All Chapters of Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder: Chapter 121 - Chapter 130

163 Chapters

Makan Malam Istimewa

Malam itu, ruang makan di rumah mewah milik Boby dan Rita dipenuhi suasana hangat. Meja panjang yang dihiasi vas bunga mawar putih di tengahnya terlihat penuh dengan hidangan lezat. Keluarga kecil yang baru saja merasakan kebahagiaan sejati selama beberapa bulan terakhir duduk bersama, menikmati waktu makan malam yang istimewa.Di ujung meja, Bintang, bocah kecil berusia hampir dua tahun, duduk di kursi tinggi miliknya. Wajah mungilnya tampak berseri-seri, matanya berbinar penuh antusias saat menunjuk ke arah sepiring kue cokelat yang baru saja dihidangkan oleh pelayan rumah.“Mau kue itu, Ma!” serunya, suaranya nyaring dan penuh semangat.Rania, yang duduk di sampingnya, tersenyum lembut namun tetap tegas. “Bintang, kita makan nasi dulu, ya. Kalau sudah habis, baru boleh makan kue.”Bintang mengerucutkan bibirnya, tanda ia tidak setuju. “Enggak mau! Kue dulu!”Rita, yang duduk di sisi lain meja, langsung merespons dengan nada penuh kasih. “Biarkan saja, Rania. Oma ambilkan kuenya, ya
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bukti Perselingkuhan Maya?

Hari itu, Rania dan keluarganya sedang bertandang ke Jakarta. Selain rumah mewah di Bandung, Boby memiliki rumah lain di ibu kota. Rumah megah dengan desain modern minimalis itu terletak di kawasan elit Jakarta Selatan. Tak hanya itu, Boby juga memiliki kantor cabang di pusat kota yang menjadi salah satu aset penting dalam jaringan bisnisnya.Pagi itu, keluarga mereka tiba di rumah tersebut. Rita tampak antusias mengenalkan setiap sudut rumah kepada Rania. “Lihat, ini ruang tamu utama. Desainnya memang lebih modern dibandingkan rumah di Bandung. Tapi aku tetap merasa nyaman di sini,” ucapnya sambil tersenyum.Boby menimpali dengan nada bercanda. “Nyaman, karena dekorasinya sesuai selera Mama, kan? Padahal dulu Papa ingin nuansa klasik.”Rania tersenyum mendengar celotehan kedua orang tuanya. Di sela-sela tur kecil itu, ia melihat Bintang berlari-lari kecil mengikuti langkah nenek dan kakeknya. Bocah itu tampak senang dengan lingkungan baru yang penuh kejutan.Setelah makan siang, mere
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Rania Berkunjung Ke Perusahaan Bastian

Malam ini, Rania dengan gaun malamnya yang lembut berdiri di depan dinding kaca di kamarnya. Cahaya remang-remang dari lampu kota Jakarta memantul di kaca, memberikan suasana yang tenang namun penuh perenungan. Matanya sulit terpejam, sesekali ia menoleh ke arah Bintang yang terlihat sangat nyenyak tidur di atas ranjang miliknya. Malam ini, Rania memang ingin tidur bersama putranya. Sudah beberapa hari Bintang tidur sendiri di kamarnya di Bandung, dan sekarang, di Jakarta, Rania ingin merasakan kehangatan tidur di samping putra semata wayangnya itu.Ia melangkah pelan mendekati ranjang, lalu duduk di tepinya. Wajah polos Bintang begitu menenangkan, namun sekaligus membawa kenangan yang mendalam. Setiap melihat wajah putranya, bayangan masa lalu bersama Bastian kembali terlintas. Wajah tampan Bintang memang seperti pinang dibelah dua dengan ayah biologisnya—Bastian. Melihat Bintang, seakan melihat Bastian kecil.Rania menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Namun, ada
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Menjalin Kerjasama

Pintu ruangan terbuka mendadak, menampilkan sosok Bastian yang melangkah masuk dengan gestur penuh wibawa. Mata pria itu seketika membulat saat mendapati Rania duduk santai di sofa dengan Farel yang juga duduk di seberangnya. Bastian berhenti sejenak, seolah memastikan dirinya tidak salah melihat.“Rania?” gumamnya lirih, namun cukup terdengar di ruangan itu.Rania mengangkat wajahnya, memberikan senyum tipis. “Halo, Bastian,” sapanya lembut namun formal.Farel, yang menyadari kehadiran bosnya, segera bersikap profesional. “Maaf, Pak Bastian. Saya tadi hanya mengantar Rania ke sini. Kalau begitu, saya pamit dulu.”Bastian mengangguk kecil, meski ada sedikit keraguan dalam ekspresinya. “Terima kasih, Farel.”Farel melangkah keluar, meninggalkan Bastian dan Rania dalam suasana yang terasa mendadak sunyi. Bastian berdeham pelan, mencoba menutupi rasa gugup yang sebenarnya menguasai dirinya.“Silakan duduk kembali,” ujar Bastian, suaranya datar namun terdengar sopan. Ia melangkah ke arah
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Perhatian Satria

“Bagaimana?” tanya Rania tiba-tiba.“Baiklah,” kata Bastian akhirnya, meskipun masih terdengar ragu. “Aku akan memikirkannya. Tapi, aku tidak bisa memberikan jawaban sekarang.”“Itu sudah cukup untukku,” balas Rania dengan senyum puas. Ia tahu, meyakinkan Bastian sepenuhnya akan membutuhkan waktu. Tapi, setidaknya, ini adalah langkah awal yang baik.Bastian menghela napas panjang, lalu kembali menatap wanita di depannya. “Jika aku setuju, aku ingin kau berjanji satu hal.”“Apa itu?” tanya Rania.“Jangan libatkan aku dalam rencanamu yang lain, jika memang ada,” ujar Bastian tegas.Rania hanya tersenyum, tidak memberikan jawaban pasti. “Kita lihat saja nanti,” katanya ringan, sebelum bangkit dari kursinya. “Terima kasih sudah meluangkan waktu untukku, Bastian. Aku akan menunggu kabarmu. Oiya, jaga istrimu dengan baik. Jangan sampai nanti diambil sama orang lain.”Tanpa menunggu jawaban, Rania melangkah keluar dari ruangan itu. Bastian hanya bisa menatap kepergiannya dengan pikiran yang
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Merasa Gelisah

Malam itu, keluarga kecil Boby berkumpul di ruang keluarga yang hangat. Di luar, udara Bandung terasa sejuk, tetapi di dalam rumah megah itu, suasana justru sedikit serius. Rita duduk di sofa besar, mengenakan kaus santai dan cardigan lembut. Boby, di sisi lain, membaca koran sebelum akhirnya melipatnya dan menatap putri mereka yang tengah bermain dengan Bintang di karpet.“Rania,” panggil Rita dengan lembut, tetapi nadanya jelas mengisyaratkan sesuatu yang serius.Rania menoleh, menunggu kelanjutan dari ibunya.“Orang tua Satria mengundang kita semua untuk makan malam di rumah mereka besok,” ujar Rita sambil menatap Rania dengan penuh harap. “Mereka ingin mengenal kita lebih dekat. Tentu saja, mereka juga sangat ingin bertemu denganmu.”Rania meletakkan mainan di tangannya dan menatap Rita, lalu Boby yang kini ikut memperhatikan. Ia mendesah pelan sebelum menjawab, “Mama dan Papa tahu aku belum tertarik dengan hal seperti ini, kan?”Rita tersenyum tipis, mencoba membujuk. “Kami tahu,
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Maya Mulai Frustasi

Ruangan rapat utama di kantor pusat Perusahaan keluarga Gery dipenuhi ketegangan. Semua dewan direksi, termasuk beberapa investor kecil, sudah berkumpul di sana. Gery duduk di kursi pimpinan, wajahnya tampak kusut dan penuh amarah yang ia coba sembunyikan.Pengumuman bahwa Boby menarik penuh sahamnya dari Perusahaan ini seperti gempa yang mengguncang fondasi bisnis mereka. Apalagi, keputusan itu disampaikan langsung oleh Rania, sang wakil CEO dari Perusahaan besar milik Boby. Tidak hanya itu, beberapa kerja sama strategis yang selama ini menjadi pilar keberlanjutan bisnis Gery juga diputuskan.Ketika pintu ruangan terbuka, langkah anggun Rania menarik perhatian semua orang. Mengenakan blazer hitam dengan potongan rapi, ia tampak penuh wibawa. Di sampingnya, Boby berjalan dengan tenang, tatapan matanya tajam. Maya, yang sudah lebih dulu berada di dalam ruangan, memutar bola matanya kesal saat melihat kehadiran Rania.“Selamat pagi semuanya,” sapa Rani
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Syarat Dari Rania

Rania melangkah masuk ke ruang kantor Bastian dengan keanggunan khasnya. Pakaian sederhana namun elegan membalut tubuhnya memberikan aura yang tak terbantahkan. Di depannya, Bastian duduk dengan wajah dingin, menyandarkan tubuhnya di kursi besar di belakang meja. Tatapan pria itu tajam, nyaris menusuk, seolah siap melontarkan komentar sinis.Di dalam ruangan itu, suasana terasa tegang meski keduanya hanya berdua. Bastian, yang beberapa bulan lalu menunjukkan sisi lembutnya di Lembang, kini kembali menjadi sosok yang dingin dan sarkastis.“Sudah selesai dengan urusanmu?” tanya Bastian dengan nada sarkastis, matanya menelusuri Rania dari ujung kepala hingga kaki. Ia tahu Rania baru saja kembali dari kantor keluarga Maya.Rania tidak terintimidasi sedikit pun oleh nada suara itu. Dengan langkah tenang, ia mendekati meja, kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan Bastian. Ia mengangkat dagu sedikit, namun masih memancarkan aura lembutnya.
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Tidur Dengan Lelaki Asing

Malam itu, rumah megah keluarga Bastian yang biasanya sunyi mendadak gaduh oleh langkah kaki Maya yang tergesa-gesa. Wajahnya memerah, matanya menyala penuh amarah, dan tangannya menggenggam erat sebuah amplop putih. Sudah berbulan-bulan rumah ini kehilangan hangatnya hubungan mereka sebagai pasangan. Meskipun masih tinggal di bawah atap yang sama, kamar yang berbeda mencerminkan jurang besar yang telah lama menganga di antara mereka.Maya menghentikan langkahnya di depan pintu kamar Bastian yang terletak di lantai satu. Tanpa basa-basi, ia mengetuk pintu dengan keras, nyaris seperti menggedor.“Bastian! Buka pintunya!” teriak Maya dengan nada tinggi, penuh emosi.Tidak lama kemudian, suara kunci yang diputar terdengar. Pintu terbuka, memperlihatkan Bastian yang berdiri santai di ambang pintu dengan pakaian kasual. Ekspresinya dingin, nyaris tak terganggu oleh kemarahan yang jelas terlihat di wajah Maya.“Ada apa?” tanyanya pendek, nada suaranya sedingin ekspresinya.Tanpa menjawab, M
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Kehilangan Banyak Hal

Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Maya membuka matanya perlahan, masih terasa berat karena pengaruh alkohol. Pandangannya kabur, dan rasa sakit di kepalanya seperti mengguncang seluruh tubuhnya. Ia mencoba duduk, menyandarkan tubuhnya di dinding. Dalam hitungan detik, ia mulai sadar bahwa ia tidak berada di rumah, melainkan di sebuah kamar asing yang tidak dikenalnya.Saat Maya melihat ke bawah, ia tertegun. Tubuhnya tak berbalut sehelai kain pun, penuh dengan bekas-bekas merah yang tidak bisa ia jelaskan. Jantungnya berdegup kencang.“Apa yang terjadi semalam?” gumam Maya dengan suara serak, mencoba mengingat apa yang baru saja ia alami.Ia memandang ke sekeliling kamar. Sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di ruangan itu. Maya mencoba mengingat kembali, tapi pikirannya kabur. Semua yang tersisa hanyalah ingatan samar-samar tentang dirinya yang sedang tertawa dan menenggak alkohol bersama seseorang.Maya bergegas meraih pakaian
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status