Share

Perhatian Satria

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2024-12-27 23:52:33

“Bagaimana?” tanya Rania tiba-tiba.

“Baiklah,” kata Bastian akhirnya, meskipun masih terdengar ragu. “Aku akan memikirkannya. Tapi, aku tidak bisa memberikan jawaban sekarang.”

“Itu sudah cukup untukku,” balas Rania dengan senyum puas. Ia tahu, meyakinkan Bastian sepenuhnya akan membutuhkan waktu. Tapi, setidaknya, ini adalah langkah awal yang baik.

Bastian menghela napas panjang, lalu kembali menatap wanita di depannya. “Jika aku setuju, aku ingin kau berjanji satu hal.”

“Apa itu?” tanya Rania.

“Jangan libatkan aku dalam rencanamu yang lain, jika memang ada,” ujar Bastian tegas.

Rania hanya tersenyum, tidak memberikan jawaban pasti. “Kita lihat saja nanti,” katanya ringan, sebelum bangkit dari kursinya. “Terima kasih sudah meluangkan waktu untukku, Bastian. Aku akan menunggu kabarmu. Oiya, jaga istrimu dengan baik. Jangan sampai nanti diambil sama orang lain.”

Tanpa menunggu jawaban, Rania melangkah keluar dari ruangan itu. Bastian hanya bisa menatap kepergiannya dengan pikiran yang
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Fatimah Azzahra
kalo tujuan berhasil tercapai dan dapat bonus cinta kan g masalah rania,ups hubungan sebelumnya emang bikin trauma
goodnovel comment avatar
wieanton
klo Maya msh angkuh Berarti dia msh waras klo udah melempem baru itu tandanya dia udah K.O. biarin aja skrg Maya jumawa tinggal tunggu tgl mainnya liat kehancuran dia.
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
yang jadi pertanyaanku... ...️...️ itu kabar par penjahaat yg tertangkap di surabaya bagaimana kok ngga ada kelanjutannya dihukum gantungkan.. dihukum matiikah trus masalah dengan penculikan rania bagaimana karena may masih melenggang bebasss merdeka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Merasa Gelisah

    Malam itu, keluarga kecil Boby berkumpul di ruang keluarga yang hangat. Di luar, udara Bandung terasa sejuk, tetapi di dalam rumah megah itu, suasana justru sedikit serius. Rita duduk di sofa besar, mengenakan kaus santai dan cardigan lembut. Boby, di sisi lain, membaca koran sebelum akhirnya melipatnya dan menatap putri mereka yang tengah bermain dengan Bintang di karpet.“Rania,” panggil Rita dengan lembut, tetapi nadanya jelas mengisyaratkan sesuatu yang serius.Rania menoleh, menunggu kelanjutan dari ibunya.“Orang tua Satria mengundang kita semua untuk makan malam di rumah mereka besok,” ujar Rita sambil menatap Rania dengan penuh harap. “Mereka ingin mengenal kita lebih dekat. Tentu saja, mereka juga sangat ingin bertemu denganmu.”Rania meletakkan mainan di tangannya dan menatap Rita, lalu Boby yang kini ikut memperhatikan. Ia mendesah pelan sebelum menjawab, “Mama dan Papa tahu aku belum tertarik dengan hal seperti ini, kan?”Rita tersenyum tipis, mencoba membujuk. “Kami tahu,

    Last Updated : 2024-12-28
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Mulai Frustasi

    Ruangan rapat utama di kantor pusat Perusahaan keluarga Gery dipenuhi ketegangan. Semua dewan direksi, termasuk beberapa investor kecil, sudah berkumpul di sana. Gery duduk di kursi pimpinan, wajahnya tampak kusut dan penuh amarah yang ia coba sembunyikan.Pengumuman bahwa Boby menarik penuh sahamnya dari Perusahaan ini seperti gempa yang mengguncang fondasi bisnis mereka. Apalagi, keputusan itu disampaikan langsung oleh Rania, sang wakil CEO dari Perusahaan besar milik Boby. Tidak hanya itu, beberapa kerja sama strategis yang selama ini menjadi pilar keberlanjutan bisnis Gery juga diputuskan.Ketika pintu ruangan terbuka, langkah anggun Rania menarik perhatian semua orang. Mengenakan blazer hitam dengan potongan rapi, ia tampak penuh wibawa. Di sampingnya, Boby berjalan dengan tenang, tatapan matanya tajam. Maya, yang sudah lebih dulu berada di dalam ruangan, memutar bola matanya kesal saat melihat kehadiran Rania.“Selamat pagi semuanya,” sapa Rani

    Last Updated : 2024-12-29
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Syarat Dari Rania

    Rania melangkah masuk ke ruang kantor Bastian dengan keanggunan khasnya. Pakaian sederhana namun elegan membalut tubuhnya memberikan aura yang tak terbantahkan. Di depannya, Bastian duduk dengan wajah dingin, menyandarkan tubuhnya di kursi besar di belakang meja. Tatapan pria itu tajam, nyaris menusuk, seolah siap melontarkan komentar sinis.Di dalam ruangan itu, suasana terasa tegang meski keduanya hanya berdua. Bastian, yang beberapa bulan lalu menunjukkan sisi lembutnya di Lembang, kini kembali menjadi sosok yang dingin dan sarkastis.“Sudah selesai dengan urusanmu?” tanya Bastian dengan nada sarkastis, matanya menelusuri Rania dari ujung kepala hingga kaki. Ia tahu Rania baru saja kembali dari kantor keluarga Maya.Rania tidak terintimidasi sedikit pun oleh nada suara itu. Dengan langkah tenang, ia mendekati meja, kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan Bastian. Ia mengangkat dagu sedikit, namun masih memancarkan aura lembutnya.

    Last Updated : 2024-12-29
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tidur Dengan Lelaki Asing

    Malam itu, rumah megah keluarga Bastian yang biasanya sunyi mendadak gaduh oleh langkah kaki Maya yang tergesa-gesa. Wajahnya memerah, matanya menyala penuh amarah, dan tangannya menggenggam erat sebuah amplop putih. Sudah berbulan-bulan rumah ini kehilangan hangatnya hubungan mereka sebagai pasangan. Meskipun masih tinggal di bawah atap yang sama, kamar yang berbeda mencerminkan jurang besar yang telah lama menganga di antara mereka.Maya menghentikan langkahnya di depan pintu kamar Bastian yang terletak di lantai satu. Tanpa basa-basi, ia mengetuk pintu dengan keras, nyaris seperti menggedor.“Bastian! Buka pintunya!” teriak Maya dengan nada tinggi, penuh emosi.Tidak lama kemudian, suara kunci yang diputar terdengar. Pintu terbuka, memperlihatkan Bastian yang berdiri santai di ambang pintu dengan pakaian kasual. Ekspresinya dingin, nyaris tak terganggu oleh kemarahan yang jelas terlihat di wajah Maya.“Ada apa?” tanyanya pendek, nada suaranya sedingin ekspresinya.Tanpa menjawab, M

    Last Updated : 2024-12-29
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kehilangan Banyak Hal

    Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Maya membuka matanya perlahan, masih terasa berat karena pengaruh alkohol. Pandangannya kabur, dan rasa sakit di kepalanya seperti mengguncang seluruh tubuhnya. Ia mencoba duduk, menyandarkan tubuhnya di dinding. Dalam hitungan detik, ia mulai sadar bahwa ia tidak berada di rumah, melainkan di sebuah kamar asing yang tidak dikenalnya.Saat Maya melihat ke bawah, ia tertegun. Tubuhnya tak berbalut sehelai kain pun, penuh dengan bekas-bekas merah yang tidak bisa ia jelaskan. Jantungnya berdegup kencang.“Apa yang terjadi semalam?” gumam Maya dengan suara serak, mencoba mengingat apa yang baru saja ia alami.Ia memandang ke sekeliling kamar. Sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di ruangan itu. Maya mencoba mengingat kembali, tapi pikirannya kabur. Semua yang tersisa hanyalah ingatan samar-samar tentang dirinya yang sedang tertawa dan menenggak alkohol bersama seseorang.Maya bergegas meraih pakaian

    Last Updated : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Suasana Yang Sangat Kontras

    Pukul tujuh pagi, sinar matahari pagi Jakarta menyapa dengan lembut. Di taman belakang rumah, suasana terasa damai. Udara segar dan aroma dedaunan yang masih basah oleh embun melengkapi pemandangan indah pagi itu. Bastian memutuskan untuk menikmati sarapannya di meja makan outdoor yang terletak di samping taman.Secangkir kopi hitam panas mengepul di atas meja, menggoda dengan aromanya yang kuat. Di sampingnya, sepiring nasi goreng seafood dengan berbagai topping seperti udang, cumi, irisan cabai, dan telur mata sapi tampak begitu menggugah selera.Ketika salah seorang ART menuangkan air mineral ke gelasnya, Bastian memandang ke arah wanita itu.“Maya belum turun?” tanyanya ringan namun penuh arti.ART itu berhenti sejenak, lalu menjawab dengan nada hati-hati. “Ibu Maya pulang tadi pagi, Pak, sekitar jam empat. Saya yang membukakan pintu karena beliau memencet bel. Tumben sekali beliau tidak membawa kunci rumah.”Ba

    Last Updated : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mendapatkan Bukti Baru

    Maya membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur. Suara jam dinding di kamar yang berdetak teratur memberitahunya bahwa waktu telah beranjak siang, pukul sebelas. Wanita itu mendesah pelan, merasakan kepala yang masih sedikit berdenyut akibat malam yang penuh emosi dan alkohol.Setelah menarik napas panjang, Maya memutuskan untuk bangkit. Ia berjalan ke kamar mandi, membersihkan dirinya dengan air hangat. Rasanya cukup membantu mengurangi rasa tidak nyaman di tubuhnya.Selesai mandi, Maya mengenakan pakaian santai—kaus longgar dan celana pendek—lalu mengambil perangkat telepon rumah khusus yang terletak di sudut meja di kamarnya—intercom telepon internal—yang langsung terhubung ke bagian lain rumah.Maya menekan nomor yang terhubung ke dapur, menunggu beberapa detik hingga suara ART menjawab dari seberang.“Selamat siang, Bu Maya. Ada yang bisa saya bantu?” tanya ART dengan sopan.“Siapkan sarapan untuk saya. Bawa ke kamar,” perintah Maya singkat. Suaranya terdengar datar, tanp

    Last Updated : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Menunjukkan Bukti Pada Bastian

    Rania melangkah dengan anggun menuju kantor Bastian. Hari ini, ia memutuskan untuk menyelesaikan pembicaraan penting yang beberapa waktu lalu sempat tertunda. Saham dan investasi yang menjadi topik utama antara dirinya dan Bastian kini harus dituntaskan.Setibanya di lantai kantor Bastian, seorang resepsionis menyambutnya dengan hormat.“Selamat siang, Bu Rania. Pak Bastian sudah menunggu di ruangannya,” ucap sang resepsionis sambil mempersilakan Rania masuk.Dengan langkah tenang, Rania berjalan menuju ruang pribadi Bastian. Tanpa menunggu lama, ia mengetuk pintu, lalu masuk setelah mendengar izin dari dalam.Di balik meja kerjanya, Bastian duduk dengan postur tegak. Ekspresi wajahnya tetap dingin, seperti biasanya. Tatapan tajam pria itu seolah menembus setiap gerak-gerik Rania.“Kau akhirnya datang,” ucap Bastian tanpa basa-basi. Nada suaranya penuh ketegasan namun tidak bersahabat.Rania mengangguk kecil. “Tentu saja, aku datang untuk membahas apa yang menjadi perhatianmu,” jawabn

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hasil Pemeriksaan Bastian

    Di dalam ruangan dokter, suasana terasa begitu tegang. Rania menggenggam jemarinya sendiri, sementara Bastian duduk dengan wajah serius menatap dokter ahli yang akan menangani transplantasi hati Bintang."Sebelum kita melanjutkan ke tahap pemeriksaan, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu risiko yang mungkin terjadi dalam operasi ini," ujar dokter dengan nada hati-hati.Bastian mengangguk mantap. "Tolong jelaskan, Dok. Saya ingin tahu semua risikonya."Dokter menarik napas sejenak sebelum mulai berbicara. "Pertama, operasi transplantasi hati merupakan prosedur besar yang memiliki risiko komplikasi. Bagi pasien penerima, dalam hal ini Bintang, ada kemungkinan tubuhnya menolak organ baru meskipun sudah cocok secara medis. Jika ini terjadi, kita harus segera mengambil langkah medis tambahan untuk mengatasinya."Rania menelan ludah, hatinya semakin gelisah. "Lalu bagaimana dengan risiko untuk pendonor? Maksud saya... untuk Bastian?"Dokter menatap keduanya dengan tenang. "Sebagai pendono

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Berat

    Ruangan rumah sakit dipenuhi keheningan yang mencekam. Jam dinding menunjukkan pukul dua siang ketika pintu kamar terbuka dan seorang dokter spesialis masuk dengan raut wajah serius. Semua mata langsung tertuju padanya.Dokter itu berjalan mendekati ranjang tempat Bintang terbaring lemah. Ia memeriksa kondisi bocah itu dengan seksama, mencatat beberapa hal di berkasnya sebelum akhirnya menatap seluruh keluarga yang berkumpul di dalam ruangan.“Saya ingin membicarakan hasil pemeriksaan terbaru Bintang,” kata dokter dengan suara tenang namun tegas.Rania menggenggam tangan kecil putranya yang terasa dingin. Hatinya berdebar kencang. Begitu pula dengan Rita, Boby, Nora, Prakas, dan tentu saja Bastian yang berdiri dengan wajah tegang di sudut ruangan.Dokter menarik napas dalam, lalu berkata, “Hasil menunjukkan bahwa Bintang mengalami gagal hati akut. Kondisinya cukup serius, dan kami harus bertindak cepat untuk menyelamatkannya.”Ruangan kembali sunyi. Pernyataan itu seperti petir di sia

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Suasana Yang Berbeda

    Pagi itu, udara rumah sakit masih terasa dingin. Rita dan Boby tiba lebih awal dari biasanya, membawa sekantong penuh buah segar dan makanan untuk Rania. Keduanya berjalan menuju kamar tempat Bintang dirawat dengan hati yang dipenuhi kecemasan.Saat mereka masuk, mata mereka langsung tertuju pada sosok Bastian yang tertidur di sofa dengan posisi yang terlihat tidak nyaman. Tubuhnya sedikit membungkuk, kepalanya bertumpu pada lengannya, dan nafasnya terdengar teratur namun lelah. Selimut tipis yang diberikan perawat tadi malam masih membungkus tubuhnya.Rania yang sedang duduk di tepi tempat tidur Bintang, menoleh dan tersenyum lemah melihat kedua orang tuanya.“Dia tidak tidur semalaman,” bisik Rania, sebelum mereka sempat bertanya.Rita menghela napas panjang. Meski dalam hatinya masih ada sedikit ganjalan terhadap Bastian, ia tidak bisa menyangkal bahwa lelaki itu benar-benar peduli terhadap anaknya.“Bagaimana keadaan Bintang?” tanya Boby, suaranya lirih.Rania menatap buah hatinya

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bersama-sama Menjaga Bintang

    Satria berdiri di sudut ruangan, memperhatikan bagaimana Bastian duduk di samping tempat tidur Bintang, menggenggam tangan kecilnya dengan penuh kepedulian. Ada sesuatu dalam tatapan Bastian—ketulusan, ketakutan, sekaligus rasa tanggung jawab yang begitu besar. Hal yang selama ini Satria ingin berikan untuk Rania dan Bintang, namun nyatanya, dia hanya orang luar dalam kisah ini.Ia menghela napas panjang. Melawan perasaannya sendiri, ia akhirnya memilih untuk mundur. Untuk saat ini, Bintang memang membutuhkan orang tua kandungnya. Tidak ada ruang untuknya di sini. Dengan langkah pelan, ia mendekati Rita dan Boby yang masih berdiri di dekat pintu.“Tante, Om... Aku pamit dulu,” katanya dengan suara rendah.Rita menatapnya dengan sorot mata penuh pengertian. “Terima kasih sudah datang, Satria. Kami sangat menghargainya.”Satria tersenyum tipis. “Tidak masalah, Tante. Jika ada yang bisa aku bantu, aku selalu siap.”Boby menepuk pundaknya dengan ringan, tanda penghormatan dan terima kasih

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Butuh Transplantasi?

    Suasana di rumah sakit masih dipenuhi kecemasan. Setelah diputuskan untuk dirawat inap, Bintang kini berada di kamar VVIP dengan perawatan terbaik. Monitor di samping tempat tidurnya terus berbunyi pelan, menampilkan angka-angka yang mengukur kondisi tubuhnya. Rania tak bergeming dari sisi putranya, menggenggam tangan mungil itu dengan erat. Di wajahnya tergambar kelelahan, namun ia tak ingin pergi barang sejenak pun.Di ruang tunggu rumah sakit, Prakas dan Nora berdiri dengan gelisah. Sesekali, Prakas melirik jam tangannya, menanti kedatangan Bastian yang sudah dalam perjalanan dari Singapura. Nora memeluk dirinya sendiri, berusaha menenangkan diri meski hatinya terus bergetar memikirkan cucunya.Tak lama, langkah cepat terdengar dari arah pintu masuk. Bastian muncul dengan wajah yang penuh kecemasan, masih mengenakan pakaian dari penerbangannya yang terburu-buru. Matanya langsung mencari kedua orang tuanya. Begitu melihat mereka, ia berjalan cepat dan langsung bertanya,“Mami, Papi!

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diagnosa Yang Mengejutkan

    Di lorong rumah sakit yang terasa begitu dingin, Nora dan Prakas berjalan mendekati Rita dan Boby. Ekspresi wajah mereka menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Sebagai orang tua Bastian, mereka memang harus menjaga jarak agar tidak terlalu mencolok. Namun, saat ini, hati mereka benar-benar tak tenang melihat kondisi Bintang yang terbaring lemah di ruang IGD.“Rita... Boby...” suara Nora bergetar saat berbicara, matanya yang mulai berkaca-kaca menatap penuh simpati. “Kami sangat prihatin dengan kondisi Bintang. Apa yang sebenarnya terjadi?”Boby menarik napas panjang, seolah berusaha menahan emosinya yang sudah meluap-luap sejak tadi. Sementara itu, Rita hanya mampu mengusap air matanya yang terus mengalir. “Kami masih menunggu hasil lab,” ucapnya dengan suara lirih. “Dokter masih melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.”Prakas menatap Rita dan Boby dengan penuh empati. Ia ingin sekali mengatakan bahwa Bintang bukan hanya cucu mereka, tetapi juga cucu kandungnya s

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bintang Tiba-Tiba Pingsan

    Langit biru cerah menghiasi pagi yang penuh sukacita di rumah Rania. Halaman yang luas telah disulap menjadi arena pesta bertema karakter Tayo, kesukaan Bintang. Balon berwarna biru, kuning, dan merah bergantungan di setiap sudut, sementara panggung kecil dihiasi dengan ilustrasi bus-bus kecil yang tersenyum ceria. Lagu tema Tayo diputar, menciptakan suasana riang di antara anak-anak yang berlarian dengan penuh kegembiraan.“Selamat ulang tahun, Bintang!” teriak para tamu kecil sambil bertepuk tangan. Bintang, dengan baju kaos bergambar Tayo dan celana jeans kecilnya, tertawa senang saat Rania, ibunya, menggendongnya ke atas panggung.Rania menatap putranya dengan penuh kebahagiaan. Setiap detik pertumbuhan Bintang adalah keajaiban baginya. Anak kecil yang ia perjuangkan seorang diri tanpa seorang suami, kini sudah tumbuh besar dan sehat.“Terima kasih sudah datang, semuanya! Hari ini kita merayakan ulang tahun Bintang yang ke-3. Doakan dia tumbuh menjadi anak yang kuat dan bahagia, y

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Berharga Dari Nora

    Usai acara ulang tahun, Rania berdiri di sudut ruangan, berbincang santai dengan dua rekannya. Sorot matanya lelah, namun senyumnya tetap terjaga untuk menghormati tamu yang hadir. Tiba-tiba, Nora menghampirinya.“Permisi, Rania,” sapa Nora dengan suara pelan namun penuh ketegasan. “Bisa bicara sebentar?”Rania menoleh, sedikit terkejut melihat Nora berdiri di hadapannya. Ia mengangguk pelan. “Tentu, Bu.”Mereka berjalan ke sudut ruangan yang lebih sepi, menjauh dari keramaian. Lampu redup menciptakan bayangan lembut di dinding, menambah kesan intim pada percakapan mereka.“Ada apa?” tanya Rania, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan.Nora menarik napas panjang sebelum berbicara. “Rania, aku hanya ingin meminta maaf. Aku tahu mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku tak ingin menunda lebih lama. Aku minta maaf jika dulu aku atau keluarga kami pernah menyakitimu.”Rania terdiam

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mendadak Dilamar

    Lampu-lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut di seluruh ruangan mewah hotel bintang lima di pusat kota Bandung. Aroma bunga mawar dan lili memenuhi udara, menciptakan suasana elegan yang memanjakan indera. Para tamu berpakaian formal berdatangan, berjalan di atas karpet merah yang membentang dari pintu masuk hingga ke aula utama. Suara musik orkestra mengalun lembut, menambah kemewahan pesta ulang tahun Rania yang ke-29.Rania berdiri di tengah aula, mengenakan gaun berwarna merah marun yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Senyumnya memancarkan kehangatan, meski hatinya berdebar karena momen yang penuh makna ini. Di sampingnya, Bintang, putranya yang berusia dua tahun, tampak menggemaskan dalam setelan kecil berwarna putih dengan dasi kupu-kupu hitam. Matanya yang jernih menyorotkan keceriaan polos seorang anak kecil.Boby dan Rita—orang tua kandung Rania—berdiri dengan penuh kebanggaan di sisi mereka. Boby mengenakan setelan jas hitam klasik, sementara Rita tampil angg

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status