Share

Senyum Tipis Rania

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2024-12-30 23:12:23

Malam itu, ruang kerja di rumah Bastian dipenuhi keheningan. Lampu gantung yang tergantung rendah memancarkan cahaya hangat, menerangi meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan dokumen dan laptop yang masih menyala. Bastian tengah memeriksa laporan keuangan sambil sesekali meminum kopi yang mulai dingin.

Tiba-tiba, suara notifikasi ponsel memecah kesunyian. Bastian mengambil ponsel di sudut meja dan melihat nama pengirimnya, Adrian. Jantungnya berdegup lebih cepat. Adrian adalah agen rahasia yang selama ini ia percayai untuk mengawasi gerak-gerik Maya.

Pesan yang diterimanya singkat, namun jelas: “Maya bertemu seseorang malam ini. Saya kirimkan foto berikut detailnya.”

Bastian membuka lampiran foto yang dikirim Adrian. Ia mengernyit. Wajah pria dalam foto itu sangat familiar. Itu adalah pria yang fotonya pernah dikirimkan oleh Rania beberapa waktu lalu. Pria yang selama ini terlihat bersama Maya.

Bastian menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Ia segera mengetik balasan. “Adrian
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Fatimah Azzahra
semoga hanya kebahagiaan yg datang pada rania,sedihnya udah kemarin² bastian mau apa lagi kira² kan udah lihat kalo si maya emang beneran selingkuh
goodnovel comment avatar
wieanton
gk sabar pas Maya plng rmh eh kaget ada kejutan dr Bastian ... udah bener sikap Rania gk terlalu over hrs bisa tahan diri biar gk keliatan emosional dgn keberhasilan rencana dia
goodnovel comment avatar
wieanton
Sip deh udah ada bukti akurat dr Adrian jd Bastian percaya apa yg Rania sampaikan bukan sekedar isapan jempol belaka, semua fakta apa adanya. lagian perkawinan macam yg di jalanin Bastian bersama maya shrsnya mmng di kick dgn mudah skrg .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kabar Bahagia

    Pagi itu, suasana di ruang makan rumah Bastian terasa dingin seperti biasanya. Walau sinar matahari masuk melalui jendela besar, memberikan kehangatan pada ruang makan yang megah, atmosfer di antara dua orang di sana tetap beku.Bastian duduk dengan tegap di kursinya, mengenakan kemeja biru muda yang rapi. Matanya terlihat lelah, tetapi tatapannya tetap tajam. Di depannya, Maya sedang menuangkan teh ke dalam cangkirnya sendiri. Wajahnya terlihat sedikit pucat, tetapi ia berusaha menyembunyikannya dengan senyuman kecil yang terpaksa.“Bagaimana tidurmu, Tian?” tanya Maya mencoba memulai percakapan. Suaranya terdengar lembut, penuh harap agar suasana membaik.Bastian hanya menoleh sekilas tanpa menjawab. Ia mengambil roti panggang dari piring, mengoleskan selai dengan gerakan pelan namun pasti.Maya menarik napas panjang, berusaha tetap tenang. “Aku sengaja bangun lebih awal hari ini untuk menyiapkan sarapan bersama Mbok Sari. Aku pikir mungkin kamu akan menyukai menu kesukaanmu.”Basti

    Last Updated : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Boby Dan Rania

    Ruang rapat di lantai atas gedung megah milik perusahaan Bastian dipenuhi suasana formal dan sedikit tegang. Suara gemerincing alat makan dari pantry terdengar samar, tapi tidak cukup untuk mencairkan atmosfer yang kaku di ruangan itu. Bastian duduk di kursi utamanya, mengenakan setelan jas hitam yang dipadukan dengan dasi biru gelap. Sorot matanya tajam, memindai setiap wajah di ruangan dengan penuh perhitungan.Di seberangnya, Rania duduk bersama sang ayah, Boby, pengacara keluarga mereka, dan beberapa anggota timnya. Rania, seperti biasa, tampil anggun dan memikat. Gaun krem dengan potongan sederhana yang elegan membalut tubuhnya, melengkapi riasan wajah yang sempurna. Rambutnya disanggul rendah, memberi kesan profesional namun tetap feminin.Saat Bastian berbicara dengan sekretarisnya di awal pertemuan, beberapa pegawai di ruangan itu tidak bisa menahan diri untuk mencuri pandang ke arah Rania. Pesonanya seolah menciptakan medan magnet yang sulit diabaikan. Namun, Rania tetap tena

    Last Updated : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Malam di Restoran Mewah

    Restoran mewah di pusat Jakarta itu memancarkan aura eksklusif yang sempurna. Lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan cahaya lembut ke meja-meja yang tertata rapi. Musik klasik mengalun pelan, menciptakan suasana elegan yang cocok untuk percakapan serius namun tetap intim.Di salah satu sudut restoran, Bastian sudah menunggu. Setelan jas abu-abu gelap yang ia kenakan tampak sempurna membingkai tubuhnya yang tinggi dan tegap. Kemeja putihnya bersih tanpa cela, dan dasi tipis hitam yang terikat rapi menambah kesan formal sekaligus memikat. Rambutnya yang disisir ke belakang mempertegas rahangnya yang tegas, sementara jam tangan mewah di pergelangan kirinya menjadi aksesori sederhana namun menunjukkan statusnya. Aura ketampanannya begitu mencolok hingga beberapa pelayan wanita tak bisa menahan diri untuk mencuri pandang.Saat pintu restoran terbuka, Bastian menoleh, dan napasnya seolah terhenti sesaat. Rania baru saja melangkah masuk. Gaun hitam elegan dengan potong

    Last Updated : 2025-01-08
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membongkar Rahasia

    Malam telah larut saat Bastian akhirnya tiba di rumahnya. Udara malam yang lembap membuat suasana semakin sepi. Namun, di depan pintu, Maya sudah berdiri dengan wajah penuh amarah. Kedua lengannya bersilang di dada, sementara tatapan matanya tajam menembus Bastian yang baru saja melangkah masuk.“Bastian,” panggilnya dingin, nyaris seperti bisikan marah.Namun, Bastian tidak menanggapi. Ia melepas jasnya dengan santai, menggantungnya di gantungan dekat pintu, lalu melangkah ke arah kamarnya di lantai satu. Langkahnya tenang, bahkan nyaris seperti mengabaikan keberadaan Maya.“Bastian!” suara Maya meninggi. Ia melangkah cepat, meraih pergelangan tangan suaminya sebelum pria itu sempat menghilang lebih jauh. “Aku mau bicara!”Bastian berhenti, namun tidak menoleh. Dengan perlahan, ia melepaskan genggaman Maya dari lengannya. “Apa yang mau kau bicarakan?” tanyanya datar, tanpa emosi.Maya semakin geram. “Jangan pura-pura bodoh. Kau tahu apa yang kumaksud.”“Aku tidak punya waktu untuk te

    Last Updated : 2025-01-09
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kejujuran Bastian

    Di ruang pribadinya yang luas dan elegan, Bastian tengah asyik berbincang dengan tamu penting. Aroma kopi yang hangat menyebar di udara, bercampur dengan suara dentingan gelas dan tawa formal yang sesekali terdengar. Namun, fokus Bastian mendadak terganggu oleh getar telepon di saku jasnya. Ia mengangkat alis ketika melihat nama yang tertera di layar—Papi.“Permisi sebentar,” ujar Bastian dengan nada sopan kepada tamunya. Ia mengangkat telepon, mencoba untuk tidak terdengar tergesa.“Ya, Papi?” sapanya sambil berdiri dan berjalan menjauh dari meja.“Bastian,” suara Prakas terdengar tegas dari seberang. “Papi dan Mami perlu bicara denganmu, sekarang.”Bastian menautkan alis. Nada suara Prakas mengisyaratkan sesuatu yang serius. “Sekarang, Papi? Aku sedang menerima tamu penting di kantor. Mungkin bisa satu jam lagi?”Terdengar helaan napas berat dari Prakas sebelum menjawab. “Baiklah, satu jam lagi. Tapi jangan tunda lebih lama dari itu.”“Baik, Papi,” jawab Bastian, meski pikirannya mu

    Last Updated : 2025-01-11
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Penyesalan Nora dan Prakas

    Malam sudah menjelang ketika Nora dan Prakas tiba di rumah mereka. Udara dingin mengiringi langkah keduanya yang berat. Meski lampu-lampu rumah menyala terang, suasana hati mereka gelap oleh kabar yang baru saja mereka terima tadi siang dari Bastian.Nora meletakkan tas tangannya di atas meja kecil di ruang tamu, lalu menghela napas panjang. “Pi,” panggilnya pelan, menoleh pada Prakas yang duduk di sofa dengan wajah serius. “Apa yang kita lakukan sekarang?”Prakas tidak langsung menjawab. Ia menatap lurus ke depan, pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.“Pi?” Nora kembali memanggil, suaranya lebih pelan.Prakas menghela napas berat sebelum akhirnya menjawab. “Aku tidak tahu, Mi. Jujur saja, aku tidak pernah menyangka akan menghadapi situasi seperti ini.”Nora duduk di samping suaminya, menatap wajah pria yang sudah menemaninya selama puluhan tahun itu. “Masih jelas di ingatan kita, bagaimana dulu kita menolak Rania untuk menjadi bagian dari keluarga ini. Tapi s

    Last Updated : 2025-01-12
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kehadiran Satria Yang Tiba-tiba

    Malam itu, suasana di rumah Rania begitu tenang. Suara tawa kecil Bintang menggema di ruang keluarga. Anak itu duduk di karpet sambil bermain balok susun, ditemani Rania yang sesekali tersenyum melihat polah lucunya. Ia tampak cantik dengan balutan baju santai berwarna lembut, rambutnya diikat rapi.Namun, ketenangan itu berubah saat suara klakson halus terdengar dari halaman depan. Rania menoleh ke arah pintu, bingung. “Siapa malam-malam begini?” gumamnya pelan.Tak lama kemudian, Rita muncul dari arah ruang makan. Ia melangkah ke arah pintu utama sambil memanggil Boby. “Pa, ada tamu rupanya. Kamu tahu siapa?”Boby, yang sedang membaca koran di sofa, melipat bacaannya dan ikut berjalan ke pintu. “Sudah kukatakan tadi. Satria bilang ingin mampir,” jawabnya santai.Rania mengernyitkan dahi. “Mas Satria?” tanyanya, nyaris tidak percaya.Rita menoleh dan tersenyum. “Iya, sayang. Kamu nggak dengar kami bicara tadi siang? Dia ingin berkunjung.”Belum sempat Rania menjawab, pintu terbuka, m

    Last Updated : 2025-01-14
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Bulat Bastian

    Sore ini, Bastian duduk di ruang kerjanya dengan ekspresi wajah yang gelap. Di atas mejanya, berkas-berkas yang menjadi bukti nyata perselingkuhan Maya dan penyelewengan dana yang dilakukan bersama Ronal terhampar dengan jelas. Semua bukti telah ia kumpulkan, dari laporan transaksi mencurigakan hingga foto-foto dan pesan-pesan pribadi yang tidak dapat disangkal lagi.Bastian mengepalkan tangannya, mencoba mengendalikan amarah yang bergejolak dalam dadanya. Namun, semakin ia melihat bukti-bukti itu, semakin sulit baginya untuk menahan diri. Pernikahan yang ia jaga dengan segala usahanya ternyata dihancurkan begitu saja oleh orang yang seharusnya menjadi pasangannya.“Cukup sudah,” gumamnya, suaranya penuh dengan kemarahan yang tertahan.Ia mengambil tumpukan dokumen itu, lalu melangkah cepat menuju kamar utama. Pintu kamar didorongnya dengan keras, membuat Maya yang sedang duduk di depan cermin berdandan terkejut.“Bastian?” Maya berbalik, menatap suaminya dengan bingung.Bastian tidak

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Berat

    Ruangan rumah sakit dipenuhi keheningan yang mencekam. Jam dinding menunjukkan pukul dua siang ketika pintu kamar terbuka dan seorang dokter spesialis masuk dengan raut wajah serius. Semua mata langsung tertuju padanya.Dokter itu berjalan mendekati ranjang tempat Bintang terbaring lemah. Ia memeriksa kondisi bocah itu dengan seksama, mencatat beberapa hal di berkasnya sebelum akhirnya menatap seluruh keluarga yang berkumpul di dalam ruangan.“Saya ingin membicarakan hasil pemeriksaan terbaru Bintang,” kata dokter dengan suara tenang namun tegas.Rania menggenggam tangan kecil putranya yang terasa dingin. Hatinya berdebar kencang. Begitu pula dengan Rita, Boby, Nora, Prakas, dan tentu saja Bastian yang berdiri dengan wajah tegang di sudut ruangan.Dokter menarik napas dalam, lalu berkata, “Hasil menunjukkan bahwa Bintang mengalami gagal hati akut. Kondisinya cukup serius, dan kami harus bertindak cepat untuk menyelamatkannya.”Ruangan kembali sunyi. Pernyataan itu seperti petir di sia

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Suasana Yang Berbeda

    Pagi itu, udara rumah sakit masih terasa dingin. Rita dan Boby tiba lebih awal dari biasanya, membawa sekantong penuh buah segar dan makanan untuk Rania. Keduanya berjalan menuju kamar tempat Bintang dirawat dengan hati yang dipenuhi kecemasan.Saat mereka masuk, mata mereka langsung tertuju pada sosok Bastian yang tertidur di sofa dengan posisi yang terlihat tidak nyaman. Tubuhnya sedikit membungkuk, kepalanya bertumpu pada lengannya, dan nafasnya terdengar teratur namun lelah. Selimut tipis yang diberikan perawat tadi malam masih membungkus tubuhnya.Rania yang sedang duduk di tepi tempat tidur Bintang, menoleh dan tersenyum lemah melihat kedua orang tuanya.“Dia tidak tidur semalaman,” bisik Rania, sebelum mereka sempat bertanya.Rita menghela napas panjang. Meski dalam hatinya masih ada sedikit ganjalan terhadap Bastian, ia tidak bisa menyangkal bahwa lelaki itu benar-benar peduli terhadap anaknya.“Bagaimana keadaan Bintang?” tanya Boby, suaranya lirih.Rania menatap buah hatinya

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bersama-sama Menjaga Bintang

    Satria berdiri di sudut ruangan, memperhatikan bagaimana Bastian duduk di samping tempat tidur Bintang, menggenggam tangan kecilnya dengan penuh kepedulian. Ada sesuatu dalam tatapan Bastian—ketulusan, ketakutan, sekaligus rasa tanggung jawab yang begitu besar. Hal yang selama ini Satria ingin berikan untuk Rania dan Bintang, namun nyatanya, dia hanya orang luar dalam kisah ini.Ia menghela napas panjang. Melawan perasaannya sendiri, ia akhirnya memilih untuk mundur. Untuk saat ini, Bintang memang membutuhkan orang tua kandungnya. Tidak ada ruang untuknya di sini. Dengan langkah pelan, ia mendekati Rita dan Boby yang masih berdiri di dekat pintu.“Tante, Om... Aku pamit dulu,” katanya dengan suara rendah.Rita menatapnya dengan sorot mata penuh pengertian. “Terima kasih sudah datang, Satria. Kami sangat menghargainya.”Satria tersenyum tipis. “Tidak masalah, Tante. Jika ada yang bisa aku bantu, aku selalu siap.”Boby menepuk pundaknya dengan ringan, tanda penghormatan dan terima kasih

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Butuh Transplantasi?

    Suasana di rumah sakit masih dipenuhi kecemasan. Setelah diputuskan untuk dirawat inap, Bintang kini berada di kamar VVIP dengan perawatan terbaik. Monitor di samping tempat tidurnya terus berbunyi pelan, menampilkan angka-angka yang mengukur kondisi tubuhnya. Rania tak bergeming dari sisi putranya, menggenggam tangan mungil itu dengan erat. Di wajahnya tergambar kelelahan, namun ia tak ingin pergi barang sejenak pun.Di ruang tunggu rumah sakit, Prakas dan Nora berdiri dengan gelisah. Sesekali, Prakas melirik jam tangannya, menanti kedatangan Bastian yang sudah dalam perjalanan dari Singapura. Nora memeluk dirinya sendiri, berusaha menenangkan diri meski hatinya terus bergetar memikirkan cucunya.Tak lama, langkah cepat terdengar dari arah pintu masuk. Bastian muncul dengan wajah yang penuh kecemasan, masih mengenakan pakaian dari penerbangannya yang terburu-buru. Matanya langsung mencari kedua orang tuanya. Begitu melihat mereka, ia berjalan cepat dan langsung bertanya,“Mami, Papi!

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diagnosa Yang Mengejutkan

    Di lorong rumah sakit yang terasa begitu dingin, Nora dan Prakas berjalan mendekati Rita dan Boby. Ekspresi wajah mereka menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Sebagai orang tua Bastian, mereka memang harus menjaga jarak agar tidak terlalu mencolok. Namun, saat ini, hati mereka benar-benar tak tenang melihat kondisi Bintang yang terbaring lemah di ruang IGD.“Rita... Boby...” suara Nora bergetar saat berbicara, matanya yang mulai berkaca-kaca menatap penuh simpati. “Kami sangat prihatin dengan kondisi Bintang. Apa yang sebenarnya terjadi?”Boby menarik napas panjang, seolah berusaha menahan emosinya yang sudah meluap-luap sejak tadi. Sementara itu, Rita hanya mampu mengusap air matanya yang terus mengalir. “Kami masih menunggu hasil lab,” ucapnya dengan suara lirih. “Dokter masih melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.”Prakas menatap Rita dan Boby dengan penuh empati. Ia ingin sekali mengatakan bahwa Bintang bukan hanya cucu mereka, tetapi juga cucu kandungnya s

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bintang Tiba-Tiba Pingsan

    Langit biru cerah menghiasi pagi yang penuh sukacita di rumah Rania. Halaman yang luas telah disulap menjadi arena pesta bertema karakter Tayo, kesukaan Bintang. Balon berwarna biru, kuning, dan merah bergantungan di setiap sudut, sementara panggung kecil dihiasi dengan ilustrasi bus-bus kecil yang tersenyum ceria. Lagu tema Tayo diputar, menciptakan suasana riang di antara anak-anak yang berlarian dengan penuh kegembiraan.“Selamat ulang tahun, Bintang!” teriak para tamu kecil sambil bertepuk tangan. Bintang, dengan baju kaos bergambar Tayo dan celana jeans kecilnya, tertawa senang saat Rania, ibunya, menggendongnya ke atas panggung.Rania menatap putranya dengan penuh kebahagiaan. Setiap detik pertumbuhan Bintang adalah keajaiban baginya. Anak kecil yang ia perjuangkan seorang diri tanpa seorang suami, kini sudah tumbuh besar dan sehat.“Terima kasih sudah datang, semuanya! Hari ini kita merayakan ulang tahun Bintang yang ke-3. Doakan dia tumbuh menjadi anak yang kuat dan bahagia, y

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Berharga Dari Nora

    Usai acara ulang tahun, Rania berdiri di sudut ruangan, berbincang santai dengan dua rekannya. Sorot matanya lelah, namun senyumnya tetap terjaga untuk menghormati tamu yang hadir. Tiba-tiba, Nora menghampirinya.“Permisi, Rania,” sapa Nora dengan suara pelan namun penuh ketegasan. “Bisa bicara sebentar?”Rania menoleh, sedikit terkejut melihat Nora berdiri di hadapannya. Ia mengangguk pelan. “Tentu, Bu.”Mereka berjalan ke sudut ruangan yang lebih sepi, menjauh dari keramaian. Lampu redup menciptakan bayangan lembut di dinding, menambah kesan intim pada percakapan mereka.“Ada apa?” tanya Rania, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan.Nora menarik napas panjang sebelum berbicara. “Rania, aku hanya ingin meminta maaf. Aku tahu mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku tak ingin menunda lebih lama. Aku minta maaf jika dulu aku atau keluarga kami pernah menyakitimu.”Rania terdiam

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mendadak Dilamar

    Lampu-lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut di seluruh ruangan mewah hotel bintang lima di pusat kota Bandung. Aroma bunga mawar dan lili memenuhi udara, menciptakan suasana elegan yang memanjakan indera. Para tamu berpakaian formal berdatangan, berjalan di atas karpet merah yang membentang dari pintu masuk hingga ke aula utama. Suara musik orkestra mengalun lembut, menambah kemewahan pesta ulang tahun Rania yang ke-29.Rania berdiri di tengah aula, mengenakan gaun berwarna merah marun yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Senyumnya memancarkan kehangatan, meski hatinya berdebar karena momen yang penuh makna ini. Di sampingnya, Bintang, putranya yang berusia dua tahun, tampak menggemaskan dalam setelan kecil berwarna putih dengan dasi kupu-kupu hitam. Matanya yang jernih menyorotkan keceriaan polos seorang anak kecil.Boby dan Rita—orang tua kandung Rania—berdiri dengan penuh kebanggaan di sisi mereka. Boby mengenakan setelan jas hitam klasik, sementara Rita tampil angg

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Rencana Nora

    Malam itu begitu sunyi di taman belakang rumah megah milik Prakas dan Nora. Lampu-lampu taman yang redup memancarkan cahaya hangat di antara dedaunan yang bergerak pelan tertiup angin malam. Bastian duduk di bangku kayu tua, menatap kosong ke arah kolam kecil yang tenang. Wajahnya tampak lelah, matanya dipenuhi bayang-bayang masa lalu yang sulit dihapus.Tak lama kemudian, Nora datang menghampiri, membawa secangkir kopi panas di tangannya. Ia duduk di samping putranya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hanya meletakkan kopi di meja kecil di depan mereka. Keheningan menyelimuti sejenak sebelum Nora akhirnya membuka suara dengan lembut.“Kopi hangat selalu bisa menenangkan pikiran yang kacau,” katanya, mencoba mencairkan suasana.Bastian menghela napas, menundukkan kepala. “Terima kasih, Mami,” jawabnya pelan tanpa menyentuh kopi itu.Nora menatap putranya dengan penuh kasih. “Bastian, sudah berapa lama kamu duduk di sini, merenung tanpa arah? Apa kamu pikir dengan begitu semua masalah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status