Semua Bab Pesona Istri yang Dikhianati: Bab 51 - Bab 60

110 Bab

Undangan

Malam itu, rumah keluarga Betran terasa sedikit berbeda. Suara bel pintu yang nyaring memecah keheningan. Aluna yang sedang mencuci piring segera mengeringkan tangannya dan bergegas ke depan untuk membuka pintu. Seorang pria berpakaian rapi berdiri di sana dengan sebuah amplop elegan di tangannya. “Selamat malam. Ini ada undangan untuk keluarga Betran,” katanya sambil tersenyum sopan. Aluna mengangguk kecil dan mengambil undangan itu. “Terima kasih, Pak.” Setelah pria itu pergi, Aluna menutup pintu dan melangkah perlahan ke ruang tamu, di mana Kania dan Veronica sedang duduk. Betran baru saja keluar dari ruang kerjanya dengan wajah kusut. “Apa itu?” tanya Veronica sambil menatap amplop di tangan Aluna. “Undangan. Tadi ada tamu yang mengantar,” jawab Aluna, menyerahkan amplop itu kepada Kania. Kania membuka amplop tersebut dengan ekspresi penasaran. Ia mengeluarkan kartu undangan berwarna hitam dengan aksen emas, tampak sangat mewah. Matanya membesar saat membaca isi undang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

Nona Muda

Ketika Veronica, Betran, dan Kania sudah berangkat lebih dulu, rumah terasa sepi. Aluna berdiri di depan cermin kamar kecilnya, memandang bayangannya. Malam ini adalah malam besar. Semuanya akan berubah. Ia menarik napas panjang, memastikan dirinya tetap tenang. Ponselnya tiba-tiba bergetar. Nama Kaisar muncul di layar. Ia segera menjawab. “Kamu sudah siap, sayang?” Suara Kaisar terdengar dalam dan lembut di seberang. “Sudah,” jawab Aluna singkat, tapi penuh keyakinan. “Bagus,” kata Kaisar. “Sebentar lagi mereka akan sampai. Jangan gugup. Malam ini adalah pembalasanmu. Semua yang sudah mereka lakukan padamu akan terbalas.” “Terima kasih, Kaisar. Tanpa kamu, aku mungkin masih terjebak di neraka itu,” balas Aluna, suaranya terdengar penuh emosi. “Lupakan itu. Malam ini kamu akan berdiri sebagai dirimu yang sebenarnya. Ingat, aku menunggumu di acara itu.” Aluna mengangguk, meskipun Kaisar tidak bisa melihatnya. “Aku akan segera ke sana.” Tak lama setelah telepon ditutup,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Siapa Pemilik Perusahaan Chandra?

Ruang utama gedung mulai dipenuhi tamu-tamu terhormat dari berbagai perusahaan besar. Para pengusaha tampak berbincang satu sama lain, sebagian membicarakan bisnis, sebagian lagi sibuk berspekulasi. Siapa sebenarnya CEO perusahaan Chandra? Sosok misterius yang mampu menguasai pasar Indonesia dan menjadikan perusahaan itu nomor satu, bahkan secara global.Kaisar Amartha berdiri tenang di salah satu sudut ruangan. Matanya sesekali mengawasi situasi, tapi ia tetap membisu, tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Beberapa pengusaha besar mencoba menghampirinya untuk berbasa-basi, namun ia hanya menanggapi seadanya. Kaisar tahu, perhatian malam ini bukan untuknya, melainkan untuk Aluna.Sementara itu, Aluna masuk ke ruang utama dengan langkah anggun. Gaun hitam panjang yang ia kenakan, dipadukan dengan kalung berlian, membuatnya terlihat memukau. Namun, saat Betran, Veronica, dan Kania melihatnya, mereka langsung menunjukkan reaksi yang berbeda.Veronica menatap Aluna dengan tatapan penuh kebe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Tidak Mungkin

"Tidak mungkin dia!" Veronica hampir berteriak, suaranya bergema di aula yang sempat hening setelah pengumuman tadi. Wajahnya merah padam, matanya membelalak ke arah panggung tempat Aluna berdiri. "Itu bohong, ini pasti lelucon murahan!"Betran yang duduk di samping Veronica hanya bisa menggeleng pelan, meskipun wajahnya sama terkejutnya. "Nggak mungkin... Aluna? Pemilik Chandra Grup? Tidak masuk akal. Dia cuma—" Betran menahan kata-katanya, terlalu bingung untuk melanjutkan.Kania, yang biasanya dingin dan penuh wibawa, tampak kehilangan kendali. "Ini pasti ada kesalahan! Mana mungkin seorang perempuan seperti dia—pembantu rendahan yang kita angkat dari jalanan—bisa memiliki perusahaan sebesar itu?! Apa dia sedang bermain sandiwara?!"Di atas panggung, Aluna hanya berdiri tenang, memandang ketiganya dengan senyum miris yang menyimpan begitu banyak emosi. Kaisar, yang berdiri di sisinya, hanya mengangguk kecil, memberinya isyarat untuk tetap tenang.Aluna membawa mikrofon ke bibirnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Kamu istriku

“Kalian harus tahu, Aluna masih istriku!” teriak Betran, suaranya menggema di aula yang penuh dengan para tamu. Semua mata langsung tertuju pada Betran, yang berdiri dengan wajah memerah, entah karena malu, marah, atau putus asa. Aluna, yang sudah hampir mencapai pintu keluar, berhenti melangkah. Dia menoleh perlahan, senyum tipis menghiasi wajahnya. Sorot matanya tajam, seperti pedang yang siap menembus siapa saja yang berani mendekat. “Ya, Tuan Betran,” jawabnya dengan nada dingin, “Tapi sekarang aku adalah mantan istrimu.” Ruangan menjadi hening. Tamu-tamu mulai berbisik-bisik, mencoba mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajah Betran semakin tegang, tapi dia tidak mau menyerah. “Aluna, dengar aku,” katanya dengan nada yang lebih rendah, tapi tetap penuh tekanan. “Kita belum resmi bercerai. Anak itu... anak yang kau kandung... dia tetap anakku!” Senyum Aluna semakin tipis, nyaris penuh ejekan. “Betul,” balasnya santai. “Anak ini memang anakmu. Tapi setelah dia lahir, kit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Ssh...

Di dalam mobil yang melaju dengan tenang di bawah gemerlap lampu kota, suasana terasa begitu hangat di dalam kabin. Kaisar memeluk Aluna erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi. Tubuh Aluna terasa nyaman dalam pelukan pria itu, membuatnya merasa aman, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Kaisar menatap Aluna dalam-dalam. “Aku tahu ini perjalanan panjang,” katanya lembut. “Aku akan terus sabar menunggu, sampai kau benar-benar menjadi milikku sepenuhnya. Aku tidak akan terburu-buru.”Aluna menunduk, senyumnya mengembang pelan. Ada rasa hangat yang menjalari hatinya, mendengar janji tulus dari pria yang telah menjadi tempatnya bersandar. Ia tidak menjawab, hanya mengangguk kecil. Namun, senyum di bibirnya sudah cukup menjelaskan perasaannya.Melihat senyum itu, Kaisar tidak bisa lagi menahan diri. Dengan lembut, tangannya mengangkat dagu Aluna, membuat mata mereka bertemu. “Aku mencintaimu, Aluna,” bisiknya, sebelum bibirnya mendekat.Tanpa peduli bahwa di kursi depan asistenny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Jangan ceraikan aku

Di ruang tamu rumah Betran, suasana tegang terasa. Kania duduk di sofa dengan ekspresi penuh amarah dan frustrasi. Ia memandangi Betran yang hanya diam, seolah tak peduli dengan kata-katanya. Di sudut ruangan, Veronica berdiri dengan wajah merah, dadanya naik turun menahan emosi. “Apa kau tidak mengerti, Betran?” Kania akhirnya memecahkan keheningan, suaranya melengking. “Kalau Aluna benar-benar menceraikanmu, kita semua akan jatuh miskin! Perusahaan itu milik keluarganya. Kau pikir dia akan membiarkan kita hidup nyaman setelah kau mempermalukannya seperti itu?”Betran memijat pelipisnya, mencoba meredam sakit kepala yang mulai menyerang. “Mommy, aku sudah berusaha bicara dengannya. Aluna tidak mau mendengarkan apa pun.”“Berusaha? Itu yang kau sebut berusaha?” Kania mendelik tajam. “Kau hanya duduk diam dan membiarkan dia menghancurkan semuanya! Kau suaminya, Betran. Kau harus bertindak tegas! Pergi temui dia, mohon, rayu, apa pun! Jangan biarkan dia mengajukan gugatan cerai!”“Dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Jangan harap kembali

Beberapa hari kemudian.Di ruang kerjanya yang tertata rapi, Aluna memandangi layar laptop sambil memegang perutnya yang sedang berbadan dua. Meski ingin sepenuhnya fokus pada kehamilan, tanggung jawab sebagai pemimpin perusahaan membuatnya tetap aktif bekerja di balik layar. Kaisar, kepala divisi operasional, dan Marsha, asistennya, berdiri di depan mejanya, menjelaskan laporan mingguan.“Semua berjalan lancar, Aluna,” kata Kaisar dengan nada optimis. “Target kuartal ini sudah hampir tercapai, dan saya yakin kita bisa melampaui ekspektasi.”Marsha mengangguk setuju. “Betul, Bu. Bahkan beberapa klien besar mulai menunjukkan minat untuk memperpanjang kontrak mereka.”Aluna tersenyum tipis, merasa sedikit lega. “Bagus. Saya ingin kalian tetap memantau perkembangan ini. Kalau ada kendala, segera laporkan pada saya.”“Siap, Aluna,” jawab Kaisar.Mereka berdua kemudian undur diri, meninggalkan Aluna menikmati sejenak ketenangan.Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Ketukan di pin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Kehilangan segalanya

Betran masuk ke rumah dengan wajah penuh penyesalan. Ia melepas jasnya dengan kasar, melemparkannya ke sofa. Namun, sebelum ia bisa duduk, Veronica sudah muncul dari dapur dengan ekspresi penuh kemarahan. "Bagus, kamu akhirnya pulang," Veronica memulai, suaranya penuh sindiran. "Dari mana saja? Dari memohon cinta Aluna lagi? Kamu pikir aku bodoh, Betran?" Betran menghela napas berat. "Aku tidak ingin ribut, Veronica. Aku lelah." "Lelah?" Veronica tertawa sinis. "Lelah karena dikejar rasa bersalah? Karena kau tidak cukup puas menghancurkan hidupku? Aku kehilangan perusahaan Martin gara-gara kau, Betran! Dan sekarang kau mau mengejar Aluna lagi?" Betran berbalik menatap Veronica dengan mata penuh amarah. "Aku tidak pernah memintamu ikut campur dalam urusan bisnis Martin! Kau yang membuat keputusan bodoh itu, Veronica! Jangan salahkan aku atas kehancuranmu sendiri." "Keputusan bodoh?" Veronica mendekat, suaranya naik satu oktaf. "Semua yang aku lakukan adalah demi kita! Demi me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Kenapa?

Ruangan perawatan terasa sunyi, hanya terdengar suara isak tangis Veronica yang semakin menjadi. Ia memeluk selimut rumah sakit erat-erat, tubuhnya gemetar, dan matanya memerah. Rasa sakit fisik bercampur dengan beban emosional yang seolah menghancurkan segalanya.“Kenapa ini semua terjadi padaku?” Veronica memukul-mukul kasur dengan lemah, air matanya terus mengalir. “Aku kehilangan segalanya... bayi ini, rahimku... dan sekarang Betran... Betran pasti akan meninggalkanku!” jeritnya, seolah berteriak pada dirinya sendiri.Suster yang mendengar suara keras itu masuk ke ruangan. “Ibu Veronica, tolong tenangkan diri Anda. Kondisi Anda masih lemah,” ujar suster dengan lembut.“Lemah?” Veronica mendongak dengan mata penuh kebencian. “Aku sudah kehilangan semuanya! Tidak ada yang peduli apakah aku hidup atau mati!” Suster mencoba menenangkan Veronica, tetapi tangisannya semakin histeris. “Semua orang akan meninggalkanku... aku tahu itu! Tidak ada lagi yang tersisa!” jeritnya sambil menggen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status