Beranda / Romansa / Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder / Menunjukkan Bukti Pada Bastian

Share

Menunjukkan Bukti Pada Bastian

Penulis: NHOVIE EN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 13:37:52

Rania melangkah dengan anggun menuju kantor Bastian. Hari ini, ia memutuskan untuk menyelesaikan pembicaraan penting yang beberapa waktu lalu sempat tertunda. Saham dan investasi yang menjadi topik utama antara dirinya dan Bastian kini harus dituntaskan.

Setibanya di lantai kantor Bastian, seorang resepsionis menyambutnya dengan hormat.

“Selamat siang, Bu Rania. Pak Bastian sudah menunggu di ruangannya,” ucap sang resepsionis sambil mempersilakan Rania masuk.

Dengan langkah tenang, Rania berjalan menuju ruang pribadi Bastian. Tanpa menunggu lama, ia mengetuk pintu, lalu masuk setelah mendengar izin dari dalam.

Di balik meja kerjanya, Bastian duduk dengan postur tegak. Ekspresi wajahnya tetap dingin, seperti biasanya. Tatapan tajam pria itu seolah menembus setiap gerak-gerik Rania.

“Kau akhirnya datang,” ucap Bastian tanpa basa-basi. Nada suaranya penuh ketegasan namun tidak bersahabat.

Rania mengangguk kecil. “Tentu saja, aku datang untuk membahas apa yang menjadi perhatianmu,” jawabn
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Fatimah Azzahra
diih udah dikasih tau malah nuduh,dikura rania masih berharap sama dia kali makanya cari kesalahan maya,lagian klo g salah juga g bakal kan ada bukti
goodnovel comment avatar
wieanton
besok2 berterima kasihlah sm Rania kali kebusukan istri mu udah terbongkar dgn nyata dan fakta.
goodnovel comment avatar
wieanton
Di kasih tau malah kyk gitu, kadang gk bisa tebak sih otak Bastian itu ada apa gitu lho kok ya aneh, kmrn dia misuh2 ke Maya ttng data eh di kasih tau fakta malah pikirannya ke Rania gmn gitu.. iya sih klo mslh jgn ikut campurnya setuju, tp hrsnya di cerna dlu knp bs Maya SM laki2 asing?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bastian Pun Mulai Mengawasi

    Setelah beberapa saat termenung, Bastian akhirnya menghela napas panjang. Ia tahu bahwa dirinya tidak bisa terus larut dalam kebingungan. Ada satu hal yang pasti—Maya harus diawasi. Kalau memang ada bukti kuat tentang perselingkuhan, ini akan menjadi jalan keluar yang ia butuhkan dari hubungan pernikahan yang sudah lama kehilangan maknanya.Bastian meraih ponselnya dan membuka kontak. Jari-jarinya berhenti di nama Adrian—salah satu agen rahasia yang dulu pernah disewa Bastian untuk mengawasi Rania. Ia menekan tombol panggil, menunggu beberapa detik hingga suara khas Adrian terdengar di ujung telepon.“Adrian di sini,” jawab pria itu dengan nada formal dan tegas.“Adrian, ini aku, Bastian,” ujar Bastian, suaranya dingin namun tegas.“Oh, Tuan Bastian. Apa kabar? Sudah lama sekali sejak terakhir kita berbicara,” balas Adrian, terdengar sedikit terkejut namun tetap profesional.“Ya, sudah cukup lam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membagi Cokelat

    Setelah menikmati perbincangan hangat dengan Bu Mirna di ruang tamu panti, Rania berdiri dari duduknya dan mengambil amplop cokelat yang sudah ia siapkan. Di bagian sudut amplop, tertera logo salah satu bank swasta terkenal di Indonesia. Dengan senyum tulus, ia menyerahkannya kepada Bu Mirna.“Bu Mirna, ini sedikit bantuan dari saya. Saya harap ini bisa membantu operasional panti,” ujar Rania dengan nada lembut.Bu Mirna menerima amplop itu dengan kedua tangan, wajahnya penuh rasa syukur. “Terima kasih, Rania. Kamu tidak tahu betapa berharganya ini untuk kami. Tuhan pasti memberkati setiap langkahmu.”Rania tersenyum dan melanjutkan, “Tidak hanya itu, Bu. Saya juga sudah membawa beberapa barang yang mungkin bisa bermanfaat untuk anak-anak di sini.”Rania melirik ke arah sopirnya yang berdiri di dekat pintu. “Pak Seno, tolong ambil barang-barang di bagasi mobil, ya.”Sopir itu mengangguk dan segera menuju mobil, diikuti oleh salah satu staf panti. Tak lama kemudian, mereka kembali deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tidak Mendapat Dukungan

    Matahari sore mulai tenggelam di ufuk barat ketika Maya tiba di depan rumah orang tuanya. Ia memarkirkan mobilnya dengan asal, menandakan pikirannya sedang kacau. Rumah itu tampak megah dari luar, namun suasana di dalamnya sedang jauh dari kata harmonis.Maya keluar dari mobil dengan langkah gontai, membetulkan tasnya yang tergantung di bahu. Belum sempat ia mengetuk pintu, sang ibu, Ami, membukanya lebih dulu.“Maya?” panggil Ami dengan nada datar, meski matanya menunjukkan kekhawatiran yang coba ia sembunyikan.“Mami...” Maya memeluk ibunya tanpa bicara banyak. Pelukan itu lebih seperti pencarian pelampiasan emosi yang tertahan.Ami membalas pelukan itu sejenak sebelum berkata, “Masuklah. Papi ada di dalam.”Di ruang tamu, Gery duduk di sofa dengan koran terlipat di pangkuannya. Ia menatap putrinya dengan tatapan yang sulit ditebak—antara cemas, marah, dan kecewa.“Ada apa datang ke sini sore-sore?” tanya Gery, nadanya kaku.Maya duduk di sofa berhadapan dengannya. Ami menyusul, dud

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kembali Terjebak

    Malam itu, Maya melangkah masuk ke rumah dengan wajah lelah dan pikiran kusut. Namun, pandangannya langsung tertuju pada sosok Bastian yang duduk di ruang tamu. Botol wine dan gelas sloki di hadapannya memberi kesan bahwa pria itu sedang menikmati malam dengan cara yang tidak biasa.Sudah cukup lama Bastian tidak menikmati minuman beralkohol dan entah kenapa, malam ini pria itu tampak sangat menikmatinya.Maya mencoba mengabaikan Bastian dan melangkah menuju tangga untuk naik ke kamarnya, namun suara tegas Bastian menghentikan langkahnya.“Maya,” ucap Bastian, tegas.Langkah Maya terhenti. Ia menoleh dengan wajah datar, berusaha menutupi rasa gugup yang mulai menyergap. Tatapan Bastian yang tajam menusuknya.“Duduk di sini,” ujar Bastian, sembari menunjuk kursi di hadapannya.Maya menghela napas panjang, namun ia melangkah mendekat dan duduk dengan enggan di kursi yang ditunjuk.Bastian menuangkan sedikit wine ke gelasnya sebelum berbicara. “Jadi, mau menjelaskan kenapa kamu tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Senyum Tipis Rania

    Malam itu, ruang kerja di rumah Bastian dipenuhi keheningan. Lampu gantung yang tergantung rendah memancarkan cahaya hangat, menerangi meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan dokumen dan laptop yang masih menyala. Bastian tengah memeriksa laporan keuangan sambil sesekali meminum kopi yang mulai dingin.Tiba-tiba, suara notifikasi ponsel memecah kesunyian. Bastian mengambil ponsel di sudut meja dan melihat nama pengirimnya, Adrian. Jantungnya berdegup lebih cepat. Adrian adalah agen rahasia yang selama ini ia percayai untuk mengawasi gerak-gerik Maya.Pesan yang diterimanya singkat, namun jelas: “Maya bertemu seseorang malam ini. Saya kirimkan foto berikut detailnya.”Bastian membuka lampiran foto yang dikirim Adrian. Ia mengernyit. Wajah pria dalam foto itu sangat familiar. Itu adalah pria yang fotonya pernah dikirimkan oleh Rania beberapa waktu lalu. Pria yang selama ini terlihat bersama Maya.Bastian menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Ia segera mengetik balasan. “Adrian

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kabar Bahagia

    Pagi itu, suasana di ruang makan rumah Bastian terasa dingin seperti biasanya. Walau sinar matahari masuk melalui jendela besar, memberikan kehangatan pada ruang makan yang megah, atmosfer di antara dua orang di sana tetap beku.Bastian duduk dengan tegap di kursinya, mengenakan kemeja biru muda yang rapi. Matanya terlihat lelah, tetapi tatapannya tetap tajam. Di depannya, Maya sedang menuangkan teh ke dalam cangkirnya sendiri. Wajahnya terlihat sedikit pucat, tetapi ia berusaha menyembunyikannya dengan senyuman kecil yang terpaksa.“Bagaimana tidurmu, Tian?” tanya Maya mencoba memulai percakapan. Suaranya terdengar lembut, penuh harap agar suasana membaik.Bastian hanya menoleh sekilas tanpa menjawab. Ia mengambil roti panggang dari piring, mengoleskan selai dengan gerakan pelan namun pasti.Maya menarik napas panjang, berusaha tetap tenang. “Aku sengaja bangun lebih awal hari ini untuk menyiapkan sarapan bersama Mbok Sari. Aku pikir mungkin kamu akan menyukai menu kesukaanmu.”Basti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Boby Dan Rania

    Ruang rapat di lantai atas gedung megah milik perusahaan Bastian dipenuhi suasana formal dan sedikit tegang. Suara gemerincing alat makan dari pantry terdengar samar, tapi tidak cukup untuk mencairkan atmosfer yang kaku di ruangan itu. Bastian duduk di kursi utamanya, mengenakan setelan jas hitam yang dipadukan dengan dasi biru gelap. Sorot matanya tajam, memindai setiap wajah di ruangan dengan penuh perhitungan.Di seberangnya, Rania duduk bersama sang ayah, Boby, pengacara keluarga mereka, dan beberapa anggota timnya. Rania, seperti biasa, tampil anggun dan memikat. Gaun krem dengan potongan sederhana yang elegan membalut tubuhnya, melengkapi riasan wajah yang sempurna. Rambutnya disanggul rendah, memberi kesan profesional namun tetap feminin.Saat Bastian berbicara dengan sekretarisnya di awal pertemuan, beberapa pegawai di ruangan itu tidak bisa menahan diri untuk mencuri pandang ke arah Rania. Pesonanya seolah menciptakan medan magnet yang sulit diabaikan. Namun, Rania tetap tena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Malam di Restoran Mewah

    Restoran mewah di pusat Jakarta itu memancarkan aura eksklusif yang sempurna. Lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan cahaya lembut ke meja-meja yang tertata rapi. Musik klasik mengalun pelan, menciptakan suasana elegan yang cocok untuk percakapan serius namun tetap intim.Di salah satu sudut restoran, Bastian sudah menunggu. Setelan jas abu-abu gelap yang ia kenakan tampak sempurna membingkai tubuhnya yang tinggi dan tegap. Kemeja putihnya bersih tanpa cela, dan dasi tipis hitam yang terikat rapi menambah kesan formal sekaligus memikat. Rambutnya yang disisir ke belakang mempertegas rahangnya yang tegas, sementara jam tangan mewah di pergelangan kirinya menjadi aksesori sederhana namun menunjukkan statusnya. Aura ketampanannya begitu mencolok hingga beberapa pelayan wanita tak bisa menahan diri untuk mencuri pandang.Saat pintu restoran terbuka, Bastian menoleh, dan napasnya seolah terhenti sesaat. Rania baru saja melangkah masuk. Gaun hitam elegan dengan potong

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Berat

    Ruangan rumah sakit dipenuhi keheningan yang mencekam. Jam dinding menunjukkan pukul dua siang ketika pintu kamar terbuka dan seorang dokter spesialis masuk dengan raut wajah serius. Semua mata langsung tertuju padanya.Dokter itu berjalan mendekati ranjang tempat Bintang terbaring lemah. Ia memeriksa kondisi bocah itu dengan seksama, mencatat beberapa hal di berkasnya sebelum akhirnya menatap seluruh keluarga yang berkumpul di dalam ruangan.“Saya ingin membicarakan hasil pemeriksaan terbaru Bintang,” kata dokter dengan suara tenang namun tegas.Rania menggenggam tangan kecil putranya yang terasa dingin. Hatinya berdebar kencang. Begitu pula dengan Rita, Boby, Nora, Prakas, dan tentu saja Bastian yang berdiri dengan wajah tegang di sudut ruangan.Dokter menarik napas dalam, lalu berkata, “Hasil menunjukkan bahwa Bintang mengalami gagal hati akut. Kondisinya cukup serius, dan kami harus bertindak cepat untuk menyelamatkannya.”Ruangan kembali sunyi. Pernyataan itu seperti petir di sia

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Suasana Yang Berbeda

    Pagi itu, udara rumah sakit masih terasa dingin. Rita dan Boby tiba lebih awal dari biasanya, membawa sekantong penuh buah segar dan makanan untuk Rania. Keduanya berjalan menuju kamar tempat Bintang dirawat dengan hati yang dipenuhi kecemasan.Saat mereka masuk, mata mereka langsung tertuju pada sosok Bastian yang tertidur di sofa dengan posisi yang terlihat tidak nyaman. Tubuhnya sedikit membungkuk, kepalanya bertumpu pada lengannya, dan nafasnya terdengar teratur namun lelah. Selimut tipis yang diberikan perawat tadi malam masih membungkus tubuhnya.Rania yang sedang duduk di tepi tempat tidur Bintang, menoleh dan tersenyum lemah melihat kedua orang tuanya.“Dia tidak tidur semalaman,” bisik Rania, sebelum mereka sempat bertanya.Rita menghela napas panjang. Meski dalam hatinya masih ada sedikit ganjalan terhadap Bastian, ia tidak bisa menyangkal bahwa lelaki itu benar-benar peduli terhadap anaknya.“Bagaimana keadaan Bintang?” tanya Boby, suaranya lirih.Rania menatap buah hatinya

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bersama-sama Menjaga Bintang

    Satria berdiri di sudut ruangan, memperhatikan bagaimana Bastian duduk di samping tempat tidur Bintang, menggenggam tangan kecilnya dengan penuh kepedulian. Ada sesuatu dalam tatapan Bastian—ketulusan, ketakutan, sekaligus rasa tanggung jawab yang begitu besar. Hal yang selama ini Satria ingin berikan untuk Rania dan Bintang, namun nyatanya, dia hanya orang luar dalam kisah ini.Ia menghela napas panjang. Melawan perasaannya sendiri, ia akhirnya memilih untuk mundur. Untuk saat ini, Bintang memang membutuhkan orang tua kandungnya. Tidak ada ruang untuknya di sini. Dengan langkah pelan, ia mendekati Rita dan Boby yang masih berdiri di dekat pintu.“Tante, Om... Aku pamit dulu,” katanya dengan suara rendah.Rita menatapnya dengan sorot mata penuh pengertian. “Terima kasih sudah datang, Satria. Kami sangat menghargainya.”Satria tersenyum tipis. “Tidak masalah, Tante. Jika ada yang bisa aku bantu, aku selalu siap.”Boby menepuk pundaknya dengan ringan, tanda penghormatan dan terima kasih

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Butuh Transplantasi?

    Suasana di rumah sakit masih dipenuhi kecemasan. Setelah diputuskan untuk dirawat inap, Bintang kini berada di kamar VVIP dengan perawatan terbaik. Monitor di samping tempat tidurnya terus berbunyi pelan, menampilkan angka-angka yang mengukur kondisi tubuhnya. Rania tak bergeming dari sisi putranya, menggenggam tangan mungil itu dengan erat. Di wajahnya tergambar kelelahan, namun ia tak ingin pergi barang sejenak pun.Di ruang tunggu rumah sakit, Prakas dan Nora berdiri dengan gelisah. Sesekali, Prakas melirik jam tangannya, menanti kedatangan Bastian yang sudah dalam perjalanan dari Singapura. Nora memeluk dirinya sendiri, berusaha menenangkan diri meski hatinya terus bergetar memikirkan cucunya.Tak lama, langkah cepat terdengar dari arah pintu masuk. Bastian muncul dengan wajah yang penuh kecemasan, masih mengenakan pakaian dari penerbangannya yang terburu-buru. Matanya langsung mencari kedua orang tuanya. Begitu melihat mereka, ia berjalan cepat dan langsung bertanya,“Mami, Papi!

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diagnosa Yang Mengejutkan

    Di lorong rumah sakit yang terasa begitu dingin, Nora dan Prakas berjalan mendekati Rita dan Boby. Ekspresi wajah mereka menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Sebagai orang tua Bastian, mereka memang harus menjaga jarak agar tidak terlalu mencolok. Namun, saat ini, hati mereka benar-benar tak tenang melihat kondisi Bintang yang terbaring lemah di ruang IGD.“Rita... Boby...” suara Nora bergetar saat berbicara, matanya yang mulai berkaca-kaca menatap penuh simpati. “Kami sangat prihatin dengan kondisi Bintang. Apa yang sebenarnya terjadi?”Boby menarik napas panjang, seolah berusaha menahan emosinya yang sudah meluap-luap sejak tadi. Sementara itu, Rita hanya mampu mengusap air matanya yang terus mengalir. “Kami masih menunggu hasil lab,” ucapnya dengan suara lirih. “Dokter masih melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.”Prakas menatap Rita dan Boby dengan penuh empati. Ia ingin sekali mengatakan bahwa Bintang bukan hanya cucu mereka, tetapi juga cucu kandungnya s

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bintang Tiba-Tiba Pingsan

    Langit biru cerah menghiasi pagi yang penuh sukacita di rumah Rania. Halaman yang luas telah disulap menjadi arena pesta bertema karakter Tayo, kesukaan Bintang. Balon berwarna biru, kuning, dan merah bergantungan di setiap sudut, sementara panggung kecil dihiasi dengan ilustrasi bus-bus kecil yang tersenyum ceria. Lagu tema Tayo diputar, menciptakan suasana riang di antara anak-anak yang berlarian dengan penuh kegembiraan.“Selamat ulang tahun, Bintang!” teriak para tamu kecil sambil bertepuk tangan. Bintang, dengan baju kaos bergambar Tayo dan celana jeans kecilnya, tertawa senang saat Rania, ibunya, menggendongnya ke atas panggung.Rania menatap putranya dengan penuh kebahagiaan. Setiap detik pertumbuhan Bintang adalah keajaiban baginya. Anak kecil yang ia perjuangkan seorang diri tanpa seorang suami, kini sudah tumbuh besar dan sehat.“Terima kasih sudah datang, semuanya! Hari ini kita merayakan ulang tahun Bintang yang ke-3. Doakan dia tumbuh menjadi anak yang kuat dan bahagia, y

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Berharga Dari Nora

    Usai acara ulang tahun, Rania berdiri di sudut ruangan, berbincang santai dengan dua rekannya. Sorot matanya lelah, namun senyumnya tetap terjaga untuk menghormati tamu yang hadir. Tiba-tiba, Nora menghampirinya.“Permisi, Rania,” sapa Nora dengan suara pelan namun penuh ketegasan. “Bisa bicara sebentar?”Rania menoleh, sedikit terkejut melihat Nora berdiri di hadapannya. Ia mengangguk pelan. “Tentu, Bu.”Mereka berjalan ke sudut ruangan yang lebih sepi, menjauh dari keramaian. Lampu redup menciptakan bayangan lembut di dinding, menambah kesan intim pada percakapan mereka.“Ada apa?” tanya Rania, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan.Nora menarik napas panjang sebelum berbicara. “Rania, aku hanya ingin meminta maaf. Aku tahu mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku tak ingin menunda lebih lama. Aku minta maaf jika dulu aku atau keluarga kami pernah menyakitimu.”Rania terdiam

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mendadak Dilamar

    Lampu-lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut di seluruh ruangan mewah hotel bintang lima di pusat kota Bandung. Aroma bunga mawar dan lili memenuhi udara, menciptakan suasana elegan yang memanjakan indera. Para tamu berpakaian formal berdatangan, berjalan di atas karpet merah yang membentang dari pintu masuk hingga ke aula utama. Suara musik orkestra mengalun lembut, menambah kemewahan pesta ulang tahun Rania yang ke-29.Rania berdiri di tengah aula, mengenakan gaun berwarna merah marun yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Senyumnya memancarkan kehangatan, meski hatinya berdebar karena momen yang penuh makna ini. Di sampingnya, Bintang, putranya yang berusia dua tahun, tampak menggemaskan dalam setelan kecil berwarna putih dengan dasi kupu-kupu hitam. Matanya yang jernih menyorotkan keceriaan polos seorang anak kecil.Boby dan Rita—orang tua kandung Rania—berdiri dengan penuh kebanggaan di sisi mereka. Boby mengenakan setelan jas hitam klasik, sementara Rita tampil angg

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Rencana Nora

    Malam itu begitu sunyi di taman belakang rumah megah milik Prakas dan Nora. Lampu-lampu taman yang redup memancarkan cahaya hangat di antara dedaunan yang bergerak pelan tertiup angin malam. Bastian duduk di bangku kayu tua, menatap kosong ke arah kolam kecil yang tenang. Wajahnya tampak lelah, matanya dipenuhi bayang-bayang masa lalu yang sulit dihapus.Tak lama kemudian, Nora datang menghampiri, membawa secangkir kopi panas di tangannya. Ia duduk di samping putranya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hanya meletakkan kopi di meja kecil di depan mereka. Keheningan menyelimuti sejenak sebelum Nora akhirnya membuka suara dengan lembut.“Kopi hangat selalu bisa menenangkan pikiran yang kacau,” katanya, mencoba mencairkan suasana.Bastian menghela napas, menundukkan kepala. “Terima kasih, Mami,” jawabnya pelan tanpa menyentuh kopi itu.Nora menatap putranya dengan penuh kasih. “Bastian, sudah berapa lama kamu duduk di sini, merenung tanpa arah? Apa kamu pikir dengan begitu semua masalah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status