Beranda / Romansa / Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder / Rania Berkunjung Ke Perusahaan Bastian

Share

Rania Berkunjung Ke Perusahaan Bastian

Penulis: NHOVIE EN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 13:27:04

Malam ini, Rania dengan gaun malamnya yang lembut berdiri di depan dinding kaca di kamarnya. Cahaya remang-remang dari lampu kota Jakarta memantul di kaca, memberikan suasana yang tenang namun penuh perenungan. Matanya sulit terpejam, sesekali ia menoleh ke arah Bintang yang terlihat sangat nyenyak tidur di atas ranjang miliknya. Malam ini, Rania memang ingin tidur bersama putranya. Sudah beberapa hari Bintang tidur sendiri di kamarnya di Bandung, dan sekarang, di Jakarta, Rania ingin merasakan kehangatan tidur di samping putra semata wayangnya itu.

Ia melangkah pelan mendekati ranjang, lalu duduk di tepinya. Wajah polos Bintang begitu menenangkan, namun sekaligus membawa kenangan yang mendalam. Setiap melihat wajah putranya, bayangan masa lalu bersama Bastian kembali terlintas. Wajah tampan Bintang memang seperti pinang dibelah dua dengan ayah biologisnya—Bastian. Melihat Bintang, seakan melihat Bastian kecil.

Rania menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Namun, ada
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (11)
goodnovel comment avatar
wieanton
wow bnyk mata yg terpesona sm Rania di hotel Bastian, pasti takjub sebab pangling banget Rania itu. Rania gk tau aja klo Bastian itu sbnrnya suka curhat skrg2 ini. dlu dia simpan sbb ada disisi lain yg bikin dia keras hati.
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
ran.... kayanya emang udah ngga perlu ditutupi sih perselingkuhan maya sebelum kamu diserang mending gantian sekarang kamu yg menyerang
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
jeng... jeng.... kala mata bertemu mata ada getar dalam dada yg mengalahkan suara deburan ombak dilautan... rindu yg tertahan pecah laksanakan ombak menghantam karang.... maaaak nyesssss rasanya ya bassss... ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Menjalin Kerjasama

    Pintu ruangan terbuka mendadak, menampilkan sosok Bastian yang melangkah masuk dengan gestur penuh wibawa. Mata pria itu seketika membulat saat mendapati Rania duduk santai di sofa dengan Farel yang juga duduk di seberangnya. Bastian berhenti sejenak, seolah memastikan dirinya tidak salah melihat.“Rania?” gumamnya lirih, namun cukup terdengar di ruangan itu.Rania mengangkat wajahnya, memberikan senyum tipis. “Halo, Bastian,” sapanya lembut namun formal.Farel, yang menyadari kehadiran bosnya, segera bersikap profesional. “Maaf, Pak Bastian. Saya tadi hanya mengantar Rania ke sini. Kalau begitu, saya pamit dulu.”Bastian mengangguk kecil, meski ada sedikit keraguan dalam ekspresinya. “Terima kasih, Farel.”Farel melangkah keluar, meninggalkan Bastian dan Rania dalam suasana yang terasa mendadak sunyi. Bastian berdeham pelan, mencoba menutupi rasa gugup yang sebenarnya menguasai dirinya.“Silakan duduk kembali,” ujar Bastian, suaranya datar namun terdengar sopan. Ia melangkah ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Perhatian Satria

    “Bagaimana?” tanya Rania tiba-tiba.“Baiklah,” kata Bastian akhirnya, meskipun masih terdengar ragu. “Aku akan memikirkannya. Tapi, aku tidak bisa memberikan jawaban sekarang.”“Itu sudah cukup untukku,” balas Rania dengan senyum puas. Ia tahu, meyakinkan Bastian sepenuhnya akan membutuhkan waktu. Tapi, setidaknya, ini adalah langkah awal yang baik.Bastian menghela napas panjang, lalu kembali menatap wanita di depannya. “Jika aku setuju, aku ingin kau berjanji satu hal.”“Apa itu?” tanya Rania.“Jangan libatkan aku dalam rencanamu yang lain, jika memang ada,” ujar Bastian tegas.Rania hanya tersenyum, tidak memberikan jawaban pasti. “Kita lihat saja nanti,” katanya ringan, sebelum bangkit dari kursinya. “Terima kasih sudah meluangkan waktu untukku, Bastian. Aku akan menunggu kabarmu. Oiya, jaga istrimu dengan baik. Jangan sampai nanti diambil sama orang lain.”Tanpa menunggu jawaban, Rania melangkah keluar dari ruangan itu. Bastian hanya bisa menatap kepergiannya dengan pikiran yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Merasa Gelisah

    Malam itu, keluarga kecil Boby berkumpul di ruang keluarga yang hangat. Di luar, udara Bandung terasa sejuk, tetapi di dalam rumah megah itu, suasana justru sedikit serius. Rita duduk di sofa besar, mengenakan kaus santai dan cardigan lembut. Boby, di sisi lain, membaca koran sebelum akhirnya melipatnya dan menatap putri mereka yang tengah bermain dengan Bintang di karpet.“Rania,” panggil Rita dengan lembut, tetapi nadanya jelas mengisyaratkan sesuatu yang serius.Rania menoleh, menunggu kelanjutan dari ibunya.“Orang tua Satria mengundang kita semua untuk makan malam di rumah mereka besok,” ujar Rita sambil menatap Rania dengan penuh harap. “Mereka ingin mengenal kita lebih dekat. Tentu saja, mereka juga sangat ingin bertemu denganmu.”Rania meletakkan mainan di tangannya dan menatap Rita, lalu Boby yang kini ikut memperhatikan. Ia mendesah pelan sebelum menjawab, “Mama dan Papa tahu aku belum tertarik dengan hal seperti ini, kan?”Rita tersenyum tipis, mencoba membujuk. “Kami tahu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Mulai Frustasi

    Ruangan rapat utama di kantor pusat Perusahaan keluarga Gery dipenuhi ketegangan. Semua dewan direksi, termasuk beberapa investor kecil, sudah berkumpul di sana. Gery duduk di kursi pimpinan, wajahnya tampak kusut dan penuh amarah yang ia coba sembunyikan.Pengumuman bahwa Boby menarik penuh sahamnya dari Perusahaan ini seperti gempa yang mengguncang fondasi bisnis mereka. Apalagi, keputusan itu disampaikan langsung oleh Rania, sang wakil CEO dari Perusahaan besar milik Boby. Tidak hanya itu, beberapa kerja sama strategis yang selama ini menjadi pilar keberlanjutan bisnis Gery juga diputuskan.Ketika pintu ruangan terbuka, langkah anggun Rania menarik perhatian semua orang. Mengenakan blazer hitam dengan potongan rapi, ia tampak penuh wibawa. Di sampingnya, Boby berjalan dengan tenang, tatapan matanya tajam. Maya, yang sudah lebih dulu berada di dalam ruangan, memutar bola matanya kesal saat melihat kehadiran Rania.“Selamat pagi semuanya,” sapa Rani

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Syarat Dari Rania

    Rania melangkah masuk ke ruang kantor Bastian dengan keanggunan khasnya. Pakaian sederhana namun elegan membalut tubuhnya memberikan aura yang tak terbantahkan. Di depannya, Bastian duduk dengan wajah dingin, menyandarkan tubuhnya di kursi besar di belakang meja. Tatapan pria itu tajam, nyaris menusuk, seolah siap melontarkan komentar sinis.Di dalam ruangan itu, suasana terasa tegang meski keduanya hanya berdua. Bastian, yang beberapa bulan lalu menunjukkan sisi lembutnya di Lembang, kini kembali menjadi sosok yang dingin dan sarkastis.“Sudah selesai dengan urusanmu?” tanya Bastian dengan nada sarkastis, matanya menelusuri Rania dari ujung kepala hingga kaki. Ia tahu Rania baru saja kembali dari kantor keluarga Maya.Rania tidak terintimidasi sedikit pun oleh nada suara itu. Dengan langkah tenang, ia mendekati meja, kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan Bastian. Ia mengangkat dagu sedikit, namun masih memancarkan aura lembutnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tidur Dengan Lelaki Asing

    Malam itu, rumah megah keluarga Bastian yang biasanya sunyi mendadak gaduh oleh langkah kaki Maya yang tergesa-gesa. Wajahnya memerah, matanya menyala penuh amarah, dan tangannya menggenggam erat sebuah amplop putih. Sudah berbulan-bulan rumah ini kehilangan hangatnya hubungan mereka sebagai pasangan. Meskipun masih tinggal di bawah atap yang sama, kamar yang berbeda mencerminkan jurang besar yang telah lama menganga di antara mereka.Maya menghentikan langkahnya di depan pintu kamar Bastian yang terletak di lantai satu. Tanpa basa-basi, ia mengetuk pintu dengan keras, nyaris seperti menggedor.“Bastian! Buka pintunya!” teriak Maya dengan nada tinggi, penuh emosi.Tidak lama kemudian, suara kunci yang diputar terdengar. Pintu terbuka, memperlihatkan Bastian yang berdiri santai di ambang pintu dengan pakaian kasual. Ekspresinya dingin, nyaris tak terganggu oleh kemarahan yang jelas terlihat di wajah Maya.“Ada apa?” tanyanya pendek, nada suaranya sedingin ekspresinya.Tanpa menjawab, M

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kehilangan Banyak Hal

    Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Maya membuka matanya perlahan, masih terasa berat karena pengaruh alkohol. Pandangannya kabur, dan rasa sakit di kepalanya seperti mengguncang seluruh tubuhnya. Ia mencoba duduk, menyandarkan tubuhnya di dinding. Dalam hitungan detik, ia mulai sadar bahwa ia tidak berada di rumah, melainkan di sebuah kamar asing yang tidak dikenalnya.Saat Maya melihat ke bawah, ia tertegun. Tubuhnya tak berbalut sehelai kain pun, penuh dengan bekas-bekas merah yang tidak bisa ia jelaskan. Jantungnya berdegup kencang.“Apa yang terjadi semalam?” gumam Maya dengan suara serak, mencoba mengingat apa yang baru saja ia alami.Ia memandang ke sekeliling kamar. Sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di ruangan itu. Maya mencoba mengingat kembali, tapi pikirannya kabur. Semua yang tersisa hanyalah ingatan samar-samar tentang dirinya yang sedang tertawa dan menenggak alkohol bersama seseorang.Maya bergegas meraih pakaian

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Suasana Yang Sangat Kontras

    Pukul tujuh pagi, sinar matahari pagi Jakarta menyapa dengan lembut. Di taman belakang rumah, suasana terasa damai. Udara segar dan aroma dedaunan yang masih basah oleh embun melengkapi pemandangan indah pagi itu. Bastian memutuskan untuk menikmati sarapannya di meja makan outdoor yang terletak di samping taman.Secangkir kopi hitam panas mengepul di atas meja, menggoda dengan aromanya yang kuat. Di sampingnya, sepiring nasi goreng seafood dengan berbagai topping seperti udang, cumi, irisan cabai, dan telur mata sapi tampak begitu menggugah selera.Ketika salah seorang ART menuangkan air mineral ke gelasnya, Bastian memandang ke arah wanita itu.“Maya belum turun?” tanyanya ringan namun penuh arti.ART itu berhenti sejenak, lalu menjawab dengan nada hati-hati. “Ibu Maya pulang tadi pagi, Pak, sekitar jam empat. Saya yang membukakan pintu karena beliau memencet bel. Tumben sekali beliau tidak membawa kunci rumah.”Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Ketegasan Rania

    Malam menjelang, suasana di kamar Rania terasa begitu hening. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar di sela-sela lamunannya. Ia duduk di tepi ranjang, memeluk lutut sambil menatap kosong ke arah jendela yang sedikit terbuka. Angin malam yang sejuk menyelinap masuk, mengusap lembut wajahnya yang terlihat sendu.Kehadiran Bastian tadi siang benar-benar mengusik pikirannya. Entah kenapa, ada perasaan yang sulit ia jelaskan setiap kali berhadapan dengan pria itu. Apalagi, saat melihat bagaimana Bastian memandang Bintang—anak yang selama ini ia besarkan sendiri tanpa kehadiran seorang ayah.Satria juga ada di sana. Pria itu seolah tidak pernah menyerah untuk mendekatinya dan berusaha mengambil peran dalam hidupnya dan Bintang. Rania menghela napas berat. Kepalanya semakin penuh dengan berbagai pikiran yang berputar tanpa henti.Tiba-tiba, suara nada dering ponselnya membuyarkan lamunannya. Dengan ragu, ia meraih ponsel yang tergeletak di meja nakas. Nama Bastian terpampang jel

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Pertemuan yang Penuh Ketegangan

    Hari itu, udara Bandung terasa sejuk dengan semilir angin yang menyusup di sela-sela pepohonan. Di rumah keluarga Rania, suasana terasa hangat. Di ruang makan, meja panjang telah dipenuhi hidangan, tanda mereka bersiap untuk makan siang bersama. Rania duduk bersama kedua orang tuanya, Rita dan Boby, serta ibu angkatnya, Cucu. Satria juga ada di sana, duduk di samping Bintang, sambil bercanda dengan bocah kecil itu.Tawa Bintang mengisi ruangan. Anak itu begitu riang ketika Satria menunjukkan cara membuat origami sederhana dari tisu."Om Satria bisa bikin ini lagi?" tanya Bintang sambil memegang hasil origami berbentuk burung kecil."Tentu, Bintang. Om bisa buat yang lebih bagus lagi kalau kamu mau," jawab Satria sambil tersenyum hangat.Namun, suasana ceria itu tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara bel dari pintu depan. Semua kepala menoleh ke arah sumber suara."Siapa, ya?" gumam Rita sambil melirik Rania."Aku buka pintu, Ma," ujar Rania sambil beranjak.Saat pintu terbuka, Rani

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maaf, Aku Tidak Suka!

    Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela ruang keluarga rumah Rania. Di atas meja, beberapa cangkir teh hangat tersusun rapi, sementara di ruang tamu terdengar tawa renyah Bintang yang sedang bermain di atas karpet bersama mobil-mobilan kecilnya.“Ma, lihat ini!” teriak Bintang sambil menunjukkan mainan barunya yang kemarin ia beli bersama Rania.Sebelum Rania sempat menjawab, suara bel rumah berbunyi.“Sebentar, Bintang,” kata Rania sambil melangkah ke pintu.Begitu pintu terbuka, seorang pria dengan setelan kasual—kaus putih dan celana jeans—tersenyum hangat. Satria, pria yang belakangan ini sering mampir ke rumah Rania, berdiri dengan sebuah kantong kertas besar di tangannya.“Pagi, Rania. Ini untuk Bintang,” ujarnya sambil menyerahkan kantong itu.Rania melirik kantong tersebut, lalu ke arah Satria dengan ekspresi sedikit bingung. “Kamu nggak perlu repot-repot setiap kali datang, Mas.”Satria hanya tertawa kecil. “Aku nggak merasa repot, kok. Aku senang bisa membawakan sesua

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Dunia Baru Maya

    Kepulan asap pesawat terbang tampak membumbung tinggi di udara Bandara Soekarno-Hatta. Maya berdiri di tepi jendela kaca besar di ruang tunggu, memandang ke arah landasan pacu. Matanya kosong, wajahnya lelah, tetapi bibirnya tetap membentuk garis tegas seolah ia tidak ingin menunjukkan kelemahan. Di tangannya, paspor dan tiket penerbangan ke Frankfurt, Jerman, tergenggam erat.Hari ini, segalanya berubah. Perceraian yang baru saja disahkan beberapa minggu lalu telah menghapus statusnya sebagai istri dari Bastian, seorang pengusaha ternama di Jakarta.“Bu Maya, sudah waktunya boarding,” suara sopir pribadinya memecah keheningan.Maya menoleh sekilas. “Kamu pulang saja. Terima kasih sudah mengantarkan,” jawabnya singkat.Pria itu mengangguk hormat sebelum pergi, meninggalkan Maya sendirian.Maya menarik napas panjang dan berjalan menuju gerbang keberangkatan. Sepanjang langkahnya, ingatan tentang rumah megah yang pernah ia tinggali bersama Bastian menghantui pikirannya. Di sana, ia pern

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kerinduan Terhadap Kampung Halaman

    Pagi ini, aroma embun bercampur harum bunga dari taman rumah Rania membuat suasana terasa sejuk. Udara segar Bandung menjadi pelengkap sempurna untuk perjalanan menuju Lembang. Sebuah mobil SUV hitam mewah sudah terparkir rapi di depan rumah, menunggu penumpangnya.Seorang sopir pribadi berdiri di sisi mobil, mengenakan seragam rapi, sementara seorang bodyguard berjaga tidak jauh darinya. Tugas mereka hari ini adalah memastikan perjalanan keluarga Rania berjalan lancar dan aman.Rania muncul dari dalam rumah, mengenakan pakaian kasual tetapi tetap elegan. Rambutnya yang tergerai membuat wajahnya terlihat segar meski kesibukan akhir-akhir ini menguras energinya. Di sampingnya, Bintang berlari kecil dengan semangat khas anak kecil, menggenggam tangan boneka superhero kesayangannya.“Mama, nanti di Lembang kita bisa lihat bunga banyak, kan?” tanya Bintang dengan mata berbinar.“Tentu saja, Sayang,” jawab Rania sambil mengusap kepala p

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keteguhan Hati Bastian

    Siang itu, matahari menyinari gedung perkantoran megah yang menjadi pusat kesibukan Bastian sehari-hari. Di lantai paling atas, ruangan kantor Bastian tampak luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta yang sibuk. Suasana ruangan beraroma kopi dan kayu cedar, mencerminkan kepribadian Bastian yang tegas dan profesional.Seorang asisten mengetuk pintu sebelum membukanya. “Pak Bastian, ada Bu Ami dan Pak Gery yang ingin bertemu.”Bastian, yang tengah duduk di belakang meja kerjanya, menghentikan pekerjaannya sejenak. Ia menatap asistennya dengan ekspresi tenang. “Persilakan mereka masuk.”Beberapa saat kemudian, Ami dan Gery memasuki ruangan. Ami mengenakan gaun pastel elegan, sementara Gery terlihat rapi dalam setelan formal. Mereka memasang senyum ramah, meskipun ketegangan terlihat di mata mereka.“Selamat siang, Mami, Papi,” sapa Bastian sambil berdiri dan menjabat tangan mereka. “Silakan duduk.”“Terima kasih, Nak,” jawab Ami dengan nada lembut, berusaha me

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Seketika Marah

    Pagi itu, sinar matahari yang hangat menerobos masuk melalui jendela besar di ruang makan. Aroma roti panggang yang baru keluar dari oven bercampur dengan wangi kopi hitam yang pekat memenuhi udara, menciptakan suasana nyaman di rumah keluarga Rania.Di meja makan besar, keluarga kecil itu berkumpul. Boby dan Rita duduk di sisi kepala meja, sementara Cucu, ibu angkat Rania, duduk bersebelahan dengan Bintang yang sibuk menyendokkan bubur ke mulut kecilnya. Rania, mengenakan gaun rumah sederhana berwarna pastel, duduk di sisi lain meja, tampak menikmati secangkir teh hangat.“Mama, tolong minta rotinya,” pinta Bintang dengan suaranya yang riang.Rania tersenyum, mengambil sepotong roti panggang dan menyerahkannya ke tangan kecil putranya. “Pelan-pelan makannya, Sayang. Jangan sampai tumpah lagi, ya.”“Iya, Ma,” jawab Bintang dengan pipi yang sudah menggembung karena bubur.Suasana pagi itu begitu hangat, dipenuhi c

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Berita Yang Mengusik

    Hujan deras mengguyur Bandung sejak semalam, menciptakan suasana dingin dan temaram yang terasa menusuk hingga ke tulang. Di dalam kamar bernuansa krem yang hangat, Rania duduk di tepi ranjang, menggenggam ponselnya dengan wajah terkejut. Portal berita yang terpampang di layar menampilkan sebuah judul yang membuat dadanya berdebar."Pebisnis Ternama Bastian Pramudista Akan Ceraikan Istrinya, Maya Kartika!"Rania membaca ulang judul itu, seolah ingin memastikan bahwa matanya tidak salah menangkap kata-kata yang terpampang di sana. Ia menelusuri artikel tersebut, membacanya perlahan dengan alis berkerut.Keputusan itu tak disangka. Bastian, pria yang dulu pernah mengisi ruang hatinya, kini menjadi pusat perhatian publik karena rencana perceraian ini. Nama Maya disebut-sebut terlibat dalam skandal yang mencoreng reputasi keluarga mereka.“Bastian...” bisik Rania lirih, hampir tidak percaya.Ia meletakkan ponselnya di samping, menarik napas panjang, lalu memandang keluar jendela. Rintik h

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Bulat Bastian

    Sore ini, Bastian duduk di ruang kerjanya dengan ekspresi wajah yang gelap. Di atas mejanya, berkas-berkas yang menjadi bukti nyata perselingkuhan Maya dan penyelewengan dana yang dilakukan bersama Ronal terhampar dengan jelas. Semua bukti telah ia kumpulkan, dari laporan transaksi mencurigakan hingga foto-foto dan pesan-pesan pribadi yang tidak dapat disangkal lagi.Bastian mengepalkan tangannya, mencoba mengendalikan amarah yang bergejolak dalam dadanya. Namun, semakin ia melihat bukti-bukti itu, semakin sulit baginya untuk menahan diri. Pernikahan yang ia jaga dengan segala usahanya ternyata dihancurkan begitu saja oleh orang yang seharusnya menjadi pasangannya.“Cukup sudah,” gumamnya, suaranya penuh dengan kemarahan yang tertahan.Ia mengambil tumpukan dokumen itu, lalu melangkah cepat menuju kamar utama. Pintu kamar didorongnya dengan keras, membuat Maya yang sedang duduk di depan cermin berdandan terkejut.“Bastian?” Maya berbalik, menatap suaminya dengan bingung.Bastian tidak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status