat tembak-tembakan.

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   54

    "Itu bohong kan, kamu hanya mencoba untuk menghentikanku," desis Bendi."Itu yang dikatakan Mama, itu hasil kliniknya! Tolong lepaskan aku," pintaku dengan kalimat yang tegas."Tidak takutkah kamu bawa aku akan membunuh kalian, minimal salah satu dari kalian.""Cukup dengan omong kosongmu, Bendi, aku harus pergi. Aku harus melihat Kakek mertuaku," jawabku sambil menggandeng Roni."Roni ... pengkhianatan yang kau lakukan takkan pernah kumaafkan. Kau menusukku dari belakang dan merebut istriku!""Terserah aku tak peduli," jawab Roni."Dengar Imel, dalam kisah pernikahan kita yang jadi perebut bukan Irina, tapi Roni!" teriak Bendi memecah keheningan dan desau angin di sekitar tempat pembuangan itu. Kali ini sakit hatinya amat terlihat dari sorot matanya yang berkaca-kaca."Dia tak merebut, kami jalin hubungan sesaat setelah kau mencampakkanku, salahmu membiarkanku terombang-ambing dengan perasaan dan harapan palsu, sementara kau tidak kunjung datang menjemputku."Pria itu terduduk lesu d

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   53

    *Kuhentikan mobil kesayangan mantan suaminya yang harganya hampir empat digit itu di tempat pandangi paling jauh, terpencil dari kota, kupandangi body kendaraan yang sudah hancur dan tergores parah di berbagai sisi dengan hati puas. Aku memang tak bisa menyakitinya, tapi merugikan dia kini menjadi hobi baruku.Kukeluarkan sebatang rokok yang kebetulan berada di mobil itu, kunyalakan pemantik lalu mengisap asapnya dalam dalam. Kupandangi cakrawala yang membentang di mana hanya ada warna gelap di setiap sisinya. Bintang tak lagi berkelipan dan kenangan tentang bahagianya aku memandangi langit sudah berakhir entah sejak kapan. Mungkin langit sudah kelabu jauh seperti jalan hidupku yang belum jelas hitam dan putihnya. Keluarga Roni meyakini aku hamil sementara diri ini terus membohongi semua orang. Aku kelimpungan dengan kebohongan sendiri tapi terus merasa santai, seakan semuanya baik-baik saja.Sekali lagi, kuisap batang rokokku dengan dalam."Asyik sekali ya, duduk di atas kap mobil

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   52 POV mama; Imelda hamil

    Entah sudah berapa kali anakku memberiku kejutan yang tidak terduga, dia menyimpan begitu banyak misteri dalam hidupnya dan sekali lagi membuat kami semua terperanjat. Dia mengatakan hamil syaraf-syaraf kepalaku langsung menegang, adrenalinku naik, pun perasaan kaget yang bergejolak.Aku tidak percaya dia hamil, lebih tidak percaya pada apa yang sudah dia lakukan, dia berusaha melenyapkan nyawa seseorang. Sungguh Ka sakit hatinya Imelda membuat Dia kehilangan akal sehat mengambil resiko terburuk yang ancamannya bisa 20 tahun penjara atau bahkan mati di tiang gantungan."Ya Allah, Imelda." Aku hanya bisa terbelalak ketika Dia meyakinkan semua orang bahwa dia sedang hamil, pun Kolonel William, Papua yang terkenal angker dan kejam itu tatapan matanya langsung meredup ketika mengetahui cucunya menghamili putriku."Sekarang, apa rencanamu?!" biskku pada Imelda, di sela-sela keributan keluarga itu, mereka gaduh menimbang apakah anakku harus dilepas atau dibawa pulang oleh mereka."Entahlah

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   51

    Melihat Mantan ibu mertua makin kalap, aku segera bangun dan kabur dari tempat itu. Tak tinggal diam, para pengawal rumah sigap bergerombol menahanku di depan tangga. "Lepaskan dia, biarkan pergi," ucap Bendi.Kubalikkan badan dan melihat sorot matanya yang kosong, aku tak paham, setelah kemarahan tadi kenapa dia langsung berubah melepaskanku.Tujuanku datang ke rumah mereka untuk menyelesaikan masalah yang Bendi buat di rumah mertuaku, mengapa kini jadi aku yang ditembaki.Tiba-tiba ada dorongan untuk tidak jadi kabur dan memilih menyelesaikan ini dengan cara mereka.Lagipula posisiku sulit, belasan orang menghadang sementara di depan sana Bendi sedang berjibaku menahan gerakan ibunya, mereka sedang memperebutkan pistol.Tanpa banyak berpikir lagi, dengan gerakan cepat aku langsung menarik pistol di pinggang salah seorang pengawal Nyonya Erika.Mereka sigap ingin mengambil kembali namun aku langsung menodongkan benda itu ke salah seorang dari mereka."Diam, kalian, jangan coba-coba

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   50

    Tidak!Aku tidak bisa duduk di sini dan menunggu keajaiban, aku harus bereskan masalah yang sudah kubuat dari awal agar kesalahpahaman dalam keluarga ini bisa segera diatasi. Rasanya tak baik, baru saja jadi pengantin tapi sudah terkena masalah.Tring ....Ponsel berdering dan dia segera mengangkatnya, ternyata itu adalah panggilan dari Tante Vina di rumah sakit."Halo, Ma, gimana?""Kakekmu sudah sadar setelah begitu panjang upaya dokter untuk menyelamatkannya, tapi kondisinya masih memprihatinkan.""Syukurlah kalau begitu Ma, menurut dokter apa yang telah terjadi pada kakek?" Sembari bertanya pria itu, menatapku dengan penuh rasa khawatir."Iya, kakekmu diracuni.""Ya Tuhan ... lalu siapa yang mungkin melakukannya, Imelda tak mungkin berbuat semacam itu, Mam.""Mama tak tahu Roni, bagaimanapun keluarga kita dan keluarganya adalah musuh kebuyutan yang sudah lama saling membenci, Mama jadi bingung juga, Ron...."Sekarang sudah berbeda, Ma.""Mama tidak tahu cara menjernihkan keraguan,

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   49

    Bagaimana ini, mereka menyalahkan untuk hal yang sama sekali tak kuketahui, aku berada di posisi sulit karena apa yang terjadi saat ini sama sekali di luar dugaan dan rencanaku. Aku tersungkur lemas dalam keadaan mereka semua masih menghujat dan menyalahkanku. "Sudah jangan ribut dulu! Mari kita obati papa, baru kita bicarakan sisanya!" ujar Tante Vina Tidak lama kemudian ambulans datang dan Kolonel William digotong beramai-ramai untuk dibawa ke rumah sakit. Ibu mertua dan anak-anak kakek William naik ke atas ambulans dan pergi ke rumah sakit sementara ada aku, Roni dan Om Heri di rumah."Sini kau! Aku akqn membunuhmu!" teriak pria itu sambil menyeretku dengan kasar dan membuatku menabrak bufet kaca lalu menjatuhkan pajangan yang ada di atasnya."Ah, sakit.""Rasa sakit itu belum sepadan dengan apa yang kau lakukan, kau ini sungguh tidak tahu diuntung ya kami menikahkanmu dengan anggota keluarga kami tapi kau malah membunuh!""Aku tidak melakukannya," sanggahku dengan lantang."Kak

DMCA.com Protection Status