Home / Romansa / Pesona Istri yang Dikhianati / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pesona Istri yang Dikhianati: Chapter 21 - Chapter 30

48 Chapters

Tidak salah pilih orang

Kaisar segera menghubungi Aluna, Tak lama kemudian, ia mengangkat ponselnya dan menghubungi seseorang. Ketika panggilannya dijawab, suara lembut namun lelah Aluna terdengar di seberang. “Kaisar, kenapa menelepon pagi-pagi begini?” tanya Aluna, suaranya terdengar kesal, tapi sebenarnya dia senang ditelepon oleh Kaisar. “Aku perlu bertemu denganmu hari ini,” jawab Kaisar, tegas. “Tuan Louis ingin bertemu denganku untuk membahas kerja sama dengan perusahaan Chandra.”Aluna terdiam beberapa saat. Ia tahu betapa seriusnya permintaan itu. Kaisar bukan hanya seorang pria biasa dalam hidupnya, ia adalah pewaris kepercayaan dari almarhum Kakek Chandra, sosok yang begitu penting dalam sejarah keluarganya. Namun, Kaisar memilih menyembunyikan identitasnya dari dunia luar, seperti halnya ia sendiri.“Apa yang akan kita bahas?” Aluna akhirnya bertanya, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang.“Ini tentang langkah selanjutnya dalam renca
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Siapa pun kau, bersiaplah!

Aluna sampai di rumah dengan tangan penuh membawa kantong-kantong buah yang diminta Veronica dan Kania. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah tenang, mencoba menyembunyikan kejengkelannya setelah menghabiskan waktu berharga bertemu Kaisar hanya untuk pulang dan melayani keluarga ini.“Buahnya mana?” suara Veronica terdengar dari ruang tengah. Aluna mendekat dan meletakkan kantong-kantong di meja. “Semua ada di sini, Veronica. Apel hijau, anggur merah, dan semangka. Jangan khawatir, aku tidak lupa.”Veronica melirik kantong itu dengan ekspresi angkuh. “Baguslah. Kalau sampai ada yang kurang, kau tahu sendiri apa yang akan Mommy Kania katakan.”“Sudah cukup, Veronica,” sela Kania yang baru saja datang dari dapur. “Aluna, kamar utamaku berantakan sekali. Aku mau kau bereskan sekarang. Itu kamarku dan suamiku, jadi jangan asal-asalan.” Perintah Veronica. Aluna tertegun sejenak, matanya melebar. “Kamar utama?”“Ya, kamar itu,” potong Veronica tanpa rasa bersalah. “Semalam dan tadi pagi
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Rencana Aluna dan Kaisar

Betran duduk di sofa, mencoba meredakan emosinya setelah Veronica menawarkan solusi. “Kamu benar-benar mau aku gunakan dana dari perusahaan Martin?” tanyanya sambil menatap Veronica dengan ragu. “Tentu saja, Sayang,” jawab Veronica lembut, menepuk bahunya. “Itu juga untuk kebaikan kita bersama, kan? Lagipula, siapa lagi yang bisa kau andalkan kalau bukan aku?” Betran menghela napas panjang. “Aku hanya khawatir jika nanti ada masalah di perusahaan Martin. Itu kan milikmu. Jangan sampai kita malah kehilangan dua-duanya.” Veronica tersenyum kecil, meletakkan cangkir tehnya di meja. “Betran, perusahaan Martin sedang dalam kondisi stabil. Aku selalu memastikan semua berjalan lancar, meskipun kau yang mengelolanya. Jadi jangan khawatir. Ambil dana itu untuk sementara waktu. Aku percaya padamu.” Betran akhirnya mengangguk. “Baiklah. Aku akan atur ini dengan kepala keuangan besok.” Veronica berdiri, menyentuh pipi Betran dengan lembut. “Aku tahu kau stres, Sayang, tapi jangan terlalu ke
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Strategi

Beberapa hari kemudianDi sebuah kafe kecil di pinggiran kota, Kaisar duduk dengan salah satu orang kepercayaannya, seorang pria berkacamata dengan penampilan rapi bernama Aldo. Di depannya, layar laptop terbuka memperlihatkan data keuangan perusahaan Martin yang baru saja diakses. Kaisar menatap Aldo dengan pandangan tajam. "Aldo, ini saatnya kita buat langkah besar," ucap Kaisar tegas. Aldo mengangguk, jarinya mengetik cepat di keyboard. "Semua data sudah siap. Kalau kita mulai mengalihkan transaksi ke rekening yang aku siapkan, dampaknya akan mulai terasa dalam dua minggu. Tapi ini baru tahap pertama. Apa selanjutnya?" Kaisar melipat tangannya di meja, berpikir sejenak sebelum menjawab. "Tahap selanjutnya adalah memastikan perusahaan itu kehilangan konsumen. Kita harus buat produk mereka terlihat buruk di pasaran. Ada cara untuk merusak citra mereka tanpa menimbulkan kecurigaan?" Aldo tersenyum kecil, seolah pertanyaan itu sudah lama ia nantikan. "Ada, Tuan. Kita bisa sebarkan
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Keram perut

Pukul tujuh malam.Di ruang tamu, Veronica duduk memegangi perutnya yang terasa sedikit kram. Awalnya, ia mengira itu hanya efek kelelahan akibat stres belakangan ini. Namun, rasa sakitnya semakin kuat. Tangannya mencengkeram ujung sofa sambil mengerang pelan. "Ah… Betran!" panggilnya dengan suara yang bergetar. Betran, yang berada di dapur, langsung berlari ke ruang tamu. Ia melihat wajah Veronica pucat, napasnya tersengal-sengal, dan tangannya mencengkeram perut. “Veronica, apa yang terjadi?” tanyanya panik, berlutut di sampingnya. “Kram... perutku sakit sekali!” Veronica menjerit, suaranya histeris. Ia mencengkeram lengan Betran dengan kuat. Tanpa membuang waktu, Betran segera mengangkat tubuh Veronica. “Kita ke rumah sakit sekarang!” katanya tegas. Veronica hanya bisa menangis kesakitan. Tangannya terus memegang perut, sementara tubuhnya gemetar. Aluna berdiri di dekat tangga, menyaksikan pemandangan itu dari kejauhan. Ia menyunggingkan senyum sinis, tidak mampu menahan
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Memainkan peran

Esok harinya, Veronica masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tubuhnya terasa lemas, dan wajahnya masih pucat. Di sisinya, Kania duduk di kursi dengan raut wajah tegang. Ia menggenggam tangan Veronica dengan erat, seolah mencoba memberikan kekuatan kepada menantunya. “Bagaimana keadaan sekarang, Veronica?” tanya Kania lembut, memecah keheningan. Veronica mengangguk pelan. “Sedikit lebih baik, Mommy. Tapi aku masih merasa sangat lelah.” “Itu wajar,” jawab Kania. “Kau harus benar-benar istirahat. Jangan pikirkan apa pun selain kesehatanmu dan bayi ini.” Mendadak, pintu kamar terbuka. Betran masuk dengan wajah yang jelas menunjukkan tekanan. Ia melangkah mendekat dan mencium kening Veronica. “Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanyanya, mencoba terdengar lembut meskipun pikirannya sedang kacau. Veronica menatapnya dengan sorot khawatir. “Lebih baik, tapi kenapa wajahmu terlihat kusut? Apa ada masalah lagi di kantor?” Betran menggeleng cepat, meskipun jelas itu bukan jawab
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Tidak peduli

Aluna baru saja melangkah masuk ke dalam rumah, masih dengan wajah tenang setelah kembali dari pertemuan singkatnya dengan Kaisar. Namun, ketenangannya langsung buyar ketika Kania berdiri di ruang tamu dengan mata berkilat marah. “Aluna!” teriak Kania, menghampirinya dengan langkah cepat. Sebelum Aluna sempat berkata apa-apa, Kania langsung menarik rambutnya dengan kasar, membuatnya menjerit kecil. “Beraninya kau keluyuran tanpa izin dariku? Apa kau pikir kau bisa melakukan apa saja di rumah ini?” bentak Kania dengan suara penuh kemarahan. Aluna terhuyung ke belakang, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Kania. “Mommy, lepaskan! Sakit!” serunya panik. Namun, Kania tidak melepaskan pegangan tangannya. “Sakit? Kau pikir Veronica tidak sakit? Dia di rumah sakit sekarang, sedang berjuang demi anaknya, dan kau malah keluar seenaknya!” Aluna akhirnya berhasil menarik diri. Rambutnya kusut, dan napasnya tersengal. Ia memandang Kania dengan wajah terkejut dan bingung. “Mommy, ak
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Lancang sekali

Aluna membuka pintu kamarnya dengan langkah lelah, berharap bisa beristirahat sejenak dari ketegangan yang terus-menerus membebaninya. Namun, ketika pintu itu terbuka, matanya langsung tertuju pada sosok yang membuatnya terkejut setengah mati. Kaisar. Pria itu sedang berdiri di dekat jendela kamar, tampak begitu tenang seolah berada di tempat yang benar-benar nyaman. Aluna menutup pintu kamar dengan terburu-buru, matanya membelalak. “Kaisar? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya, suaranya nyaris serak. Kaisar menoleh, senyum tipis di wajahnya. “Kau terlihat sangat lelah, Aluna. Sepertinya, kamu butuh bantuan.” Aluna langsung merasa ketegangan di tubuhnya semakin meningkat. “Kamu berani sekali masuk ke kamarku tanpa izin! Kalau ada yang tahu—” Namun, sebelum Aluna bisa melanjutkan omelannya, Kaisar sudah mendekat dan dengan cepat mengangkatnya, menggendongnya dalam pelukan yang kuat. “Apa yang kamu lakukan?” Aluna protes, tubuhnya terkejut. “Kaisar, turunkan aku! Janga
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Aku akan di sini

Setelah beberapa menit perjalanan, mobil berhenti di rumah sakit yang tidak jauh dari kota, sebuah rumah sakit swasta yang jauh lebih tenang dan tidak terlalu ramai. Kaisar menoleh kepada Aluna yang masih terdiam di sampingnya, wajahnya sedikit pucat dan matanya terlihat lelah. “Kita sudah sampai,” kata Kaisar, nada suaranya lembut namun penuh perhatian. “Sekarang, kita pastikan kamu diperiksa. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.” Aluna mengangguk pelan, meskipun masih merasa ada yang janggal dengan seluruh situasi ini. Kaisar membantu Aluna keluar dari mobil dan memimpin jalan menuju ruang pemeriksaan. Begitu mereka sampai di ruang tunggu, seorang perawat menghampiri mereka dengan senyuman ramah. “Ada yang bisa kami bantu, Tuan dan Nyonya?” “Dia butuh pemeriksaan,” jawab Kaisar singkat, menunjuk ke arah Aluna. “Tolong beri perhatian lebih pada pasien ini.” Perawat itu mengangguk dan memberi isyarat agar Aluna duduk di ruang tunggu sementara ia menyiapkan peralatan. Kaisa
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Aku tidak bisa

Malam itu di kamar yang temaram, Kaisar berusaha memejamkan mata sambil memeluk Aluna erat. Ia tahu situasi ini sudah terlalu jauh, tapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Kaisar tidak ingin melepaskan sesuatu yang membuatnya merasa utuh. Namun, keheningan itu pecah ketika tangan Aluna, yang setengah sadar, tanpa sengaja menyentuh bagian tubuh Kaisar yang sudah sejak tadi mencoba ia kendalikan. Kaisar tersentak, tubuhnya menegang seketika. Ia menatap wajah Aluna, yang tampak tenang dalam tidurnya. Napasnya menjadi berat, pikirannya mulai dipenuhi oleh dorongan yang sulit ia kendalikan. “Aluna…” bisiknya pelan, mencoba membangunkan dirinya dari godaan itu. Tapi Aluna hanya bergerak sedikit, masih berada di ambang kesadaran. Kaisar menarik napas panjang, berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Ia menggenggam pergelangan tangan Aluna dengan lembut, memindahkannya dari tempat yang membuatnya hampir kehilangan kendali. “Tidak, aku tidak bisa,” gumamnya dengan suara serak. Ia m
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status