All Chapters of Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder: Chapter 101 - Chapter 110

119 Chapters

Perhatian Dan Banyak Cinta

Pagi itu, suasana rumah Rania tampak lebih hidup. Beberapa tetangga terdekat berdatangan membawa buah tangan—berupa makanan, buah, bahkan beberapa perlengkapan kecil untuk membantu Rania selama masa pemulihannya. Aroma teh hangat dan kudapan yang disuguhkan oleh Cucu memenuhi ruang tamu sederhana itu.Citra dan Icha, yang selama ini membantu menjaga Bintang dan menemani Cucu, juga datang dengan senyum cerah. Citra bahkan membawa sup ayam yang baru saja dimasaknya di rumah.“Mbak Rania harus makan ini. Supnya masih hangat,” ujar Citra sambil menyerahkan mangkuk sup kepada Rania.“Terima kasih, Citra,” ucap Rania dengan senyum lembut. “Aku nggak tahu harus bilang apa. Kalian semua terlalu baik.”“Sudahlah, Mbak,” Icha menimpali. “Mbak itu sudah seperti keluarga kami. Tentu kami peduli.”Rania tersenyum haru, menatap satu per satu wajah yang ada di depannya. Ia tidak menyangka bahwa selama ini ia dikelilingi orang-orang yang begitu perhatian.Salah seorang tetangga, Bu Wati, duduk mendek
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Hadiah Kecil Dari Bastian

Pagi itu, suara mesin mobil berhenti di depan halaman rumah Rania. Dari dalam mobil mungil berwarna putih, Bastian keluar dengan senyum percaya diri. Ia melangkah mendekati pintu rumah, di mana Cucu sudah menyambutnya.“Selamat pagi, Bu Cucu,” sapanya sambil membawa kunci mobil di tangannya.“Pagi, Nak Bastian. Wah, mobil siapa itu? Baru, ya?” tanya Cucu penasaran.Bastian hanya tersenyum. “Iya, Bu. Saya mau kasih kejutan kecil buat Rania.”Cucu tersenyum ramah, meski ia tidak sepenuhnya yakin bagaimana Rania akan menerima “kejutan kecil” itu. Ia mempersilakan Bastian masuk, sementara Rania keluar dari kamarnya setelah mendengar suara tamu.“Selamat pagi, Rania,” sapa Bastian, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Pagi, Bastian. Ada apa pagi-pagi begini?” tanya Rania, alisnya sedikit terangkat karena penasaran.Bastian mengeluarkan kunci mobil dari saku dan menyerahkannya kepada Rania. “Ini untukmu. Aku tahu kamu kehilangan mobilmu, jadi aku belikan mobil ini sebagai pengganti.”Rania
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Menjemput tes DNA

Di ruang pribadi kantor Maya yang dihiasi dengan perabot mewah bernuansa modern, Maya duduk di kursi kulit hitamnya. Tangannya sibuk mengetuk layar ponsel, mencoba menghubungi seseorang. Namun, setiap kali ia mencoba, suara monoton dari operator selalu terdengar: Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.Maya mengernyitkan dahi, menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. “Kemana mereka? Kenapa tidak bisa dihubungi?” gumamnya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.Ia mencoba lagi, tetapi hasilnya sama. Frustrasi mulai menjalari pikirannya. Sudah dua minggu berlalu sejak ia memerintahkan penyekapan itu. Saking sibuknya dengan pekerjaan dan kehidupan sosialnya, ia hampir lupa. Namun, kini bayangan Rania kembali menghantui benaknya.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu. Suara langkah tegas diikuti dengan suara familiar yang menghentikan kegelisahannya.“Ada apa?” tanya Bastian sambil melangkah masuk, alisnya sedikit teran
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Permintaan Bintang

Lembang, kediaman Rania.Rania berdiri di ambang pintu, menatap mobil city car mungil yang sudah dua hari terparkir rapi di garasi rumahnya. Warnanya yang putih bersih tampak kontras dengan dinding garasi yang mulai memudar. Meski mobil itu tampak baru dan layak digunakan, Rania tidak pernah sekalipun mendekatinya sejak ia memindahkannya dari halaman depan.Pikirannya penuh keraguan. Ia bingung harus bagaimana dengan mobil itu. Rasanya tidak mungkin ia mengembalikannya, tapi menerimanya begitu saja juga terasa salah. Sejak kehadiran mobil itu, setiap kali ia memandangnya, perasaan campur aduk selalu muncul—antara rasa terima kasih dan keengganan untuk menerima sesuatu dari Bastian.Cucu, yang sedang duduk di ruang tengah sambil merajut, memperhatikan putrinya dari kejauhan. Ia tahu apa yang ada di pikiran Rania. Sebagai seorang ibu, ia bisa membaca keresahan itu dari gerak-gerik putrinya yang selalu melamun setiap kali melihat mobil tersebut.&ldquo
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Kenyataan Yang Mengejutkan

Pagi yang cerah di Cimahi seakan menjadi saksi dari momen penting dalam hidup Rita dan Boby. Mereka duduk berdua di hadapan dokter Rini, perasaan campur aduk memenuhi hati mereka. Ketegangan, harapan, dan ketakutan bercampur menjadi satu. Ketika dokter menyerahkan amplop itu, jantung Rita seakan berhenti berdetak sejenak. Tangannya gemetar saat meraih amplop putih yang terasa begitu berat, seolah berisi seluruh jawaban dari pencariannya selama bertahun-tahun.“Silakan dibuka, Bu Rita,” ujar dokter Rini dengan senyum hangat yang berusaha menenangkan.Rita menoleh ke arah Boby yang duduk di sampingnya. Tatapan pria itu penuh dukungan, meski matanya juga tidak mampu menyembunyikan kecemasannya. Dengan napas yang ditahan, Rita membuka amplop itu perlahan, menarik keluar selembar kertas dengan tulisan formal yang memenuhi halaman.Matanya langsung bergerak cepat membaca isi surat itu. Hanya butuh beberapa detik hingga kata-kata "99,99% kecocokan biologis" tertangkap oleh pandangannya. Tang
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Membeli Semuanya Untuk Rania

Setibanya di kota Bandung, Rita meminta sang sopir untuk mampir di salah satu mall besar di sana. Rita memandang megahnya bangunan dengan perasaan penuh semangat. Ia menggenggam tangan Boby erat, lalu melangkah masuk ke dalam mall bersama sang sopir pribadi yang setia mengikuti mereka dari belakang.Tanpa membuang waktu, Rita mengarahkan langkah menuju toko mainan terbesar di mall tersebut. “Mas, lihat boneka itu! Lucu sekali untuk Bintang, ya?” ujarnya sambil menunjuk sebuah boneka beruang besar dengan mata berbinar. Boby hanya tersenyum dan mengangguk, menikmati antusiasme istrinya.Tak hanya boneka, Rita membeli aneka mainan lainnya. Mobil-mobilan, puzzle edukasi, dan balok kayu berwarna-warni. “Bintang pasti suka ini,” kata Rita sambil memeluk satu set mainan dokter-dokteran.Setelah puas di toko mainan, mereka melanjutkan perjalanan ke toko pakaian. Rita memilihkan pakaian-pakaian lucu untuk Bintang, lalu mengambil beberapa setel pakaian hangat dan kasual untuk Rania dan Cucu. “M
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Ketegangan Di Ruang Tamu

Sore itu di Lembang, suasana terasa hangat meski angin sejuk khas pegunungan tetap berhembus lembut. Matahari memancarkan sinar terang, menciptakan kilauan di atas dedaunan yang basah oleh embun pagi. Di depan sebuah rumah sederhana, mobil SUV putih berhenti perlahan. Warna catnya yang masih berkilauan mencerminkan betapa kendaraan itu sangat terawat.Cucu, yang sedang menyapu halaman dengan sapu lidi, menghentikan gerakannya. Matanya sedikit menyipit menatap ke arah mobil yang baru saja berhenti. Ia memperhatikan seorang wanita anggun keluar dari kursi penumpang diikuti oleh seorang pria tegap yang menyusul dari sisi pengemudi.“Bu Rita?” sapa Cucu dengan nada ragu, namun ramah.Rita tersenyum lebar, melangkah mendekati Cucu dengan penuh kehangatan. “Ibu Cucu, apa kabar? Kami datang untuk berkunjung. Maaf mengganggu waktunya.”Cucu tersenyum tulus, sedikit tertegun melihat keduanya datang secara mendadak. “Tidak mengganggu,
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Rania Belum Bisa Menerima

Rania masih terpaku, ia membeku. Keningnya mengernyit, sementara Cucu mulai membuang muka. Ia terlihat sangat gelisah.“Apa maksud Ibu?” Rania akhirnya bersuara, suaranya pelan dan terdengar tidak yakin. “Saya tidak mengerti...”Boby, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Rania, atau lebih tepatnya, Clarissa... kami sudah melakukan tes DNA. Hasilnya menunjukkan 99,99% kecocokan. Kamu adalah anak biologis kami.”Cucu menggenggam tangan Rania dengan erat, mencoba menenangkan wanita itu yang kini terlihat gemetar. “Rania... apa yang mereka katakan ini...”Rania berdiri tiba-tiba, wajahnya penuh kebingungan dan emosi. “Ini tidak mungkin... Saya... saya tidak tahu apa yang kalian bicarakan...”“Sayang, kami tahu ini sulit diterima,” ujar Rita, berdiri dan mencoba mendekati Rania. “Tapi kami punya bukti. Semua ini benar. Kamu adalah Clarissa, putri kami yang hilang sejak kecil.”Rania melangkah mundur, air matanya mulai mengalir. “Tidak... ini tidak mungkin... Saya hanya Rania, buk
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Hadiah Yang Terlalu Banyak

Di ruang tamu yang sederhana itu, suasana hening kembali menyelimuti setelah momen haru yang baru saja terjadi. Cucu masih duduk menemani Rita dan Boby, sementara Rania memilih masuk ke kamarnya sejenak untuk menenangkan diri.Boby menghela napas panjang, lalu dengan nada rendah penuh rasa hormat, ia membuka percakapan. “Bu Cucu, kami benar-benar berterima kasih atas semua yang Ibu lakukan untuk Clarissa, untuk putri kami. Kalau bukan karena Ibu, saya tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Kami sangat bersyukur.”Cucu mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia menunduk, lalu dengan suara lirih berkata, “Saya senang Rania akhirnya menemukan kembali keluarga kandungnya. Tapi...” Ia terdiam sejenak, menahan isak yang mulai menyeruak, “saya takut kehilangan dia dan Bintang.”Kata-kata itu membuat hati Rita dan Boby tersentuh. Rita segera menggenggam tangan Cucu, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Bu Cucu, tolong jangan berpikir seperti
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Tidak Bisa Tanpamu

Malam yang cerah itu menghadirkan suasana hangat di restoran mewah yang berhiaskan lampu-lampu temaram. Meskipun udara Lembang tetap dingin menusuk, kehangatan keluarga yang kini berkumpul membuat malam itu terasa berbeda.Di meja bundar besar, Rania duduk di samping Cucu, sementara Boby dan Rita duduk berseberangan dengan mereka. Di samping Rania, Bintang tampak asyik dengan mainannya, duduk di kursi khusus bayi yang sengaja disiapkan oleh pihak restoran. Meja mereka dipenuhi berbagai hidangan mewah—dari steak daging sapi premium hingga makanan khas Indonesia yang diolah dengan sentuhan elegan.Rita tersenyum hangat sambil memandang Rania, lalu ia membuka percakapan. “Rania, malam ini kami hanya ingin merayakan momen indah ini. Momen di mana keluarga kita akhirnya bisa berkumpul kembali setelah sekian lama terpisah. Rasanya seperti mimpi.”Rania mengangguk pelan, masih berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan baru ini. “Terima kasih, Bu... untuk semuanya,” ujarnya dengan nada pela
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status