Semua Bab Pesona Istri yang Dikhianati: Bab 31 - Bab 40

48 Bab

Sentuh aku, ayolah ...

Kaisar terbangun dari tidurnya ketika merasakan pelukan erat dari Aluna. Ia semula mengira wanita itu masih tertidur, tapi detik berikutnya, ia merasakan sesuatu yang membuat tubuhnya kembali tegang. Saat itu, Aluna membuka matanya, menatap Kaisar dengan senyuman yang menggoda. “Sentuh aku, Kaisar. Ayolah…” bisik Aluna, suaranya lembut, namun penuh dengan keberanian yang tidak biasa. Kaisar terdiam, matanya membulat. “Aluna… Apa kau sadar apa yang sedang kau katakan?” tanyanya dengan nada penuh keraguan, meskipun di dalam dirinya, dorongan itu semakin sulit untuk dilawan. Aluna tidak menjawab langsung. Ia malah mendekat, menyentuh wajah Kaisar dengan jemarinya yang gemetar. “Aku sadar, Kaisar. Aku tahu apa yang aku mau… dan aku mau kamu.” Kaisar menarik napas tajam. Hati kecilnya mencoba melawan, tapi tubuhnya sudah bereaksi lebih dulu. Sebelum ia sempat memikirkan apa pun lagi, ia menunduk, mengecup bibir Aluna dengan lembut. Awalnya ciuman itu penuh kehati-hatian, seolah K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Mandi pagi buta?

Aluna menggerakkan tubuhnya perlahan, matanya masih setengah terpejam. Ia meraba sisi tempat tidur yang kosong dan menyadari Kaisar tidak ada di sana. Setelah beberapa detik, ia mendengar suara air dari kamar mandi. “Pagi-pagi sudah mandi?” gumam Aluna pelan sambil meregangkan tubuhnya. Ia menatap langit-langit, pikirannya kosong sejenak sebelum perlahan terisi kembali dengan kenyataan hidupnya. Rumah Betran, Veronica, Kania, dan segala beban yang ia tanggung. Namun, kehadiran Kaisar memberinya sedikit kelegaan, meskipun ia tahu itu hanya sementara. Beberapa menit kemudian, Kaisar keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk yang melingkar di pinggangnya. Aluna yang sudah setengah bangun menoleh dan tersenyum lemah. "Kau bangun lebih awal," komentarnya. Kaisar tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa canggungnya. "Ya, karena semalam tidak bisa tidur nyenyak.""Kenapa?" tanya Aluna, suaranya penuh keingintahuan. "Hanya... mimpi aneh," jawab Kaisar sambil menghin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Sebentar lagi, Aluna

Kaisar mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali melirik ke arah Aluna yang duduk di sampingnya. Wanita itu terlihat memandang jalan dengan tatapan kosong, pikirannya jelas sedang melayang entah ke mana. Kaisar ingin berbicara, tapi ia memilih untuk tetap diam, takut mengganggu pikiran Aluna yang tampaknya sedang berat. "Aluna," akhirnya Kaisar membuka suara ketika mereka hampir sampai di depan rumah Betran. "Kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi aku," ucap Kaisar. Aluna menoleh, tersenyum tipis. "Tentu, Kaisar. Aku pasti akan hubungi kamu."Kaisar menghentikan mobil beberapa meter dari gerbang rumah, memastikan tidak ada yang melihat mereka. "Kau yakin tidak mau aku antar sampai dalam?"Aluna menggeleng. "Tidak perlu. Kalau ada yang melihat, bisa jadi masalah besar. Aku akan masuk lewat pintu samping. Kania dan Betran belum pulang, jadi aman."Kaisar menghela napas, masih merasa berat untuk melepaskannya kembali ke rumah itu. "Baiklah, tapi hati-hati. Aku tidak suka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Strategi

Di rumah sakit, Betran masuk ke kamar rawat Veronica dengan langkah tergesa. Wajahnya terlihat gelap, pikirannya jelas tidak fokus. Veronica, yang sedang duduk di ranjang sambil membaca majalah, langsung menoleh ketika mendengar pintu terbuka. "Akhirnya kau datang," kata Veronica, memasang senyum lemah. "Kau sibuk sekali, ya?" "Sibuk, tentu saja," jawab Betran singkat. Ia meletakkan tas kecil berisi makanan yang dibawanya di meja samping tempat tidur. "Bagaimana kondisimu? Sudah siap pulang?" Veronica mengangguk pelan. "Dokter bilang aku bisa pulang hari ini, tapi tetap harus banyak istirahat di rumah." Betran tidak menanggapi, matanya sibuk memeriksa ponselnya. Veronica mengerutkan kening. "Kau tidak mendengarku, kan? Ada apa sebenarnya, Betran? Sejak tadi wajahmu seperti orang yang sedang memikirkan perang besar." Betran menghela napas panjang, akhirnya duduk di kursi di samping ranjang. "Tuan Louis sudah berkhianat," ujarnya dengan nada tajam. "Dia memilih bekerja sama d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Nona Chandra

Keesokan paginya, Aluna bangun lebih awal dari biasanya. Ia memastikan semua pekerjaan rumah sudah selesai sebelum berbicara dengan Kania di ruang makan. “Mom, hari ini aku ingin izin keluar sebentar,” kata Aluna sopan sambil menuangkan teh untuk Kania. Kania melirik sekilas. “Untuk apa? Kau tahu Betran tidak suka kau sering keluar rumah tanpa alasan yang jelas.”“Aku ingin memeriksakan kehamilanku, Mom. Sudah beberapa hari ini aku merasa sedikit tidak nyaman,” jawab Aluna, sengaja memanfaatkan alasan yang akan sulit dibantah. Kania meletakkan cangkirnya. “Baiklah, tapi pastikan kau tidak berlama-lama di luar. Semua pekerjaan rumah sudah beres, kan?”“Sudah, Mom. Semuanya sudah beres.” “Kalau begitu, pergi saja. Tapi ingat, jangan membuat masalah,” kata Kania sambil melambaikan tangannya seolah ingin mengakhiri percakapan. Aluna mengangguk hormat, lalu segera ke luar dan masuk ke dalam taksi. Di sana, ia mengganti penampilannya. Rambut yang biasanya digerai sederhana kini diikat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Aluna....

Aluna masih berada di ruang kerja Kaisar, mengumpulkan kembali dokumen-dokumen yang tadi sempat ia presentasikan dalam pertemuan dengan Tuan Louis. Kaisar berdiri tak jauh darinya, memperhatikan setiap gerakannya dengan intensitas yang sulit diabaikan. “Aluna,” panggil Kaisar perlahan. “Ya?” Aluna menoleh, tetapi tangannya tetap sibuk membereskan dokumen. Kaisar tidak menjawab. Ia berjalan mendekat, mengambil alih dokumen di tangan Aluna dan meletakkannya di meja. “Kaisar, apa yang—” “Sshh,” Kaisar memotong. “Sebentar saja, biarkan aku melihatmu lebih dekat.” Aluna mendadak terdiam. Tatapan Kaisar begitu dalam, dan ia tidak bisa menghindari rasa gugup yang perlahan merayap. Tanpa sadar, jarak di antara mereka semakin dekat. Kaisar mengangkat tangannya, menyentuh wajah Aluna dengan lembut. “Kau tahu,” katanya dengan suara rendah, “setiap kali aku melihatmu seperti ini, aku selalu merasa sulit untuk menahan diri.”Aluna terdiam. Ia merasakan jemari Kaisar menyentuh lembut rambutn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bukah benalu

Saat Aluna baru saja melangkah masuk ke rumah, ia disambut oleh suara Kania yang tajam dari ruang makan. "Aluna, ke sini sekarang!" perintah Kania tanpa memberi jeda untuk Aluna bernapas setelah perjalanan panjang. Aluna melepaskan sepatu dengan cepat, mengatur napasnya, lalu berjalan menuju ruang makan. Ia menemukan Kania sedang berdiri dengan tangan terlipat di depan dada, ekspresi wajahnya dingin seperti biasanya. Veronica duduk santai di kursi, memainkan ponselnya tanpa menoleh. "Ya, Mom?" Aluna mencoba tersenyum meskipun badannya masih lelah. "Siapkan salad buah untuk Veronica. Cepat. Jangan banyak alasan," kata Kania, nadanya seperti biasa, penuh perintah. "Baik, Mom." Aluna menuju dapur tanpa banyak kata. Ia segera mulai memotong buah-buahan segar, mencampurkannya dengan saus krim yang ia buat sendiri. Pikirannya melayang sejenak, mengingat kejadian di mansion Kaisar tadi. Namun ia buru-buru kembali fokus, takut jika hasilnya tidak memuaskan, Kania akan semakin marah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Hanya Kaisar

Betran melangkah masuk ke rumah dengan langkah tegap, wajahnya terlihat lelah setelah seharian bekerja. Veronica yang sudah mendengar suara mobilnya sejak tadi, langsung bergegas ke pintu depan. Begitu Betran melewati ambang pintu, Veronica menyambutnya dengan senyum lebar dan langsung meraih wajahnya untuk memberinya ciuman di bibir. "Aku rindu sekali padamu," ujar Veronica manja sambil tetap menempel di tubuh suaminya. Betran tersenyum tipis, tangannya melingkari pinggang Veronica. "Aku juga. Bagaimana harimu di rumah?" "Tidak terlalu buruk, meskipun aku bosan setengah mati," balas Veronica sambil tersenyum kecil, suaranya seperti mengeluh. Di sudut ruangan, Aluna sedang mengelap meja ruang tamu. Pekerjaannya terhenti sejenak saat melihat adegan itu. Matanya memandang dingin, meskipun ia mencoba untuk tidak bereaksi berlebihan. Dalam hatinya, ada perasaan jijik bercampur getir, tetapi ia tahu lebih baik untuk tidak menunjukkan apa pun. "Aluna," panggil Betran tiba-tiba den
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Keputusan Aluna

Beberapa hari kemudian. Betran, Veronica, dan Kania sudah bersiap meninggalkan rumah. Veronica tampak anggun dengan dress pastel yang mahal, sementara Betran mengenakan jas formal. Kania, seperti biasanya, melontarkan perintah-perintah seenaknya kepada Aluna. “Aluna! Jangan lupa, tanaman Veronica harus disiram, ya,” katanya dengan nada tajam. Aluna mengangguk pelan. “Iya, Mom.” Veronica yang sedang berdiri di dekat pintu menoleh dengan ekspresi dingin. “Dan satu lagi, Aluna. Kalau ada orang asing yang datang, langsung usir. Jangan biarkan siapa pun masuk, paham?” “Iya, aku paham.” Betran melirik Aluna sekilas, lalu menambahkan dengan nada dingin, “Jangan sampai ada masalah selama kami pergi. Kalau ada yang salah, kau tahu apa akibatnya.” Aluna menunduk, menelan semua ucapan itu dalam diam. “Aku mengerti, Mas.” Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam mobil, meninggalkan Aluna sendirian di rumah yang sekarang terasa lebih lapang. Ia berdiri di depan pintu, memandangi kenda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Jangan Nambah Dosa

Aluna baru saja menutup pintu ketika ketukan keras kembali terdengar. Jantungnya berdebar. Siapa lagi yang datang malam-malam begini? Ia membuka pintu perlahan, dan di sana, berdiri Kaisar. Wajahnya terlihat serius, namun ada tatapan yang sulit dijelaskan. “Kaisar? Kenapa kau kembali?” Aluna bertanya, suaranya bergetar. Kaisar tidak menjawab. Ia melangkah masuk tanpa izin, menutup pintu di belakangnya. Sebelum Aluna sempat berkata apa-apa, lelaki itu menariknya ke dalam pelukan yang erat. “Aku tidak bisa pergi,” bisik Kaisar di telinganya. “Aku tidak ingin meninggalkanmu malam ini.” Aluna mencoba meronta, meski tubuhnya lemas karena dekapan itu. “Kaisar, kau tidak bisa terus seperti ini. Kalau Betran tahu…” “Aku tidak peduli,” potong Kaisar. Tangannya menguat di pinggang Aluna, matanya menatap lurus ke dalam mata perempuan itu. “Yang kupedulikan sekarang hanya kau.” Sebelum Aluna sempat membalas, Kaisar mengangkat tubuhnya dengan mudah. “Kaisar! Apa yang kau lakukan?” Al
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status