Share

Keram perut

Author: Queen Mikayla
last update Last Updated: 2024-12-01 18:59:52

Pukul tujuh malam.

Di ruang tamu, Veronica duduk memegangi perutnya yang terasa sedikit kram. Awalnya, ia mengira itu hanya efek kelelahan akibat stres belakangan ini. Namun, rasa sakitnya semakin kuat. Tangannya mencengkeram ujung sofa sambil mengerang pelan.

"Ah… Betran!" panggilnya dengan suara yang bergetar.

Betran, yang berada di dapur, langsung berlari ke ruang tamu. Ia melihat wajah Veronica pucat, napasnya tersengal-sengal, dan tangannya mencengkeram perut.

“Veronica, apa yang terjadi?” tanyanya panik, berlutut di sampingnya.

“Kram... perutku sakit sekali!” Veronica menjerit, suaranya histeris. Ia mencengkeram lengan Betran dengan kuat.

Tanpa membuang waktu, Betran segera mengangkat tubuh Veronica. “Kita ke rumah sakit sekarang!” katanya tegas.

Veronica hanya bisa menangis kesakitan. Tangannya terus memegang perut, sementara tubuhnya gemetar.

Aluna berdiri di dekat tangga, menyaksikan pemandangan itu dari kejauhan. Ia menyunggingkan senyum sinis, tidak mampu menahan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Memainkan peran

    Esok harinya, Veronica masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tubuhnya terasa lemas, dan wajahnya masih pucat. Di sisinya, Kania duduk di kursi dengan raut wajah tegang. Ia menggenggam tangan Veronica dengan erat, seolah mencoba memberikan kekuatan kepada menantunya. “Bagaimana keadaan sekarang, Veronica?” tanya Kania lembut, memecah keheningan. Veronica mengangguk pelan. “Sedikit lebih baik, Mommy. Tapi aku masih merasa sangat lelah.” “Itu wajar,” jawab Kania. “Kau harus benar-benar istirahat. Jangan pikirkan apa pun selain kesehatanmu dan bayi ini.” Mendadak, pintu kamar terbuka. Betran masuk dengan wajah yang jelas menunjukkan tekanan. Ia melangkah mendekat dan mencium kening Veronica. “Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanyanya, mencoba terdengar lembut meskipun pikirannya sedang kacau. Veronica menatapnya dengan sorot khawatir. “Lebih baik, tapi kenapa wajahmu terlihat kusut? Apa ada masalah lagi di kantor?” Betran menggeleng cepat, meskipun jelas itu bukan jawab

    Last Updated : 2024-12-02
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Tidak peduli

    Aluna baru saja melangkah masuk ke dalam rumah, masih dengan wajah tenang setelah kembali dari pertemuan singkatnya dengan Kaisar. Namun, ketenangannya langsung buyar ketika Kania berdiri di ruang tamu dengan mata berkilat marah. “Aluna!” teriak Kania, menghampirinya dengan langkah cepat. Sebelum Aluna sempat berkata apa-apa, Kania langsung menarik rambutnya dengan kasar, membuatnya menjerit kecil. “Beraninya kau keluyuran tanpa izin dariku? Apa kau pikir kau bisa melakukan apa saja di rumah ini?” bentak Kania dengan suara penuh kemarahan. Aluna terhuyung ke belakang, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Kania. “Mommy, lepaskan! Sakit!” serunya panik. Namun, Kania tidak melepaskan pegangan tangannya. “Sakit? Kau pikir Veronica tidak sakit? Dia di rumah sakit sekarang, sedang berjuang demi anaknya, dan kau malah keluar seenaknya!” Aluna akhirnya berhasil menarik diri. Rambutnya kusut, dan napasnya tersengal. Ia memandang Kania dengan wajah terkejut dan bingung. “Mommy, ak

    Last Updated : 2024-12-02
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Lancang sekali

    Aluna membuka pintu kamarnya dengan langkah lelah, berharap bisa beristirahat sejenak dari ketegangan yang terus-menerus membebaninya. Namun, ketika pintu itu terbuka, matanya langsung tertuju pada sosok yang membuatnya terkejut setengah mati. Kaisar. Pria itu sedang berdiri di dekat jendela kamar, tampak begitu tenang seolah berada di tempat yang benar-benar nyaman. Aluna menutup pintu kamar dengan terburu-buru, matanya membelalak. “Kaisar? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya, suaranya nyaris serak. Kaisar menoleh, senyum tipis di wajahnya. “Kau terlihat sangat lelah, Aluna. Sepertinya, kamu butuh bantuan.” Aluna langsung merasa ketegangan di tubuhnya semakin meningkat. “Kamu berani sekali masuk ke kamarku tanpa izin! Kalau ada yang tahu—” Namun, sebelum Aluna bisa melanjutkan omelannya, Kaisar sudah mendekat dan dengan cepat mengangkatnya, menggendongnya dalam pelukan yang kuat. “Apa yang kamu lakukan?” Aluna protes, tubuhnya terkejut. “Kaisar, turunkan aku! Janga

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Aku akan di sini

    Setelah beberapa menit perjalanan, mobil berhenti di rumah sakit yang tidak jauh dari kota, sebuah rumah sakit swasta yang jauh lebih tenang dan tidak terlalu ramai. Kaisar menoleh kepada Aluna yang masih terdiam di sampingnya, wajahnya sedikit pucat dan matanya terlihat lelah. “Kita sudah sampai,” kata Kaisar, nada suaranya lembut namun penuh perhatian. “Sekarang, kita pastikan kamu diperiksa. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.” Aluna mengangguk pelan, meskipun masih merasa ada yang janggal dengan seluruh situasi ini. Kaisar membantu Aluna keluar dari mobil dan memimpin jalan menuju ruang pemeriksaan. Begitu mereka sampai di ruang tunggu, seorang perawat menghampiri mereka dengan senyuman ramah. “Ada yang bisa kami bantu, Tuan dan Nyonya?” “Dia butuh pemeriksaan,” jawab Kaisar singkat, menunjuk ke arah Aluna. “Tolong beri perhatian lebih pada pasien ini.” Perawat itu mengangguk dan memberi isyarat agar Aluna duduk di ruang tunggu sementara ia menyiapkan peralatan. Kaisa

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Aku tidak bisa

    Malam itu di kamar yang temaram, Kaisar berusaha memejamkan mata sambil memeluk Aluna erat. Ia tahu situasi ini sudah terlalu jauh, tapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Kaisar tidak ingin melepaskan sesuatu yang membuatnya merasa utuh. Namun, keheningan itu pecah ketika tangan Aluna, yang setengah sadar, tanpa sengaja menyentuh bagian tubuh Kaisar yang sudah sejak tadi mencoba ia kendalikan. Kaisar tersentak, tubuhnya menegang seketika. Ia menatap wajah Aluna, yang tampak tenang dalam tidurnya. Napasnya menjadi berat, pikirannya mulai dipenuhi oleh dorongan yang sulit ia kendalikan. “Aluna…” bisiknya pelan, mencoba membangunkan dirinya dari godaan itu. Tapi Aluna hanya bergerak sedikit, masih berada di ambang kesadaran. Kaisar menarik napas panjang, berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Ia menggenggam pergelangan tangan Aluna dengan lembut, memindahkannya dari tempat yang membuatnya hampir kehilangan kendali. “Tidak, aku tidak bisa,” gumamnya dengan suara serak. Ia m

    Last Updated : 2024-12-04
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Sentuh aku, ayolah ...

    Kaisar terbangun dari tidurnya ketika merasakan pelukan erat dari Aluna. Ia semula mengira wanita itu masih tertidur, tapi detik berikutnya, ia merasakan sesuatu yang membuat tubuhnya kembali tegang. Saat itu, Aluna membuka matanya, menatap Kaisar dengan senyuman yang menggoda. “Sentuh aku, Kaisar. Ayolah…” bisik Aluna, suaranya lembut, namun penuh dengan keberanian yang tidak biasa. Kaisar terdiam, matanya membulat. “Aluna… Apa kau sadar apa yang sedang kau katakan?” tanyanya dengan nada penuh keraguan, meskipun di dalam dirinya, dorongan itu semakin sulit untuk dilawan. Aluna tidak menjawab langsung. Ia malah mendekat, menyentuh wajah Kaisar dengan jemarinya yang gemetar. “Aku sadar, Kaisar. Aku tahu apa yang aku mau… dan aku mau kamu.” Kaisar menarik napas tajam. Hati kecilnya mencoba melawan, tapi tubuhnya sudah bereaksi lebih dulu. Sebelum ia sempat memikirkan apa pun lagi, ia menunduk, mengecup bibir Aluna dengan lembut. Awalnya ciuman itu penuh kehati-hatian, seolah K

    Last Updated : 2024-12-04
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Mandi pagi buta?

    Aluna menggerakkan tubuhnya perlahan, matanya masih setengah terpejam. Ia meraba sisi tempat tidur yang kosong dan menyadari Kaisar tidak ada di sana. Setelah beberapa detik, ia mendengar suara air dari kamar mandi. “Pagi-pagi sudah mandi?” gumam Aluna pelan sambil meregangkan tubuhnya. Ia menatap langit-langit, pikirannya kosong sejenak sebelum perlahan terisi kembali dengan kenyataan hidupnya. Rumah Betran, Veronica, Kania, dan segala beban yang ia tanggung. Namun, kehadiran Kaisar memberinya sedikit kelegaan, meskipun ia tahu itu hanya sementara. Beberapa menit kemudian, Kaisar keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk yang melingkar di pinggangnya. Aluna yang sudah setengah bangun menoleh dan tersenyum lemah. "Kau bangun lebih awal," komentarnya. Kaisar tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa canggungnya. "Ya, karena semalam tidak bisa tidur nyenyak.""Kenapa?" tanya Aluna, suaranya penuh keingintahuan. "Hanya... mimpi aneh," jawab Kaisar sambil menghin

    Last Updated : 2024-12-04
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Sebentar lagi, Aluna

    Kaisar mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali melirik ke arah Aluna yang duduk di sampingnya. Wanita itu terlihat memandang jalan dengan tatapan kosong, pikirannya jelas sedang melayang entah ke mana. Kaisar ingin berbicara, tapi ia memilih untuk tetap diam, takut mengganggu pikiran Aluna yang tampaknya sedang berat. "Aluna," akhirnya Kaisar membuka suara ketika mereka hampir sampai di depan rumah Betran. "Kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi aku," ucap Kaisar. Aluna menoleh, tersenyum tipis. "Tentu, Kaisar. Aku pasti akan hubungi kamu."Kaisar menghentikan mobil beberapa meter dari gerbang rumah, memastikan tidak ada yang melihat mereka. "Kau yakin tidak mau aku antar sampai dalam?"Aluna menggeleng. "Tidak perlu. Kalau ada yang melihat, bisa jadi masalah besar. Aku akan masuk lewat pintu samping. Kania dan Betran belum pulang, jadi aman."Kaisar menghela napas, masih merasa berat untuk melepaskannya kembali ke rumah itu. "Baiklah, tapi hati-hati. Aku tidak suka

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 114

    Aluna turun dari mobil dengan wajah lelah. Hari ini benar-benar panjang, ditambah pikirannya masih kacau setelah berbicara dengan Kaisar. Begitu melangkah masuk ke dalam mansion, ia langsung disambut oleh babysitter yang terlihat panik. "Nyonya Aluna, Baby Alva rewel sejak tadi. Susah makan, susah minum susu juga," ujar babysitter itu cemas. Aluna mengerutkan kening. "Kenapa? Apa dia demam?" Babysitter menggeleng. "Tidak demam, tapi terus menangis. Saya sudah mencoba berbagai cara, tapi tetap saja dia menolak makan." Tanpa menunggu lebih lama, Aluna segera menuju kamar Baby Alva. Sesampainya di sana, ia melihat putranya yang masih terisak di tempat tidur. Wajahnya tampak lelah, matanya sembab karena menangis. "Sayang, Mama di sini," ujar Aluna lembut, segera mengangkat tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Baby Alva mengusap matanya dengan tangan mungilnya, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Aluna. "Ada apa, hm?" Aluna membelai rambutnya pelan. "Kenapa tidak mau maka

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 113

    Aluna mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum membuka topik yang sejak tadi mengganggu pikirannya. “Kaisar, sebenarnya ada hal lain yang ingin aku bicarakan,” ujar Aluna dengan nada serius. Kaisar mengangkat alis, memusatkan perhatiannya pada Aluna. “Apa itu, Aluna?” “Perusahaanku, Chandra Grup, sedang dalam masalah.” Aluna menyerahkan laporan yang sudah ia siapkan di dalam tasnya. “Ada penurunan signifikan dalam pasar penjualan kita. Setelah diselidiki, ada kejanggalan. Tampaknya seseorang mencoba merusak reputasi perusahaan dari dalam.” Kaisar membuka laporan itu, membaca dengan seksama. Wajahnya berubah serius. “Ini bukan sekadar kejatuhan pasar biasa. Tampaknya ada sabotase.” “Itulah yang aku khawatirkan,” Aluna mengangguk. “Aku sudah meminta tim investigasi internal, tapi hasilnya nihil. Sepertinya mereka yang terlibat sangat pandai menutupi jejak.” Kaisar menatapnya dalam. “Aku akan mencoba membantu menyelidiki. Mungkin dari sisi lain, kita bisa me

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 112

    Aluna duduk di kursi kerjanya dengan wajah tegang. Sudah seminggu berlalu sejak terakhir kali ia mencoba menemui Kaisar di rumah sakit, namun selalu gagal. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan, tapi tetap saja bayangan Kaisar terus muncul di kepalanya. "Asisten," panggil Aluna dengan suara tegas. Seorang wanita muda bernama Siska segera masuk ke dalam ruangannya, membawa setumpuk dokumen.Ya, sudah tiga hari ini Aluna mengganti asistennya. Asisten sebelumnya sedang cuti beberapa bulan, tugasnya ia serahkan pada Siska, sepupunya. "Ada perkembangan dari laporan yang aku minta?" tanya Aluna, menyandarkan punggungnya ke kursi. Siska mengangguk, meletakkan beberapa lembar kertas di meja. "Setelah saya dan tim melakukan penyelidikan, kami menemukan adanya kejanggalan dalam pasar." Aluna mengambil laporan itu dan mulai membacanya dengan seksama. Dahinya mengernyit. "Penjualan turun drastis di beberapa wilayah utama, terutama yang sebelumnya menjadi pasar terbesar kita

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 111

    Aluna melangkah dengan cepat memasuki lobi rumah sakit, dadanya berdebar kencang. Setelah mendengar kabar bahwa Kaisar—atau sekarang dikenal sebagai Raja—sudah dipindahkan dari ICU ke ruang rawat biasa, ia tak bisa lagi menahan diri untuk menemuinya. Namun, baru saja ia hendak menuju lift, langkahnya terhenti ketika seseorang berdiri menghadangnya. “Jangan harap kau bisa menemuinya,” suara dingin Ratu menyentak telinga Aluna. Aluna menatap wanita itu dengan tajam. Ia tahu sejak awal Ratu bukan wanita sembarangan, tapi tak disangka, Ratu bisa sekejam ini. “Aku datang bukan untuk bertengkar, aku hanya ingin melihatnya,” ucap Aluna, mencoba menahan emosinya. Ratu menyilangkan tangan di dadanya. “Tidak perlu. Dia sudah punya aku. Dia tidak butuh kau lagi.” Aluna tersenyum miring. “Raja adalah Kaisar, bukan?” tanyanya tegas. Ratu mendengus. “Lalu?” “Kaisar adalah tunanganku,” lanjut Aluna, tatapannya semakin tajam. Ratu terkekeh sinis. “Benar, dia memang Kaisar. Tapi kau

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 110

    Beberapa hari berlalu. Raja terbaring tak berdaya di ruang ICU rumah sakit. Meski matanya terpejam dan tubuhnya lemah, ada perasaan yang menggelora dalam dirinya. Ingatannya yang hilang perlahan kembali, seperti sepotong puzzle yang mulai tersusun. Ketika perlahan matanya terbuka, rasa sakit di kepalanya terasa amat perih. Ia mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang begitu terang. Sensasi itu seolah mengingatkan dirinya pada kejadian beberapa hari lalu, kecelakaan yang menyebabkan semuanya menjadi kacau. Raja menatap langit-langit rumah sakit, mencoba mengingat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan, bayangan-bayangan dalam memorinya yang hilang kini mulai muncul kembali. Sosok dirinya—Kaisar Amartha—muncul dalam pikirannya, begitu jelas dan begitu nyata. "Aku... Kaisar Amartha," gumamnya pelan, kebingungan dan kebahagiaan bercampur dalam hatinya. Namun, perasaan itu tak bisa bertahan lama. Di tengah kebingungannya, ia mendengar suara langkah kak

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 109

    Raja menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang setelah keluar dari rumah Raini. Pikirannya dipenuhi berbagai hal—tentang Aluna, Baby Alva, dan perasaannya yang semakin jelas. Ia tak menyadari sebuah truk besar di depannya tiba-tiba berhenti mendadak. “BRAK!” Benturan keras terdengar ketika mobil Raja menabrak bagian belakang truk. Kepalanya membentur setir dengan keras meskipun airbag terbuka. Darah segar mengalir di pelipisnya, tubuhnya lemas, dan kesadarannya mulai menghilang. Orang-orang di sekitar tempat kejadian segera berlari mendekat. “Panggil ambulans!” teriak seseorang. Tak lama kemudian, ambulans datang dan membawa Raja ke rumah sakit. Wajahnya penuh darah, dan kondisinya terlihat mengkhawatirkan. Saat tiba di rumah sakit, dokter langsung membawanya ke ruang operasi karena benturan di kepalanya cukup parah. *** Di ruang tunggu rumah sakit, Ratu mondar-mandir dengan wajah panik. Air matanya terus mengalir, tak bisa disembunyikan lagi. Ia menggenggam ponselnya erat

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 108

    Pukul 00:30Sussana terasa sangat sunyi, dan hanya suara detak jam yang terdengar di kamar Aluna. Dia terbangun karena suara tangisan Baby Alva. Dengan cepat, Aluna bangkit dari tempat tidur dan mendekati ranjang bayi yang ada di sudut kamarnya.“Alva sayang, kenapa?” Aluna menyentuh kening bayi itu, lalu ia terkejut mendapati kening Alva terasa sangat panas. “Astaga, panas sekali…” gumamnya panik.Ia langsung mengambil termometer dari laci samping tempat tidur. Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan ujung termometer ke bawah ketiak Baby Alva yang masih menangis.“37,9°… Ini terlalu tinggi!” Suaranya mulai bergetar. Aluna segera mengambil ponselnya, menelepon babysitter yang tidur di kamar sebelah.“ Lina, tolong ke kamar saya sekarang juga! Alva demam tinggi,” katanya cepat.Tak sampai satu menit, babysitter yang bernama Lina muncul dengan wajah cemas. “Ya ampun, Nona. Panasnya tinggi sekali, ya? Kita harus membawanya ke rumah sakit.”“Saya setuju. Tolong siapkan tas bayi dan perl

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 107

    Malam itu, Mansion Aluna diterangi lampu-lampu taman yang temaram, memberikan suasana hangat meski hati Aluna terasa kacau. Ia tengah duduk di ruang keluarga, memangku Baby Alva yang tertidur lelap di pelukannya. Pandangannya terus tertuju pada wajah mungil itu, meskipun pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, suara bel pintu mengalihkan perhatian Aluna. Seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu. “Nona, Tuan Raja datang.”Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan dirinya, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang sudah menunggu. “Bawa Alva ke kamar, dan pastikan dia nyaman,” ucapnya.Setelah memastikan Baby Alva aman, Aluna berjalan ke ruang tamu. Di sana, Raja sudah berdiri, mengenakan setelan kasual namun tetap memancarkan wibawa. Sorot matanya langsung tertuju pada Aluna, seolah tidak ada yang lain di ruangan itu.“Tuan Raja,” sapa Aluna pelan, mencoba menjaga formalitas meskipun hatinya bergemuruh.“Aluna,” balas Raja, suaranya terdengar lebih lembut da

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 106

    Pukul empat subuh, suasana di kamar terasa begitu sunyi hingga suara langkah kecil Ratu yang tergesa menuju kamar mandi terdengar jelas. Raja, yang biasanya tidur cukup lelap, langsung terbangun mendengar suara muntah dari dalam kamar mandi.“Ratu?” panggil Raja dengan nada penuh kekhawatiran. Ia bergegas menuju kamar mandi, membuka pintunya dan melihat istrinya yang terduduk lemas di lantai. Wajah Ratu pucat, keringat dingin membasahi dahinya.“Aku… mual,” gumam Ratu lemah, tangannya gemetar memegang wastafel untuk mencoba berdiri.Tanpa pikir panjang, Raja segera mengangkat tubuh Ratu dan membawanya kembali ke tempat tidur. “Tunggu di sini, aku akan panggil dokter,” kata Raja sambil meletakkan Ratu dengan hati-hati.“Tidak… tidak usah,” cegah Ratu, memegang lengan Raja dengan sisa tenaganya. “Aku tahu ini kenapa.”“Kamu tahu?” Raja mengernyit, bingung. “Maksudmu apa?”Ratu menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku… aku terlambat haid. Coba kamu ambil tes kehamil

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status